sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Lawan rasisme, New York larang diskriminasi gaya rambut

Model rambut masyarakat kulit hitam sering dianggap tidak profesional dan kerap ada pembatasan terkait itu.

Valerie Dante
Valerie Dante Rabu, 20 Feb 2019 14:51 WIB
Lawan rasisme, New York larang diskriminasi gaya rambut

Komisi Hak Asasi Manusia Kota New York merilis pedoman yang menentang diskriminasi berdasarkan gaya rambut seseorang.

Pedoman itu bertujuan untuk melindungi hak-hak warga New York di sekolah, tempat kerja, dan tempat-tempat umum.  Pasalnya di area-area tersebut, orang kulit hitam kerap terdampak oleh kebijakan yang melarang gaya tertentu, seperti afro, cornrows, atau locs.

Laporan komisi itu menyebutkan gaya rambut masyarakat kulit hitam sering dianggap tidak profesional dan kerap ada pembatasan atau larangan yang dilakukan atas gaya rambut mereka.

Pedoman komisi tersebut menegaskan bahwa pembatasan gaya rambut justru melanggengkan stereotip rasisme.

Ketua Komisi HAM New York Carmelyn P. Malalis mengatakan kebijakan gaya rambut bukan soal profesionalisme, tetapi lebih merupakan tindakan yang membatasi perilaku orang kulit hitam di tempat kerja, ruang publik, dan tempat lainnya.

Dia mengatakan pedoman yang diterbitkan akan membantu berbagai organisasi memahami bahwa warga kulit hitam di New York memiliki hak untuk mengenakan gaya rambut apa pun tanpa khawatir akan mendapat stigma atau kebencian.

Perusahaan yang melanggar pedoman tersebut dapat dijatuhkan denda hingga US$250 ribu.

Brittny Saunders dan Demoya Gordon tergabung dalam tim yang menyusun pedoman tersebut. Mereka mengaku memiliki pengalaman pribadi terkait diskriminasi rambut.

Sponsored

"Ketika saya mulai bekerja, saya meluruskan rambut karena saya paham ada ekspektasi untuk saya bekerja dengan rambut lurus dan bukan rambut alami," tutur Saunders.

"Kami menertibkan diri sendiri," timpal Gordon.

"Saat saya mulai melakukan wawancara kerja di firma hukum, saya tahu sudah banyak keraguan tentang keberadaan saya sebagai perempuan kulit hitam dengan gaya rambut gimbal (locs) yang mereka anggap tidak profesional," tambah Gordon.

Gordon baru merasa nyaman untuk kembali mengenakan gaya rambut gimbal setelah pindah tempat kerja ke organisasi nirlaba.

Tidak hanya di New York

Masalah ini tidak hanya terjadi di New York saja. Seorang wanita kulit hitam dari London mengaku pernah dipulangkan saat sedang bekerja di toko pakaian hanya karena rambutnya dikepang.

"Mereka berkata, 'Pulanglah, lepaskan kepang-kepang itu dari rambutmu, itu bukan penampilan yang kami inginkan'. Gaya rambut yang mereka inginkan adalah rambut lurus yang tidak alami. Mereka ingin saya mematuhi standar kecantikan Eropa," katanya.

Setelah pindah ke tempat kerja yang lebih santai, kini dia diperbolehkan mengenakan gaya rambut afro.

Namun, dia mengungkapkan tetap banyak teman-teman perempuannya yang kulit hitam yang harus mengubah gaya rambut mereka sebagai upaya menyesuaikan diri.

Seorang gadis berusia 23 tahun asal Inggris menyatakan sekolahnya, yang mayoritas berkulit putih, melarang gaya rambut 'ekstrem'.

"Saya tidak yakin apa yang mereka maksud dengan ekstrem, tetapi yang pasti itu artinya cornrows. Mereka mengatakan gaya rambut itu berafiliasi dengan geng," katanya.

Sekolahnya pun melarang siswa bergaya rambut afro, menggambarkannya sebagai gaya rambut yang mengganggu.

Agar hal serupa tidak terjadi di sekolah-sekolah New York, Malalis menekankan pentingnya pedoman ini diterapkan di lingkungan pembelajaran.

"Sangat penting bagi anak muda untuk menjadi diri mereka sendiri dan dihargai karenanya," tegasnya.

Sumber : BBC

Berita Lainnya
×
tekid