Lagi, seorang wali kota di Filipina tewas ditembak
Pembunuhan Ferdinand Bote terjadi selang sehari setelah Wali Kota Tanauan Antonio Halili ditembak saat menghadiri sebuah acara.
Pembunuhan terhadap wali kota di Filipina kembali terjadi. Itu hanya berselang sehari setelah pembunuhan terhadap wali kota lainnya.
Kedua peristiwa itu menjadikan Filipina sebagai 'ibu kota pembunuhan di Asia'.
Wali Kota General Tinio, Ferdinand Bote, dibunuh saat dia keluar dari kompleks kantor pemerintahan dengan kendaraan. Dia ditembak seorang pria yang menggunakan sepeda motor. Si penembak meletuskan pistolnya berulang kali dari jarak dekat. Pelaku pun berhasil melarikan diri. Insiden penembakan yang terjadi pada Selasa (3/7) di Provinsi Nueva Ecija terekam kamera CCTV.
Sebelumnya pada Senin (2/7), Wali Kota Antonio Halili ditembak oleh penembak jitu saat menyanyikan lagu kebangsaan dalam sebuah upacara bendera di Balai Kota Tanuan. Video yang merekam insiden itu menunjukkan Halili langsung jatuh setelah ditembak sekali.
Senator oposisi Antonio Trillanes IV mengungkapkan pembunuhan itu merupakan dampak 'budaya kekerasan' yang digaungkan Presiden Rodrigo Duterte. “Kini tidak ada orang yang bisa merasa aman saat ini,” kata Trillanes.
Selama masa pemerintahannya, Duterte selalu menggunakan kebijakan keras untuk memberantas peredaran narkoba. Namun dalam dua tahun terakhir sebagian besar korban bandar narkoba yang ditembak adalah orang miskin.
“Bagi seseorang yang berjanji menegakkan perdamaian dan tatanan hukum di negara ini, sungguh ironis ketika Duterte ternyata menjadikan Filipina sebagai ibu kota pembunuhan di Asia,” kritik Trillanes.
Gereja Katolik Roma juga menyatakan kekhawatiran mendalam mengenai insiden pembunuhan tersebut. Dalam beberapa bulan terakhir, sedikit tiga pastor ditembak. Salah satunya adalah pastor yang ditembak di altar gereja saat menyiapkan misa pada bulan lalu.
Sementara itu, Duterte mengungkapkan pembunuhan Halili berkaitan dengan perdagangan narkoba.
Sedikitnya tiga wali kota di Filipina dituduh terlibat dalam perdagangan narkoba oleh pemerintahan Duterte. Halili dikenal karena memerintahkan tersangka narkoba dipertontonkan ke publik untuk menimbulkan efek jera. Ia sendiri telah membantah tudingan bahwa dirinya terlibat dalam pedagangan narkoba.
Sedangkan Bote, 57, memang tidak masuk dalam daftar tersangka narkoba yang dirilis badan anti narkoba Filipina. Polisi juga belum berkomentar mengenai pembunuhan Bote. “Kita menjamin semua tersangka akan diajukan ke pengadilan,” kata juru bicara Istana Kepresidenan, Hary Roque.