sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Media Korea Utara tuding AS rencanakan plot kriminal

Tuduhan muncul pasca-pembatalan kunjungan Menlu AS Mike Pompeo ke Korea Utara.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Senin, 27 Agst 2018 15:02 WIB
Media Korea Utara tuding AS rencanakan plot kriminal

Korea Utara menuding Amerika Serikat (AS) merencanakan "plot kriminal" untuk berperang melawan Pyongyang. Pernyataan ini muncul menyusul langkah Donald Trump yang membatalkan kunjungan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ke negara pimpinan Kim Jong-un tersebut.

Melalui medianya, Rosong Sinmun, Korea Utara mengatakan bahwa unit khusus AS yang berbasis di Jepang tengah melakukan latihan udara yang ditujukan untuk "infiltrasi ke Pyongyang".

"Tindakan-tindakan seperti itu membuktikan bahwa AS tengah menancapkan rencana kriminal untuk melancarkan perang melawan DPRK (Republik Rakyat Demokratik Korea) dan melakukan kejahatan yang layak mendapat hukuman tanpa ampun jika gagal dalam skenario denuklirisasi DPRK yang tidak adil dan kasar," ujar surat kabar tersebut.

"Kita tidak bisa tidak mengambil catatan serius dari sikap ganda AS mengingat negara itu sibuk melakukan latihan rahasia yang melibatkan unit khusus sementara di lain sisi menjalankan dialog dengan senyum di wajahnya," sebut editorial Rosong Shinmun.

Seorang juru bicara dari Kedutaan Besar AS di Seoul, Korea Selatan, mengatakan bahwa dia tidak memiliki informasi tentang dugaan yang dicantumkan dalam editorial Rosong Shinmun.

Dalam pertemuan Kim Jong-un dan Donald Trump di Singapura pada awal Juni lalu, Korea Utara telah berjanji untuk menghentikan program senjata nuklirnya. Namun, belakangan Pyongyang dilaporkan hanya membuat sedikit kemajuan terkait isu ini.

Sejak KTT di Singapura, Menlu Pompeo telah berkunjung ke Pyongyang untuk membeberkan rincian perjanjian. Namun, pejabat Korea Utara menuduhnya berperilaku bak gangster. 

Selama upaya diplomatik berlangsung, Pompeo mendorong negara-negara lain untuk menjatuhkan sanksi terhadap Korea Utara.

Sponsored

Badan-badan intelijen AS dan PBB telah mengumpulkan bukti yang menunjukkan bahwa Korea Utara masih mengejar program nuklir meski telah ada kesepakatan yang dicapai antara Trump dan Kim Jong-un.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA), dalam laporan terbarunya juga menyoroti kegagalan Pyongyang untuk membuat kemajuan pada janji-janji yang dibuat dalam KTT di Singapura.

Pyongyang membantah tuduhan tersebut, menyebutnya "fiksi" yang dirancang untuk "menggelincirkan dialog" antara Korea Utara dan AS.

Pembatalan kunjungan Pompeo tidak disebutkan dalam tulisan editorial Rosong Sinmun, meski demikian, surat kabar itu mendesak Negeri Paman Sam untuk menghentikan "pertaruhan militer tanpa tujuan" dan menjalankan perjanjian di KTT di Singapura.

Trump mengumumkan pembatalan lawatan Pompeo pada hari Jumat melalui Twitter.

"Saya telah meminta Menteri Luar Negeri Mike Pompeo untuk tidak pergi ke Korea Utara, pada saat ini, karena saya merasa kami tidak membuat kemajuan yang cukup sehubungan dengan denuklirisasi Semenanjung Korea," tulis Trump.

Selain itu, Trump juga menyinggung bahwa dia tidak percaya China akan membantu pencapaian denuklirisasi Korea Utara. Presiden ke-45 AS itu menyampaikan bahwa Pompeo kemungkinan akan berkunjung ke Korea Utara setelah perang dagang AS-China berakhir.

Meskipun KTT di Singapura bersejarah, baik Washington maupun Pyongyang masih bergulat untuk menyelesaikan perbedaan dalam upaya denuklirisasi penuh.

Pyongyang telah menyerukan sebuah deklarasi perdamaian sebagai insentif untuk sepenuhnya meninggalkan senjata nuklir dan rudal balistik, namun Washington bersikeras kesepakatan dan konsesi lainnya akan dilakukan setelah Korea Utara membuat lebih banyak kemajuan dalam kesepakatan tersebut.

 

 

Sumber: Asian Correspondent

Berita Lainnya
×
tekid