sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Korban tewas Topan Hagibis di Jepang capai 74 orang

Prefektur Miyagi dan Fukushima merupakan dua wilayah yang paling terpukul akibat Topan Hagibis.

Valerie Dante
Valerie Dante Rabu, 16 Okt 2019 11:11 WIB
Korban tewas Topan Hagibis di Jepang capai 74 orang

Petugas penyelamat di Jepang terus mencari orang hilang pada Rabu (16/10) ketika jumlah korban tewas dari Topan Hagibis yang menghantam negara itu pada Sabtu (12/10) naik menjadi 74 orang.

Media lokal, NHK, melaporkan bahwa 12 orang masih dinyatakan hilang dan lebih dari 220 lainnya terluka setelah Topan Hagibis mendarat pada akhir pekan.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan akan menggelontorkan US$4,6 miliar untuk memfasilitasi bantuan bencana. Pemerintah tengah mempertimbangkan akan mengalirkan anggaran tambahan untuk membantu upaya pencarian, penyelamatan dan pembersihan pascabencana.

"Kami mengutamakan kehidupan rakyat," kata PM Abe dalam sidang parlemen pada Selasa (15/10).

Topan Hagibis membawa kerusakan yang luas dengan memutus daya listrik bagi lebih dari 34.000 rumah dan air bagi 110.000 rumah. Hingga Senin (14/10) malam waktu setempat, lebih dari 30.000 orang masih berada di tempat penampungan sementara.

Banjir besar-besaran terjadi setelah lebih dari 200 sungai meluap di beberapa wilayah di Jepang. Banjir telah surut di Tokyo dan aktivitas mulai berjalan normal di ibu kota.

Prefektur Miyagi dan Fukushima merupakan dua wilayah yang paling terpukul akibat Topan Hagibis. Lebih dari 40 korban tewas berada di dua wilayah tersebut.

Setelah banjir surut, warga di Prefektur Fukushima sibuk membuang perabotan yang rusak akibat terendam air. Banyak lansia yang masih menetap di pusat-pusat evakuasi.

Sponsored

Tunawisma ditolak masuk pusat evakuasi

Sebuah pusat evakuasi di Taito, Tokyo, mendapat kecaman keras setelah menolak masuk dua pria tunawisma yang mencari perlindungan dari Topan Hagibis.

Dalam sidang parlemen pada Selasa, PM Abe berjanji akan mengambil tindakan agar kejadian itu tidak terulang. Dia menegaskan bahwa seharusnya para pria tunawisma itu diberi perlindungan.

"Tempat perlindungan didirikan untuk tujuan melindungi kehidupan orang-orang yang terdampak. Seharusnya mereka menampung semua orang," kata dia.

Seorang pria tunawisma berusia 64 tahun mengatakan kepada Asahi Shimbun bahwa dia tiba di pusat evakuasi Taito pada Sabtu pagi.

"Angin bertiup dengan kuat dan hujan deras, saya ingin mereka membolehkan saya masuk," kata dia.

Karena ditolak masuk, dia kemudian menghabiskan malam itu di bawah payung plastik. Seorang pria tunawisma lainnya juga tidak diizinkan masuk ketika dia mengunjungi pusat evakuasi itu pada Sabtu sore.

Seorang petugas dari pusat evakuasi di Taito mengatakan pihaknya menolak masuk kedua orang tersebut karena mereka tidak memiliki alamat rumah di daerah itu. Mereka meminta maaf atas kejadian itu dan mengatakan akan memperbaiki prosedur kerjanya.

Para pengguna sosial media dengan cepat mengkritik insiden tersebut, banyak yang menyebutnya sebagai pelanggaran hak asasi manusia.

Seorang pria tunawisma ditemukan tewas pada Selasa di dekat sungai yang meluap di Tokyo. Menurut pemerintah, ada sekitar 1.100 tunawisma di ibu kota. (Reuters, Deutsche Welle dan Al Jazeera)

Berita Lainnya
×
tekid