sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menhan Sri Lanka: Salah satu pelaku bom pernah belajar di Inggris

Hasil penyelidikan awal menyebutkan bahwa sebagian besar pelaku bom di Sri Lanka pada Minggu Paskah berpendidikan tinggi.

Valerie Dante
Valerie Dante Rabu, 24 Apr 2019 18:39 WIB
Menhan Sri Lanka: Salah satu pelaku bom pernah belajar di Inggris

Menteri Pertahanan Sri Lanka Ruwan Wijewardene mengatakan bahwa beberapa pelaku teror bom pada Minggu Paskah memiliki koneksi internasional karena sempat menetap atau belajar di luar negeri. Menurutnya, salah satu pengebom sempat belajar di Inggris sebelum melanjutkan studi di Australia.

"Kami percaya bahwa salah satu pelaku bom bunuh diri menempuh pendidikan di Inggris dan kemudian melanjutkan studi pascasarjana di Australia sebelum kembali menetap di Sri Lanka," ujar Menhan Wijewardene dalam konferensi pers pada Rabu (24/4).

Berdasarkan hasil penyelidikan awal, Wijewardene mengungkapkan bahwa sebagian besar pelaku berpendidikan tinggi dan berasal dari keluarga kelas menengah atau kelas atas.

"Secara finansial mereka cukup mandiri dan kondisi keuangan keluarga mereka pun cukup stabil," tambahnya.

Polisi berhasil mengidentifikasi delapan dari sembilan pelaku pengeboman, salah satunya berjenis kelamin perempuan. Menurut polisi, kesembilan orang tersebut merupakan warga negara Sri Lanka.

Pihak kepolisian mengungkapkan, dua dari pengebom itu bersaudara dan merupakan putra dari pedagang rempah-rempah kaya asal Kolombo. Mereka bertanggung jawab atas ledakan bom di Shangri-La Hotel dan Cinnamon Grand Hotel.

Informasi terbaru itu datang setelah jumlah korban tewas meningkat menjadi 359 orang pada Rabu, dengan lebih dari 500 yang terluka.

Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengatakan ada kemungkinan ISIS terkait dengan ledakan itu. ISIS sendiri melalui media propaganda, Amaq, pada Selasa (23/4) telah mengklaim bertanggung jawab. Namun, hingga kini kelompok ekstremis itu belum memberikan bukti langsung yang mendukung klaimnya.

Sponsored

Pemerintah Sri Lanka sempat menuding bahwa pengeboman dilakukan oleh kelompok ekstremis lokal, National Thowheed Jamath (NTJ). Namun, PM Wickremesinghe menilai serangan itu tidak mungkin dilakukan tanpa bantuan pihak luar.

Pihak berwenang mengatakan sedang mencari kemungkinan adanya hubungan antara kelompok militan lokal yang melakukan pengeboman bunuh diri itu dengan ISIS.

"Ada pelatihan yang diberikan dan ada koordinasi yang tidak terdeteksi sebelumnya," kata dia.

Polisi menahan sekitar 60 tersangka sehubungan dengan serangan itu. Status darurat nasional tetap berlaku demi mencegah serangan lebih lanjut.

PM Wickremesinghe memperingatkan ada kemungkinan sejumlah militan dan bahan peledak masih tersebar di Sri Lanka.

Menhan Wijewardene mengatakan penyelidikan akan berlanjut dan pihak berwenang akan terus melakukan penangkapan selama beberapa hari mendatang.

"Kami dapat dengan tegas mengatakan dalam beberapa hari ke depan petugas keamanan kami akan mengembalikan keamanan di negara ini," ujarnya.

Pasca-bom pada Minggu Paskah, Presiden Maithripala Sirisena telah menyerukan perombakan keamanan besar-besaran di negara itu.

Dalam siaran televisi pada Selasa (23/4) malam waktu setempat, Presiden Sirisena mengatakan dia akan merestrukturisasi kepolisian dan pasukan keamanan dalam beberapa pekan mendatang.

Dia juga menyatakan akan menindak tegas para pejabat yang tidak meneruskan laporan ancaman dari badan intelijen asing kepada dirinya.

Seorang pejabat keamanan Sri Lanka mengatakan bahwa badan intelijen India telah memberikan laporan peringatan pada 4 dan 9 April. Peringatan yang sama kembali dikeluarkan pada Sabtu malam waktu setempat.

"Para pejabat keamanan yang mendapat laporan intelijen dari negara asing tidak meneruskannya kepada saya. Saya memutuskan untuk mengambil tindakan tegas terhadap para pejabat yang bertanggung jawab atas hal itu," ungkap Presiden Sirisena.

Sebelumnya, Menhan Wijewardene menyimpulkan serangan itu merupakan pembalasan atas penembakan massal terhadap dua masjid di Christchurch. Namun, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern segera membantah klaim itu. 

"Pada saat ini kami tidak memiliki apa pun untuk membenarkan klaim dari pihak Sri Lanka," ujar Ardern. (BBC dan The Guardian)

Berita Lainnya
×
tekid