sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kematian akibat Covid-19 di Brasil menyentuh 25.598

Kementerian Kesehatan Brasil mengonfirmasi 1.086 kematian baru dalam 24 jam terakhir.

Valerie Dante
Valerie Dante Kamis, 28 Mei 2020 13:15 WIB
 Kematian akibat Covid-19 di Brasil menyentuh 25.598

Angka kematian akibat coronavirus jenis baru di Brasil mencapai 25.598 pada Rabu (27/5). Negara itu kini dianggap sebagai episentrum baru pandemik.

Kementerian Kesehatan Brasil mengonfirmasi 1.086 kematian baru dalam 24 jam terakhir, kelima kalinya kasus kematian harian melebihi 1.000 sejak pekan lalu.

Termasuk fatalitas, sejauh ini Brasil mencatat 411.821 kasus positif Covid-19, 166.647 pasien di antaranya dinyatakan sembuh.

Kasus infeksi coronavirus jenis baru di Brasil adalah yang tertinggi kedua di dunia, berada di belakang Amerika Serikat.

Presiden Brasil Jair Bolsonaro menuai banyak kecaman atas tanggapannya terhadap pandemik dan krisis ekonomi di negara tersebut.

Bolsonaro berulang kali meremehkan bahaya Covid-19, menyebutnya sebagai flu biasa. Dia juga menentang langkah-langkah pembatasan sosial seperti larangan keluar dari rumah dan social distancing.

Meski dikritik Bolsonaro, sebagian besar pemerintah negara bagian tetap berpegang pada pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan menutup bisnis nonesensial serta mendorong praktik social distancing.

Sao Paulo, pusat industri Brasil, pada Rabu memperpanjang larangan keluar rumah hingga 15 Juni.

Sponsored

Sementara itu, Bolsonaro terus menggembar-gemborkan obat malaria, hydroxychloroquine, sebagai obat yang berpotensi menyembuhkan pasien Covid-19.

Kemenkes Brasil merekomendasikan para dokter untuk meresepkan hydroxychloroquine atau obat terkait, klorokuin, jika pasien memperlihatkan gejala coronavirus jenis baru. Mereka tetap melakukan hal ini meskipun WHO pada awal pekan mengumumkan telah menangguhkan uji klinis hydroxychloroquine karena alasan keselamatan pasien.

Salah satu pakar kesehatan top di Brasil, Miguel Nicolelis, menyebut Covid-19 sebagai perang terburuk yang pernah dihadapi negara itu.

"Kami belum pernah mengalami peristiwa seperti ini. Kami belum pernah kehilangan lebih dari 25.000 orang dalam kurun waktu tiga bulan," tutur Nicolelis. "Saya menganggap virus ini seperti penjajah yang menyerang seluruh negeri." (Channel News Asia)

Berita Lainnya
×
tekid