sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kurang data, India setujui penggunaan vaksin Covid-19

Perusahaan farmasi asal India itu mengatakan, bahwa mereka sedang berdiskusi dengan lebih dari 10 negara terkait pembelian Covaxin.

Valerie Dante
Valerie Dante Senin, 04 Jan 2021 17:55 WIB
Kurang data, India setujui penggunaan vaksin Covid-19

India memberikan persetujuan penggunaan darurat bagi vaksin Covid-19 milik Bharat Biotech, Covaxin, pada Minggu (3/1). Namun, tindakan pemerintah langsung menuai kritik karena langkah itu diambil tanpa merilis data terkait efektivitas vaksin produksi dalam negeri tersebut.

Kabar yang diumumkan oleh drugs controller general of India (DCGI), dipuji oleh Perdana Menteri Narendra Modi dan para menterinya sebagai keberhasilan dalam mendorong kemandirian India.

Pemerintah India juga menyetujui penggunaan vaksin yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Oxford University akan menjadi vaksin utama dalam program imunisasi India sampai jenis vaksin lain disetujui.

Covaxin dikembangkan bersama dengan lembaga pemerintah. Hal ini, berarti India bergabung dengan daftar kecil negara yang telah menyetujui suntikan vaksin Covid-19 buatan sendiri.

Bharat telah bermitra dengan pengembang obat, Ocugen Inc, untuk bersama-sama mengembangkannya untuk pasar Amerika Serikat. Sementara itu, Brasil telah menandatangani letter of intent (LoI) yang bersifat tidak mengikat untuk membeli vaksin milik India tersebut.

Perusahaan farmasi asal India itu mengatakan, bahwa mereka sedang berdiskusi dengan lebih dari 10 negara lainnya terkait pembelian Covaxin.

"Vaksin ini membantu memenuhi kebutuhan medis yang tidak terpenuhi selama pandemik, tujuan utama kami adalah memberikan akses global bagi populasi yang paling membutuhkannya," kata Ketua Bharat Biotech Krishna Ella dalam sebuah pernyataan.

Dia mengklaim, tingkat keamanan dan efektivitas Covaxin sangat baik. Meski begitu, baik Bharat maupun Central Drugs Standards Control Organisation India tidak berniat mengungkapkan data yang membuktikan kemanjuran vaksin tersebut.

Sponsored

Sebuah sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan, kepada kantor berita Reuters bahwa keefektifan vaksin itu hanya mencapai 60%.

"Atas dasar apa persetujuan ini diberikan ketika Bharat Biotech belum menunjukkan cukup data yang membuktikan keamanan & kemanjuran vaksin?" protes aktivis India, Saket Gokhale, di Twitter.

Covaxin telah melalui proses persetujuan yang cepat. Bharat Biotech pada November menyatakan, bahwa vaksin kemungkinan akan diluncurkan pada kuartal kedua 2021, sementara seorang ilmuwan pemerintah menyarankan bahwa vaksin mungkin dirilis pada Februari atau Maret 2021.

Politikus oposisi dan mantan menteri pada Minggu mengkritik kurangnya transparansi dalam proses persetujuan vaksin Covid-19 itu.

"Persetujuan terlalu dini dan bisa berbahaya," kata mantan menteri, Shashi Tharoor. "Penggunaannya harus dihindari sampai uji coba selesai secara penuh. Sementara itu, India sebaiknya memulai dengan vaksin AstraZeneca." (Al Jazeera)

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid