sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Lam: Hong Kong mungkin sedang sakit tapi belum mati

Kepala eksekutif Hong Kong mengakui bahwa dirinya memiliki ruang sangat terbatas untuk menyelesaikan krisis.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Selasa, 03 Sep 2019 10:22 WIB
Lam: Hong Kong mungkin sedang sakit tapi belum mati

Kepala eksekutif Hong Kong yang disokong China, Carrie Lam, mengatakan dia telah menyebabkan malapetaka yang tidak termaafkan dengan memicu krisis politik yang menyelimuti kota itu dan dia akan berhenti jika punya pilihan. Demikian menurut rekaman audio dari pernyataan Lam yang dia sampaikan kepada sekelompok pengusaha pekan lalu. 

Dalam pertemuan yang berlangsung tertutup itu, Lam mengatakan bahwa dirinya memiliki ruang yang sangat terbatas untuk menyelesaikan krisis karena kerusuhan telah menjadi isu keamanan dan kedaulatan nasional bagi China di tengah meningkatnya ketegangan dengan Amerika Serikat.

"Jika saya punya pilihan, hal pertama yang akan saya lakukan adalah mundur, setelah membuat permintaan maaf mendalam," kata dia.

Nada pernyataan Lam dalam rekaman itu digambarkan bertentangan dengan wajahnya yang lebih tegas di muka publik. Terkadang suaranya disebut tersendat ketika dia mengungkapkan dampak dari krisis.

"Bagi seorang kepala eksekutif yang menyebabkan kekacauan besar pada Hong Kong, ini tidak bisa dimaafkan," ujar Lam.

Tiga orang yang menghadiri pertemuan tersebut mengonfirmasi pernyataan Lam. Rapat tertutup itu merupakan satu dari sejumlah pertemuan serupa yang menurut Lam telah dilakukannya dengan seluruh lapisan masyarakat Hong Kong.

Juru bicara Lam mengakui bahwa terjadi dua pertemuan pekan lalu, termasuk dengan kelompok pebisnis. Namun, dia menolak memberi komentar karena menurutnya pertemuan itu bersifat pribadi.

Hong Kong telah dilanda demonstrasi besar-besaran yang terkadang diwarnai kekerasan sejak Juni, sebagai respons atas pembahasan RUU ekstradisi yang memungkinkan orang yang diduga melakukan kejahatan diekstradisi ke pengadilan di China daratan. RUU itu sendiri telah ditangguhkan, tetapi pergolakan terlanjur meluas.

Sponsored

Tuntutan para pengunjuk rasa melebar, termasuk pencabutan sepenuhnya RUU ekstradisi, konsesi yang sejauh ini ditolak.

Unjuk rasa Hong Kong merupakan krisis politik terbesar yang mencengkeram China sejak protes Lapangan Tiananmen pada 1989. Pada sisi lain, demonstrasi Hong Kong telah menandai salah satu tantangan terbesar pada pemerintahan Xi Jinping sejak dia mengambil alih kekuasaan pada 2012. 

Dalam kesempatan yang sama, Lam menyatakan bahwa pemerintah pusat belum menetapkan batas waktu untuk mengakhiri krisis jelang peringatan berdirinya China pada 1 Oktober. Dan perempuan berusia 62 tahun itu menekankan bahwa Beijing sama sekali tidak punya rencana untuk mengerahkan pasukan Tentara Pembebasan Rakyat di jalan-jalan Hong Kong. 

Menurut Lam, pemerintah pusat menyadari potensi kerusakan pada reputasi China yang akan timbul dari pengiriman pasukan ke Hong Kong.

"Mereka tahu bahwa harganya akan terlalu besar untuk dibayar. Mereka peduli dengan reputasi internasional negara," ungkap Lam dalam pertemuan tertutup itu.

Lam menuturkan bahwa China bersedia mengambil waktu yang lama untuk meredakan kerusuhan, bahkan jika itu berarti penderitaan ekonomi bagi Hong Kong.

Isu penanganan krisis Hong Kong dengan pengerahan kekuatan militer telah menjadi sorotan dunia.

Kesedihan terbesar

Lam juga bicara tentang pentingnya aturan hukum di Hong Kong dan mengembalikan stabilitas kota itu, serta kebutuhan untuk meningkatkan upaya menyampaikan pesan pemerintah. 

Kepala eksekutif Hong Kong itu menyatakan pula bahwa sekarang bukan saatnya untuk mengasihani diri sendiri. Dia bicara tentang frustasinya yang mendalam karena tidak mampu mengurangi tekanan pada pejabat kepolisian atau memberikan solusi politik untuk menenangkan protes.

Lam mengakui bahwa ketidakmampuannya untuk menawarkan situasi politik demi meredakan ketegangan adalah sumber dari kesedihan terbesarnya. Dia juga menyinggung tentang dampak krisis terhadap kehidupan sehari-harinya. 

"Sekarang ini sangat sulit bagi saya untuk bepergian. Saya tidak bisa ke mana-mana, termasuk ke mal dan salon. Saya tidak bisa melakukan apapun karena keberadaan saya akan tersebar lewat media sosial," tutur perempuan berambut pendek tersebut.

"Ada banyak orang berpakaian hitam dan anak-anak muda memakai topeng hitam yang menunggu saya."

Banyak pengunjuk rasa pro-demokrasi mengenakan pakaian hitam saat beraksi.

Setelah menikmati popularitas yang relatif tinggi pada bagian awal masa jabatannya, Lam sekarang adalah pemimpin yang paling tidak populer di antara empat orang yang telah memerintah Hong Kong sejak penyerahan kota itu dari Inggris ke China pada 1997. Demikian menurut jajak pendapat Public Opinion Research Institute.

Lam terpilih pada Maret 2017, di mana dia bersumpah untuk menyatukan masyarakat (Hong Kong dan China daratan) dan menyembuhkan perpecahan di kota itu. Sejauh ini, Hong Kong tetap menjadi kota paling bebas di bawah pemerintahan China.

Di bawah formula "Satu Negara, Dua Sistem" yang disepakati dengan Inggris, Hong Kong menikmati serangkaian kebebasan yang tidak hadir di China daratan. Salah satu yang paling berharga adalah sistem pengadilan dan aturan hukum independen.

Para pemrotes pro-demokrasi menilai bahwa RUU ekstradisi akan menggerogoti benteng kebebasan tersebut.

Pada pertemuan pekan lalu, Lam menekankan bahwa RUU ekstradisi murni dari pemerintahannya dan dimaksudkan untuk menyumbat celah di sistem hukum Hong Kong.

"Ini bukan sesuatu yang diperintahkan, atau dipaksakan oleh pemerintah pusat," kata dia.

Lam mengungkapkan penyesalan mendalam tentang dorongannya untuk meloloskan RUU ekstradisi. Dia juga memberi audiens pandangan suram. Polisi, menurut Lam, akan terus menangkap mereka yang disebutnya bertanggung jawab atas kekerasan yang meningkat.

"Akan menjadi naif untuk melukiskan gambaran yang indah bagi Anda, bahwa semuanya akan baik-baik saja ... Tapi Hong Kong belum mati. Mungkin kota ini sedang sangat, sangat menderita, tapi belum mati," imbuhnya.

Sumber : Reuters

Berita Lainnya
×
tekid