sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Malaysia berkomitmen lindungi kepentingannya di LCS

Malaysia mempertahankan komunikasi yang terbuka dan berkelanjutan dengan semua pihak terkait, termasuk China dan AS.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Kamis, 23 Apr 2020 20:00 WIB
Malaysia berkomitmen lindungi kepentingannya di LCS

Malaysia pada Kamis (23/4) menyerukan agar perselisihan Laut China Selatan diselesaikan dengan cara-cara damai. Seruan tersebut muncul di tengah konflik antara kapal China dan Malaysia yang disebut telah berlangsung selama berbulan-bulan.

Pekan ini, kapal perang Amerika Serikat dan Australia dilaporkan tiba di Laut China Selatan, tepatnya di dekat area di mana kapal survei pemerintah China, Haiyang Dizhi 8, beroperasi dekat dengan kapal bor yang dikontrak oleh perusahaan minyak nasional Malaysia, Petronas. Demikian diungkapkan sumber keamanan regional.

Direktur Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI) Greg Poling mengatakan bahwa konflik tersebut merupakan perkembangan terakhir dalam serangkaian gangguan oleh kapal-kapal China. 

Menurut Greg, sejak Desember, Tiongkok telah mengganggu kapal-kapal pemasok yang melayani West Capella, kapal eksplorasi minyak yang dioperasikan oleh Petronas.

Pekan lalu, Haiyang Dizhi 8, dikawal oleh kapal Penjaga Pantai Tiongkok (CCG), dilaporkan memasuki Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Malaysia dan memulai survei di dekat tempat operasi West Capella.

Data dari situs pelacakan Marine Traffic menunjukkan bahwa pada Kamis, Haiyang Dizhi 8, masih berada di ZEE Malaysia, sekitar 337 km dari Kalimantan.

Sementara itu, tiga kapal perang AS dan fregat Australia melakukan latihan bersama di Laut China Selatan pekan ini, di dekat lokasi operasi West Capella. Hal tersebut diungkap sejumlah pejabat dan sumber keamanan.

China membantah laporan tentang adanya persoalan, mengatakan bahwa Haiyang Dizhi 8 menjalani kegiatan normal.

Sponsored

Ada pun Malaysia pada Kamis mengatakan bahwa pihaknya tetap berkomitmen untuk melindungi kepentingannya di Laut China Selatan.

"Sementara hukum internasional menjamin kebebasan navigasi, keberadaan kapal perang dan kapal di Laut Cina Selatan memiliki potensi untuk meningkatkan ketegangan yang pada gilirannya dapat mengakibatkan kesalahan perhitungan yang dapat memengaruhi perdamaian, keamanan, dan stabilitas di wilayah tersebut," ujar Menteri Luar Negeri Hishammuddin Hussein dalam pidato resmi pertamanya tentang isu itu.

Hishammuddin menekankan bahwa Malaysia mempertahankan komunikasi yang terbuka dan berkelanjutan dengan semua pihak terkait, termasuk China dan Amerika Serikat.

Petronas sendiri belum berkomentar.

Sumber : Reuters

Berita Lainnya
×
tekid