sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pemimpin Hong Kong: China dukung penarikan RUU ekstradisi

RUU ekstradisi dipandang sebagai wujud pengetatan kontrol China atas Hong Kong, memicu protes besar-besaran selama berbulan-bulan.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Kamis, 05 Sep 2019 14:14 WIB
Pemimpin Hong Kong: China dukung penarikan RUU ekstradisi

Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengatakan bahwa pemerintah China memahami, menghormati dan mendukung penarikan sepenuhnya RUU ekstradisi. RUU tersebut akan memungkinkan tersangka di Hong Kong diekstradisi ke China daratan.

RUU ekstradisi dipandang sebagai wujud pengetatan kontrol China atas Hong Kong, memicu protes besar-besaran selama berbulan-bulan.

Penarikan RUU ekstradisi tersebut diragukan akan mampu meredam aksi protes. Sejumlah pihak menilai itu sudah terlambat.

Dalam penampilan pertamanya, sejak mengumumkan penarikan RUU ekstradisi pada Rabu (4/9), Lam menjawab pertanyaan wartawan.

Ketika ditanya siapa yang memutuskan untuk mencabut RUU itu, perempuan usia 62 tahun tersebut menjawab, "Sepanjang seluruh proses ... mulai dari tahap awal pembuatan RUU hingga penarikannya kemarin, pemerintah pusat menghormati pandangan saya dan sepenuhnya mendukung saya." 

Bagaimanapun, Lam berharap bahwa keputusan untuk menarik RUU ekstradisi akan mengakhiri krisis politik di Hong Kong.

Penarikan RUU terjadi beberapa setelah kebocoran rekaman suara Lam, yang menyiratkan bahwa pemerintah pusat sebelumnya telah menolak usulannya untuk mencabut RUU dan justru memerintahkannya untuk tidak menyerah pada tuntutan pemrotes.

Hong Kong adalah bagian dari Tiongkok di bawah formula "Satu Negara, Dua Sistem", yang berarti kota itu dapat menikmati kebebasan yang tidak dimiliki China daratan, termasuk sistem hukumnya. Kebebasan berkumpul dan berbicara juga dilindungi.

Sponsored

Ketika diluncurkan pada April, RUU ekstradisi dengan cepat menuai kecaman. Kritikus mengatakan itu akan merusak kebebasan hukum Hong Kong dan mungkin dapat digunakan untuk mengintimidasi atau membungkam kritik terhadap China.

Sikap pemerintah yang menolak mundur telah memicu aksi massa. Protes, yang kadang-kadang diwarnai bentrokan antara polisi dan demonstran, telah berubah menjadi gerakan antipemerintah yang menyuarakan sejumlah tuntutan.

Di antara tuntutan itu adalah penyelidikan independen terhadap tuduhan kebrutalan polisi dalam menghadapi unjuk rasa, setop melabeli demonstran sebagai perusuh, pembebasan demonstran yang ditahan, serta reformasi politik dan demokrasi.

Kekerasan pecah di sejumlah distrik pascapengumuman penarikan RUU ekstradisi. Polisi mengatakan, sebuah bom bensin diduga dilemparkan ke rumah mewah di Distrik Kowloon pada Kamis dini hari. Surat kabar lokal Apple Daily mengatakan bahwa rumah itu milik taipan Jimmy Lai, seorang kritikus China terkemuka.

Pada Kamis (5/9), pemerintah Hong Kong memasang iklan satu halaman penuh di Australian Financial Review dengan mengatakan pihaknya bertekad untuk mencapai resolusi yang damai, rasional dan masuk akal serta secara tegas berkomitmen untuk "Satu Negara, Dua Sistem". (BBC dan Al Jazeera) 

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid