sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Mendagri Singapura: Pertarungan lawan Covid akan lama

Singapura mencatat 1.481 kasus positif Covid-19, termasuk di antaranya enam orang meninggal dan 377 yang telah pulih.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Rabu, 08 Apr 2020 18:59 WIB
Mendagri Singapura: Pertarungan lawan Covid akan lama

Biaya ekonomi dan konsekuensi dari pandemik Covid-19 akan besar dan perjuangan akan berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri Singapura kepada CNBC.

Menurut K. Shanmugam yang juga Menteri Hukum Singapura, ini adalah krisis yang meliputi beberapa generasi dan konsekuensinya cenderung jauh lebih serius dibanding krisis keuangan masa lalu.

"Kita berjuang di front kesehatan, tetapi ada juga biaya ekonomi yang sangat besar. Dari langkah-langkah yang kita ambil, kita tahu bahwa pertarungan ini, tentu saja pertarungan ekonomi, akan berlangsung sangat lama," kata dia.

"Anda melihat kehancuran ekonomi. Bisnis hancur, kehidupan orang-orang hancur, dan dalam situasi seperti itu, Anda tidak bicara soal kontrak. Anda bicara soal ... keadilan, soal apa yang benar untuk dilakukan."

Sehari sebelumnya, Parlemen Singapura merilis UU baru yang memberi bantuan sementara bagi bisnis dan individu jika mereka tidak dapat memenuhi kewajiban kontrak mereka karena Covid-19, seperti membayar sewa. Mereka akan dilindungi dari tindakan hukum selama enam bulan.

Langkah itu, ujar Shanmugam, akan mendistribusikan kepedihan ekonomi secara lebih merata.

Namun, dia menekankan bahwa kewajiban kontraktual tidak dibatalkan, melainkan ditangguhkan sementara sampai situasinya membaik.

"Jika Anda bersikeras pada setiap hak kontraktual pada saat ini, itu akan menyedot kehidupan dari ekonomi. Anda harus melindungi semua orang," tambah Shanmugam.

Sponsored

Singapura mengalami lonjakan jumlah kasus yang dilaporkan mulai Maret ketika banyak warga kembali dari luar negeri. Hingga berita ini diturunkan, Singapura mencatat 1.481 kasus positif Covid-19, termasuk di antaranya enam orang meninggal dan 377 yang telah pulih dan dipulangkan dari rumah sakit.

Untuk mengatasi pandemik coronavirus jenis baru, Singapura mengadopsi kebijakan sosial distancing yang ketat, yang mencakup penutupan seluruh tempat kerja nonesensial dan sekolah selama satu bulan. Orang-orang juga diminta untuk menghindari sosialisasi dengan yang lain di luar rumah.

Selain itu, Singapura telah meluncurkan tiga paket stimulus bernilai sekitar 12% dari PDB-nya atau sekitar US$41,7 miliar demi meredam kerusakan ekonomi.

UU yang disahkan pada Selasa memperketat pembatasan lebih lanjut, dan melarang semua jenis pertemuan sosial di ruang publik dan pribadi serta membatasi pergerakan orang. UU itu juga membuat ketentuan atas permintaan tanah, properti atau layanan yang diperlukan untuk meningkatkan kapasitas perawatan kesehatan dan kapabilitas kesehatan masyarakat Singapura.

"Masyarakat didesak untuk tetap di rumah. Harus ada alasan yang benar untuk keluar, dan itu akan diizinkan. Tapi, pada dasarnya kami sangat mendesak semua orang untuk tidak keluar, kecuali untuk membeli kebutuhan sehari-hari, layanan penting, atau kebutuhan medis yang mendesak," sebut Menteri Kesehatan Singapura Gan Kim Yong di parlemen. 

Shanmugam menambahkan bahwa pembatasan tersebut akan membantu memastikan bahwa fasilitas perawatan kesehatan, khususnya fasilitas unit perawatan intensif, Singapura tetap berada di depan jumlah kasus infeksi yang diproyeksikan. 

"Kita harus mengambil langkah apa pun yang diperlukan untuk memastikan bahwa jumlahnya (infeksi) terus turun," kata dia.

UU itu menjatuhkan hukuman berat kepada pelanggar. Mereka yang melanggar dapat didenda hingga 10.000 dolar Singapura atau menghadapi hukuman enam bulan penjara atau keduanya. Jika mereka melanggar aturan lagi, mereka dapat didenda hingga 20.000 dolar Singapura dan menghadapi satu tahun penjara atau keduanya.

"Ketika memiliki kekuatan hukum, maka orang akan menganggapnya lebih serius," sebut Shanmugam.

Secara global, coronavirus jenis baru telah menginfeksi lebih dari 1,4 juta orang. Setidaknya 82.000 di antaranya meninggal, dan lebih dari 300.000 lainnya telah dinyatakan sembuh. (CNBC)

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid