sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kim Jong Un berangkat menuju Vietnam

Kim meninggalkan Pyongyang dengan kereta pada Sabtu (23/2) sore

Hermansah
Hermansah Minggu, 24 Feb 2019 20:30 WIB
Kim Jong Un berangkat menuju Vietnam

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, sudah berangkat menuju Vietnam untuk melakukan pertemuan puncak kedua dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Hanoi pada 26-27 Februari.

Kim sedang dalam perjalanan dengan kereta api melintasi China, demikian menurut laporan media.

Kim meninggalkan Pyongyang dengan kereta pada Sabtu (23/2) sore. Didampingi sejumlah pejabat tinggi Korea Utara serta saudara perempuannya yang berpengaruh, ujar laporan media negara Korut.

Pertemuan Trump dan Kim di Hanoi akan berlangsung, delapan bulan setelah keduanya melakukan pertemuan puncak bersejarah untuk pertama kali di Singapura, yaitu antara seorang presiden AS yang sedang menjabat dan seorang pemimpin Korea Utara.

Pada pertemuan di Singapura, keduanya berjanji menjalankan langkah menuju perlucutan senjata nuklir secara penuh di Semenanjung Korea.

Surat kabar Korea Utara Rodong Sinmun memuat foto-foto perjalanan Kim, yaitu pelepasan keberangkatannya dari Pyongyang serta ketika melambaikan tangan dari pintu gerbong sambil jari tangannya memegang rokok.

Dalam kunjungannya ke Vietnam, Kim didampingi para pejabat yang juga mendampinginya pada pertemuan puncak di Singapura.

Di antara mereka adalah mantan kepala intelijen Kim Yong Chol, yang juga utusan utama Kim bagi perundingan dengan Amerika Serikat, asisten senior partai Ri Su Yong, Menteri Luar Negeri Ri Yong Ho dan kepala pertahanan No Kwang Chol.

Sponsored

Adik perempuan pemimpin Korut, Kim Yo Jong, yang bertindak sebagai pembantu dekat Kim Jong Un pada pertemuan di Singapura, kembali menjadi bagian dari delegasi, lapor kantor berita Korut KCNA.

Laporan itu tidak menyebut-nyebut soal istri Kim, Ri Sol Ju.

Dengan hanya sedikit kemajuan yang terlihat sejak pertemuan puncak pada Juni tahun lalu, Trump dan Kim kemungkinan akan berupaya membangun hubungan pribadi mereka untuk membuat kemajuan di Hanoi, kata beberapa pengulas.

Kedua pihak berada di bawah tekanan untuk menempa perjanjian yang lebih spesifik dibandingkan yang telah dicapai di Singapura. Menurut sejumlah pengkritik, terutama Amerika Serikat, perjanjian di Singapura itu kurang rinci.

Pemerintahan Trump telah menekan Korea Utara untuk menghentikan program senjata nuklirnya, yang jika digabungkan dengan kemampuan rudalnya bisa mengancam Amerika Serikat. Tekanan tersebut merupakan syarat yang harus dipenuhi Korut sebelum AS memberikan berbagai kemudahan bagi negara itu.

Sementara itu, Korea Utara menginginkan pelonggaran sanksi-sanksi oleh berbagai pihak pimpinan AS, jaminan keamanan serta pengakhiran secara resmi Perang Korea 1950-1953. Perang tersebut berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian. (ant)

Berita Lainnya
×
tekid