sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Sejumlah mayat korban bencana tambang 11 tahun lalu baru ditemukan

Detektif Polisi Peter Read mengatakan mereka telah menemukan setidaknya dua mayat setelah kamera dikirim ke lubang yang baru digali.

Fitra Iskandar
Fitra Iskandar Rabu, 17 Nov 2021 16:15 WIB
Sejumlah mayat korban bencana tambang 11 tahun lalu baru ditemukan

Sebuah bencana di tambang batu bara pernah terjadi di Selandia Baru lebih dari satu dekade lalu. Puluhan orang tewas dalam tragedi itu. Namun, sejumlah jenazah korban baru ditemukan Rabu ini.

Tragedi di tambang batu bara tersebut tercatat sebagai salah satu bencana industri terburuk di negara itu. 29 orang tewas setelah serangkaian ledakan yang dipicu oleh gas metana merobek tambang Sungai Pike di pantai barat Pulau Selatan pada November 2010. Dua orang berhasil melarikan diri.

Musibah yang mengejutkan itu mendorong Selandia Baru melakukan berbagai upaya pemulihan dan penyelidikan kriminal yang didakwakan. Bencana tersebut diyakini disebabkan oleh ledakan yang dipicu oleh penumpukan metana.

Inspektur Detektif Polisi Peter Read mengatakan mereka telah menemukan setidaknya dua mayat setelah kamera dikirim ke lubang yang baru digali. Dia mengatakan mayat-mayat itu ditemukan di ujung tambang, di mana tingkat metana tetap tinggi.

Read mengatakan teknologi pencitraan telah meningkat pesat sejak bencana, yang membantu mereka membuat penemuan.

Dia mengatakan mereka belum dapat mengidentifikasi mayat-mayat itu, meskipun mereka bekerja dengan ahli forensik untuk melihat apakah itu mungkin. Dia mengatakan mereka sebelumnya telah mengidentifikasi enam atau delapan penambang yang diyakini bekerja di daerah itu pada saat itu. 

Hanya dua dari 31 penambang pada shift sore yang bisa keluar. Runtuhnya terowongan telah mengakhiri upaya untuk memulihkan mayat atau mendapatkan lebih banyak bukti tentang bencana tersebut.

Tetapi dengan menggali lubang bor, para ahli kini dapat mengumpulkan gambar dari jangkauan terjauh dari tambang.

Sponsored

Penyelidikan sebelumnya menyimpulkan bahwa perusahaan Pike River Coal telah mengekspos para penambang pada risiko yang tidak dapat diterima karena berusaha memenuhi target keuangan. Laporan tersebut menemukan bahwa perusahaan mengabaikan 21 peringatan bahwa gas metana telah terakumulasi ke tingkat ledakan sebelum bencana.

Perusahaan, yang akhirnya bangkrut itu, tidak menentang tuduhan pelanggaran perburuhan terhadapnya. Namun, tuduhan pelanggaran perburuhan terhadap mantan kepala eksekutif Peter Whittall diberhentikan setelah dia dan perusahaan membuat penyelesaian keuangan. Hal ini membuat marah banyak keluarga yang berduka. Mahkamah Agung Selandia Baru kemudian memutuskan penyelesaian itu melanggar hukum.(foto gulftoday)

Berita Lainnya
×
tekid