sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Masjid tertua di Srinagar ditutup untuk salat Jumat, coreng kebebasan beragama di India

Pembatasan sekarang ini adalah yang paling serius sejak wilayah itu terbagi antara India dan Pakistan.

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Selasa, 28 Des 2021 20:04 WIB
Masjid tertua di Srinagar ditutup untuk salat Jumat, coreng kebebasan beragama di India

Sebuah masjid tertua berusia 600 tahun yang dikenal dengan Masjid Jamia di kawasan Srinagar, kota terbesar di Kashmir India, ditutup untuk salat Jumat dalam dua tahun ke belakang. Kendati begitu, masjid tetap dibuka terbatas pada enam hari lainnnya.

Penutupan ini juga diikuti sebagian besar masjid di kota tersebut yang justru mencoreng kebebasan beragama di India. Masjid-masjid itu ditutup di tengah perselisihan sengit antara pihak berwenang India dengan warga muslim Kashmir. Pasalnya, masjid dianggap oleh pihak berwenang sebagai tempat munculnya masalah, menjadi pusat protes dan bentrokan yang menantang kedaulatan India atas wilayah Kashmir yang disengketakan. Padahal, masjid tertua itu adalah rumah bagi satu juta warga muslim di Kashmir. Ribuan orang kerap salat di masjid di kota terbesar Kashmir itu.

Imam besar masjid itu telah ditahan di rumahnya hampir tanpa henti selama periode itu. Gerbang utama masjid digembok dan ditutup dengan lembaran-lembaran seng di hari Jumat, mencegah adanya warga muslim yang datang untuk menunaikan salat Jumat.

Penutupan masjid memperdalam kemarahan warga Muslim Kashmir. Seorang pensiunan pegawai Bashir Ahmed, 65, yang terbiasa salat di masjid itu selama lima dekade lebih mengatakan dirinya tidak merasa nyaman dan ada sesuatu yang hilang dari dalam lubuk hatinya.

Pihak berwenang India menolak berkomentar mengenai pembatasan di masjid itu. Pada masa lalu, para pejabat mengatakan pemerintah terpaksa menutup masjid Jamia karena komite pengelolanya tidak mampu menghentikan protes anti-India di lingkungan tersebut. Penutupan masjid berlangsung dalam penindakan keras yang dimulai pada 2019 setelah pemerintah mencabut status semiotonom yang telah lama disandang Kashmir.

Sebelumnya pihak berwenang mengizinkan masjid itu tetap buka pada enam hari lainnya, tetapi hanya beberapa ratus jemaah yang berkumpul di sana ketika itu, dibandingkan dengan puluhan ribu orang yang kerap datang untuk salat Jumat. Padahal kebebasan beragama dicantumkan dalam konstitusi India, mengizinkan warga untuk menganut dan secara bebas mempraktikkan ajaran agama mereka. Konstitusi juga menyatakan negara tidak akan mendiskriminasi, menggurui, atau mencampuri agama apa pun.

Bagi Muslim di Kashmir, penutupan masjid itu membawa kenangan menyakitkan dari masa lalu. Pada tahun 1819, penguasa Sikh menutupnya selama 21 tahun. Selama 15 tahun belakangan, masjid ini kerap mengalami larangan berkala dan penutupan oleh pemerintah-pemerintah India selanjutnya.

Pembatasan sekarang ini adalah yang paling serius sejak wilayah itu terbagi antara India dan Pakistan setelah kedua negara meraih kemerdekaan dari Inggris pada 1947. Kedua negara mengklaim keseluruhan wilayah tersebut. 

Sponsored

"Pembatasan di wilayah ini telah meningkat sejak Partai Bharatiya Janata yang nasionalis Hindu berkuasa. Kami menyaksikan pembatasan terhadap kebebasan beragama. Kami telah mengalami penutupan masjid pada masa lalu,” papar Sejarawan Zareef Ahmed Zareef.

Berita Lainnya
×
tekid