sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kim Jong-un tiba di Rusia dengan kereta lapis bajanya

Lawatan Kim Jong-un ke Rusia terjadi di tengah kebuntuan negosiasi nuklir antara pihaknya dengan Amerika Serikat.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Rabu, 24 Apr 2019 13:18 WIB
Kim Jong-un tiba di Rusia dengan kereta lapis bajanya

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah tiba di Rusia jelang pertemuan perdananya dengan Presiden Vladimir Putih. Demikian dilaporkan kantor berita TASS, Rabu (24/4).

Kim Jong-un dan Putin dijadwalkan bertatap muka di Vladivostok pada Kamis (25/4).

Kantor berita Korea Utara KCNA melaporkan bahwa Kim Jong-un meninggalkan Pyongyang pada Rabu pagi dan dia bepergian dengan kereta antipeluru.

Menurut TASS, perjalanan dari stasiun di Khasan, dekat perbatasan Korea Utara, ke Vladivostok memakan waktu sekitar sembilan jam. Anggota parlemen lokal Natalia Karpova menuturkan kepada TASS, Kim Jong-un disambut dengan bunga serta roti dan garam, tradisi Rusia untuk menyambut tamu, saat transit di stasiun di Khasan.

Kereta lapis baja yang membawa Kim Jong-un kemungkinan akan melewati jalur kereta tunggal di sepanjang perbatasan Taman Nasional "Land of Leopard" menuju sebuah stasiun di Kota Ussuriysk. Perjalanan sepanjang 260 kilometer itu diperkirakan memakan waktu sekitar tujuh jam.

Dari Ussuriysk, kereta kemungkinan akan terhubung ke Trans-Siberian Railway menuju Vladivostok. Perjalanan dengan jarak sekitar 70 kilometer itu diprediksi akan memakan waktu dua jam.

Lawatan Kim Jong-un ke Negeri Beruang Merah terjadi di tengah kebuntuan negosiasi nuklir antara pihaknya dengan Amerika Serikat. Pertemuan kedua Kim Jong-un dan Donald Trump pada akhir Februari lalu di Hanoi, Vietnam, tidak menghasilkan kesepakatan apapun.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS mengatakan bahwa pihaknya mengetahui laporan mengenai kunjungan Kim Jong-un ke Rusia.

Sponsored

"AS dan komunitas internasional berkomitmen atas tujuan yang sama, denuklirisasi Korea Utara secara penuh dan terverifikasi. Ini adalah komitmen Kim Jong-un yang menjadi fokus dunia," katanya.

Meskipun Gedung Putih menyatakan optimisme bahwa keadaan masih baik setelah KTT Hanoi, para pejabat Korea Utara malah sebaliknya.

Diplomat Korea Utara bahkan menyerukan Trump untuk mengganti Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dengan seseorang yang lebih berhati-hati dan matang dalam berkomunikasi dengan mereka.

Bergabung bersama Kim Jong-un dalam lawatan ke Rusia adalah Choe Son Hui, salah satu diplomat senior yang juga terlibat dalam negosiasi dengan Negeri Paman Sam. NK News melaporkan bahwa Choe belum lama ini mendapat promosi, menjadikannya sebagai diplomat wanita berperingkat tertinggi dalam sejarah negara itu.

Analis berspekulasi bahwa pertemuan Kim Jong-un dengan Putin dapat menjadi cara bagi pemimpin Korea Utara itu untuk menilai opsi diplomatik lain di luar pembicaraannya dengan AS.

Korea Utara mungkin mengharap dukungan Rusia dalam menekan AS untuk menghapus sanksi yang telah menjadi isu utama dalam negosiasi denuklirisasi.

Pemerintahan Trump menegaskan bahwa sanksi hanya akan dicabut setelah Korea Utara menghentikan program senjata nuklirnya.

Spekulasi lain, Pyongyang juga mungkin tengah berusaha mengurangi ketergantungan ekonominya pada Beijing, satu-satunya mitra dagang penting Korea Utara. 

Penasihat Kremlin Yuri Ushakov mengatakan bahwa KTT Korea Utara-Rusia pada Kamis besok akan fokus pada program nuklir Pyongyang. Dia mencatat bahwa pihaknya akan berusaha untuk mengonsolidasikan tren positif dari KTT Hanoi.

Tidak jelas seberapa besar peran Rusia dalam upaya memulai kembali diplomasi nuklir. Tetapi KTT dapat memungkinkan Putin untuk mencoba meningkatkan pengaruhnya dalam politik regional dan kebuntuan atas program nuklir Korea Utara.

"Kremlin akan mencoba untuk membantu menciptakan prasyarat dan suasana yang menguntungkan untuk mencapai kesepakatan yang solid tentang masalah Semenanjung Korea," kata Ushakov.

Lebih lanjut Ushakov menambahkan bahwa agenda pertemuan Kim Jong-un dan Rusia juga akan mencakup kerja sama bilateral. Disebutkannya bahwa perdagangan Rusia dan Korea Utara sangat kecil, yaitu hanya US$34 juta tahun lalu. 

Rusia sendiri menginginkan akses yang lebih luas ke sumber daya mineral Korea Utara, termasuk logam langka. Sementara Korea Utara disebut mengidam-idamkan pasokan listrik Rusia dan ingin menarik investasi negara itu untuk memodernisasi pabrik-pabrik, kereta, dan infrastruktur lainnya yang dibangun oleh Uni Soviet yang sudah bobrok.

Kim Jong-un menjadi pemimpin Korea Utara pertama yang melakukan perjalanan ke Rusia sejak lawatan mendiang ayahnya, Kim Jong-il, pada 2011. (CNN dan South China Morning Post)

Berita Lainnya
×
tekid