sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kolom terakhir Khashoggi: Pentingnya kebebasan pers di dunia Arab

Melalui tulisan-tulisannya, Jamal Khashoggi mengkritik kebijakan Kerajaan Arab Saudi di bawah kepemimpinan Mohammed bin Salman.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Jumat, 19 Okt 2018 12:57 WIB
Kolom terakhir Khashoggi: Pentingnya kebebasan pers di dunia Arab

Jamal Khashoggi (60), wartawan yang juga seorang kolumnis, masih menjadi pusat pemberitaan global. Sosoknya tidak pernah keluar dari Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, sejak memasuki gedung diplomatik itu pada Selasa (2/10).

Kedatangannya ke Konsulat Arab Saudi untuk mengurus dokumen penting bagi rencana pernikahannya dengan tunangannya, Hatice Cengiz.

Otoritas Turki yakin bahwa Khashoggi tewas dimutilasi oleh tim asal Arab Saudi yang terdiri dari 15 orang. Menurut the New York Times, lima di antaranya memiliki keterkaitan dengan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman. 

Lima tersangka yang dimaksud adalah Maher Abdulaziz Mutreb, Abdulaziz Mohammed al-Hawsawi, Thaar Ghaleb al-Harbi, Muhammed Saad Alzahrani, dan Salah al-Tubaigy. 

Khashoggi memulai karier di dunia jurnalistik Arab Saudi setelah lulus dari Indiana State University pada 1985. Pria berkacamata itu sempat bekerja sebagai koresponden untuk Saudi Gazette dan asisten manajer untuk Okaz dari 1985 dan 1987. 

Periode 1987 hingga 1990, Khashoggi melanjutkan karier sebagai reporter untuk berbagai surat kabar harian dan mingguan Arab, termasuk di antaranya Al Sharq Al Awsat, Al Majalla, dan Al Muslimoon.

Sepanjang 1991 hingga 1999, Khashoggi menjadi managing editor dan bertindak sebagai pemimpin redaksi Al Madina. Dalam periode yang sama pula dia menjadi koresponden asing di sejumlah negara seperti Afghanistan, Algeria, Kuwait, Sudan, dan Timur Tengah.

Selama bekerja di Al Madina, Khashoggi menulis banyak tentang kelompok militan berhaluan Islam yang datang ke Afghanistan untuk melawan invasi Uni Soviet. Dia sempat beberapa kali mewawancarai Osama bin Laden, mantan pemimpin al-Qaida yang dituduh bertanggung jawab atas tragedi 11 September 2011.

Sponsored

Pada 2011, Khashoggi diwawancarai media Jerman, Der Spiegel, terkait hubungannya dengan Osama bin Laden. Seiring dengan berbagai kemunculannya di publik, Khashoggi dikenali sebagai salah satu pemikir progresif yang paling berani mengungkapkan pandangan tentang negaranya.

Khashoggi juga dinilai sebagai salah satu tokoh di Arab Saudi karena dia banyak mengenal orang penting. Dia juga bergaul dengan keluarga kerajaan.

Tulisannya yang kritis terhadap kelompok Islam yang mendominasi Arab Saudi, membuat Khashoggi harus meninggalkan pekerjaannya dua kali di surat kabar al-Watan.

Khashoggi dikabarkan pernah menjadi penasihat media Pangeran Saudi, Turki al-Faisal, mantan pemimpin intelijen yang menjadi duta besar Saudi untuk Inggris dan kemudian untuk AS. Tahun 2010, miliarder Saudi, Alwaleed bin Talal menugaskan Khashoggi untuk memimpin stasiun TV barunya yang bermarkas di Bahrain. 

Tidak lama setelah diluncurkan, stasiun TV baru di bawah pimpinan Khashoggi ditutup karena menyiarkan wawancara dengan tokoh oposisi Bahrain.

Sementara, Khashoggi juga memberikan sejumlah wawancara dengan media asing, mengecam monarki absolut Arab Saudi. Dia mengatakan sistem demokratis diperlukan bagi kestabilan negara di masa depan.

Ketika Arab Spring atau pergolakan Arab pecah, Khashoggi menunjukkan keberpihakan pada kelompok oposisi yang menginginkan perubahan di Mesir dan Tunisia. Sikapnya tersebut sangat bertolak belakang dengan kebijakan resmi Kerajaan Arab Saudi, yang melihat Arab Spring sebagai ancaman.

Kritik demi kritik kepada Arab Saudi 

Pada Desember 2016, ketika MBS mulai membina hubungan baik dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Khashoggi menggugatnya.

Khashoggi juga bersikap kritis atas kebijakan Arab Saudi memutus hubungan dengan Qatar. 

Pada September 2017, Khashoggi memutuskan mengungsi ke Negeri Paman Sam setelah Arab Saudi mengekang kebebasan berpendapat dan menindas para pemrotes.

Sejak saat itu, Khashoggi menulis kolom untuk Washington Post. Surat kabar tersebut sempat menunda untuk menerbitkan tulisan terakhir Khashoggi, dengan harapan, pria itu dapat kembali dengan selamat.

"Sekarang saya harus terima: itu tidak akan terjadi. Ini karya terakhirnya yang saya edit untuk The Post. Kolom ini dengan sempurna menggambarkan komitmen dan hasratnya akan kebebasan di dunia Arab," tulis editor Washington Post Karen Attiah.

Kolom terakhir yang ditulis Khashoggi menyuarakan pentingnya kebebasan pers di seluruh dunia Arab.

Berikut sejumlah kutipan dari beberapa kolom yang ditulis Khashoggi, termasuk karya terakhirnya.

'Kebebasan berekspresi' - 17 Oktober 2018

"Sebuah narasi yang dikelola negara mendominasi jiwa publik, dan sementara banyak yang tidak mempercayainya, mayoritas besar penduduk menjadi korban narasi palsu ini. Sayangnya, situasi ini tidak mungkin berubah.

"Pemerintah Arab telah diberi kebebasan untuk terus membungkam media pada level yang meningkat ... Pemerintah ini, yang keberadaannya sangat bergantung pada kontrol informasi, telah secara agresif memblokir internet. Mereka juga telah menangkap wartawan lokal dan menekan pengiklan untuk membahayakan pendapatan dari publikasi tertentu.

"Dunia Arab menghadapi versi Tirai Besi sendiri, yang dipaksakan bukan oleh aktor eksternal tetapi melalui kekuatan domestik yang berlomba merebut kekuasaan.

"Melalui penciptaan forum internasional independen, terisolasi dari pengaruh pemerintah nasionalis yang menyebarkan kebencian melalui propaganda, orang-orang biasa di dunia Arab akan mampu mengatasi masalah struktural yang dihadapi masyarakat mereka."

'Pilihan yang mengerikan' - 21 Mei 2018

"Kami diminta untuk meninggalkan segala harapan kebebasan politik, dan untuk tetap diam tentang penangkapan dan larangan bepergian yang tidak hanya berdampak pada para kritikus tetapi juga keluarga mereka. Kami diharapkan dengan penuh semangat menyambut reformasi sosial dan menimbun pujian pada putra mahkota sambil menghindari referensi apa pun kepada orang-orang Arab perintis yang berani mengatasi masalah-masalah ini beberapa dekade yang lalu.

"Apakah tidak ada cara lain bagi kita? Haruskah kita memilih antara bioskop dan hak kita sebagai warga negara untuk berbicara, apakah untuk mendukung atau mengkritik tindakan pemerintah kita?."

'Bertindak seperti Putin' - 5 November 2017

"Mohammed bin Salman bertindak seperti Putin. Dia memaksakan keadilan yang sangat selektif. Penindasan bahkan pada kritik yang paling konstruktif menjadi tantangan serius bagi keinginan putra mahkota untuk dipandang sebagai pemimpin modern yang tercerahkan.

"Kami, rakyat Saudi pantas mendapat lebih dari tontonan para bangsawan dan pejabat yang dikebumikan di Ritz Carlton. Kami juga harus memiliki hak untuk berbicara tentang perubahan penting dan berdampak - dan banyak lagi yang diperlukan untuk mencapai visi putra mahkota bagi negara kami.

"Kami adalah sebuah kerajaan yang tidak lagi hening."

'Rakyat Arab Saudi berhak mendapat yang lebih baik' - 18 September 2017

"Ketika saya bicara tentang rasa takut, intimidasi, penangkapan dan para intelektual dan pemimpin agama yang berani mengutarakan pikiran mereka dipermalukan di muka publik, dan kemudian saya memberi tahu Anda bahwa saya berasal dari Arab Saudi, apakah Anda terkejut?

"Di bawah tekanan dari pemerintah saya, penerbit salah satu harian berbahasa Arab yang paling banyak dibaca, Al-Hayat, membatalkan kolom saya. Pemerintah memblokir saya dari Twitter ketika saya memperingatkan soal pelukan yang terlalu antusias terhadap Presiden terpilih, Donald Trump.

"Saya telah meninggalkan rumah saya, keluarga saya dan pekerjaan saya, dan saya meninggikan suara saya. Untuk melakukan yang sebaliknya akan mengkhianati mereka yang merana di penjara. Saya dapat berbicara ketika begitu banyak yang tidak bisa. Saya ingin Anda tahu bahwa Arab Saudi tidak selalu seperti sekarang. Kami, rakyat Arab Saudi pantas mendapat yang lebih baik." (BBC)

Berita Lainnya
×
tekid