sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Melonjak, korban tewas bom di Sri Lanka jadi 290 orang

Rentetan teror bom tepat di peringatan Paskah yang jatuh pada Minggu (21/4) merupakan serangan paling mematikan sejak 2009.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Senin, 22 Apr 2019 13:36 WIB
Melonjak, korban tewas bom di Sri Lanka jadi 290 orang

Jumlah korban tewas dalam pengeboman dua hotel, satu rumah dan lima gereja di Kolombo, Sri Lanka, meningkat menjadi 290 orang dan 500 lainnya dilaporkan terluka. Hal itu disampaikan oleh juru bicara Kepolisian Sri Lanka Ruwan Gunasekara.

Gunasekara menambahkan bahwa 24 orang telah ditangkap terkait rangkaian teror bom tersebut.

Sementara itu, juru bicara Angkatan Udara Sri Lanka Gihan Seneviratne mengatakan, sebuah alat peledak improvisasi (IED) ditemukan di dekat jalan menuju Bandara Internasional Bandaranaike pada Minggu (21/4) malam.

Perangkat itu ditemukan sekitar pukul 22.15 waktu setempat dan berhasil dijinakkan oleh pihak berwenang. Seneviratne menjelaskan bahwa IED dikemas di dalam pipa PVC.

Berbicara di luar gereja St. Anthony's di Kochchikade, Menteri Perumahan Sri Lanka Sajith Premadasa menerangkan bahwa serangan bom pada peringatan Paskah kemarin adalah jenis terorisme baru di negaranya.

"Sejak akhir perang pada tahun 2009, kami belum mengalami serangan jenis ini sehingga kami sangat terganggu dan khawatir. Ini mengejutkan dan kami akan menerapkan shock therapy," ungkap Premadasa. 

Teror di hari Paskah kemarin merupakan yang paling mematikan di Sri Lanka sejak berakhirnya perang saudara dengan Macan Tamil pada 2009. Perang berakhir dengan kekalahan Macan Tamil, yang telah angkat senjata selama 26 tahun untuk mendirikan sebuah negara Tamil yang merdeka. Perang diperkirakan telah menewaskan antara 70.000 dan 80.000 orang.

Sejak 2009, Sri Lanka dihantui kekerasan sporadis. Pada Maret 2018, keadaan darurat diumumkan setelah anggota komunitas Buddha Sinhala menyerang masjid dan properti milik warga muslim.

Sponsored

Buddhisme Theravada merupakan kelompok agama terbesar di Sri Lanka, yang membentuk sekitar 70,2% dari populasi. Itu pula merupakan agama mayoritas bagi warga Sinhala, yang disebut sebagai prioritas utama di Sri Lanka.

Hindu dan Islam masing-masing terdiri dari 12,6% dan 9,7% dari populasi di Sri Lanka. Negara itu juga merupakan rumah bagi sekitar 1,5 juta umat Kristiani, di mana mayoritas mereka adalah Katolik Roma.

Premadasa mengakui adanya kelalaian keamanan jelang terjadinya serangan. Isu itu, menurutnya, akan menjadi bagian penting dari penyelidikan yang saat ini tengah berlangsung.

Dia menambahkan bahwa ledakan di gereja St. Anthony's merupakan aksi bom bunuh diri.

Turki mengonfirmasi bahwa dua warganya tewas dalam rentetan teror bom di Sri Lanka.

"Kami kehilangan warga negara kami, Serhan Selcuk Narici dan Yigit Ali Cavus, dalam serangan di Sri Lanka," kata Menteri Luar Negeri Turki Cavusoglu seperti dilansir media pemerintah Anadolu Agency. "Kami sudah melakukan komunikasi dengan keluarga mereka dan kami akan memastikan pemulangan segera jasad mereka."

Warga negara asing lainnya yang menjadi korban tewas berasal dari Amerika Serikat, Inggris, Denmark, Portugal, India, Belanda, dan Jepang.

Kementerian Luar Negeri AS telah mengeluarkan peringatan perjalanan bagi warganya dengan menyebutkan bahwa kelompok-kelompok teroris terus merencanakan kemungkinan serangan di Sri Lanka.

"Teroris dapat menyerang dengan sedikit atau tanpa peringatan, menargetkan lokasi wisata, pusat transportasi, pasar/pusat perbelanjaan, fasilitas pemerintah daerah, hotel, kelab, restoran, tempat ibadah, taman, acara olahraga dan budaya skala besar, lembaga pendidikan, bandara, dan tempat umum lainnya," ungkap peringatan perjalanan yang dirilis Kemlu AS. 

Para wisatawan asing dan juga warga yang berusaha untuk terhubung dengan kerabat melalui media sosial pada Senin (22/4), tidak dapat melakukannya tanpa Virtual Private Network (VPN) atau kartu SIM asing. Itu terjadi setelah pemerintah menerapkan pemblokiran sementara media sosial segera setelah teror bom terjadi demi menghentikan penyebaran informasi yang keliru.

Pasca-serangan, Angkatan Darat Sri Lanka telah meningkatkan keamanan di sekitar tempat tinggal pendeta, gereja, dan tempat ibadah serta lembaga-lembaga negara.

Seorang juru bicara militer pada Minggu mengatakan kepada awak media bahwa setidaknya seribu tentara telah disiagakan di Kolombo

Hingga kini masih misteri siapa yang berada di balik serangan itu.

Selama konferensi pers pada Minggu malam, PM Ranil Wickremesinghe menyampaikan bahwa para pejabat sebelumnya telah memiliki informasi intelijen menyangkut serangan yang terjadi.

"Kita harus menyelidiki mengapa tindakan pencegahan yang memadai tidak dilakukan. Baik saya maupun para menteri tidak diberitahu," kata PM Wickremesinghe. (CNN dan BBC)

Berita Lainnya
×
tekid