sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menlu Rusia tuding Barat menolak dialog sebelum invasi

Langkah-langkah yang diusulkan termasuk jaminan bahwa NATO tidak akan maju ke timur, juga aksesi Ukraina.

Fitra Iskandar
Fitra Iskandar Kamis, 03 Mar 2022 14:49 WIB
Menlu Rusia tuding Barat menolak dialog sebelum invasi

Negara-negara Barat menolak untuk membahas pembentukan desain keamanan Eropa baru dengan Rusia. Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov mengatakan hal tersebut dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera.

Pada 17 Desember 2021, Kementerian Luar Negeri Rusia merilis rancangan perjanjian tentang jaminan keamanan antara Rusia dan Amerika Serikat dan rancangan perjanjian untuk memastikan keamanan Rusia dan negara-negara anggota NATO.

Langkah-langkah yang diusulkan termasuk jaminan bahwa NATO tidak akan maju ke timur, termasuk aksesi Ukraina dan negara-negara lain ke dalam aliansi, serta non-penyebaran senjata ofensif yang serius, termasuk  nuklir. "Barat menolak untuk bekerja sama dengan kami dalam membangun arsitektur keamanan Eropa yang baru," Lavrov menekankan.

Reaksi Moskow terhadap tanggapan Washington tentang jaminan keamanan yang diterbitkan pada 17 Februari menggarisbawahi bahwa AS tidak memberikan tanggapan terhadap proposal Rusia untuk membawa kembali senjata nuklir (menjauh dari Rusia). Tetapi AS hanya setuju untuk menangani masalah senjata nuklir non-strategis tanpa memperhitungkan spesifikasi lokasinya.

Lebih tajam dari Sergey Lavrov, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko pada hari Rabu mengatakan tujuan sebenarnya dari NATO adalah untuk mencari musuh.

“Setiap orang yang dapat menggunakan kepalanya memahami dengan baik bahwa ekspansi NATO secara efektif ditujukan untuk mencari musuh,” katanya pada Rossiya-24. "NATO menyadari bahwa mereka tidak bisa hidup tanpa musuh."

“Dengan memindahkan perbatasan mereka ke perbatasan kita, mereka hanya mencari musuh, mengatakan bahwa kita perlu mempertahankan diri dari ancaman besar dari timur, kita membutuhkan senjata di sana, kita perlu meningkatkan anggaran militer, ini adalah maksud dan tujuan dari NATO," lanjut diplomat itu.

"Tetapi pada saat yang sama, mereka menciptakan kerentanan untuk diri mereka sendiri," kata Grushko. "Setiap perluasan aliansi sebenarnya memperburuk keamanannya."

Sponsored

Dia mengatakan, Barat melupakan kepentingan keamanannya sendiri dalam mengejar ekspansi geopolitik ke wilayah baru.

"Barat membayangkan dirinya sebagai pemenang dalam Perang Dingin dan memutuskan bahwa ia sendiri yang dapat menetapkan aturannya sendiri," kata Wakil Menteri Luar Negeri itu. "Sebuah tatanan berbasis aturan bukanlah hukum internasional, tentu saja. Ini adalah tatanan yang dikandung di Brussel, Washington, dan ibu kota lainnya," ujarnya.

Salah satu alibi Rusia untuk melakukan invasi ke Ukraina adalah Negeri Beruang Merah itu sudah jauh-jauh hari tidak menginginkan Ukraina bergabung dengan NATO. Pasalnya, jika Ukraina bergabung dengan NATO, maka Barat, yang notabene dianggap sebagai musuh bagi Rusia, bisa menempatkan persenjataannya 'di depan gerbang' Negara itu. 

Itu bukanlah situasi yang diinginkan Rusia, sehingga Vladimir Putin mengambil langkah untuk meresponsnya dengan sangat keras, masuk ke Lugansk dan Donetsk, dua wilayah yang sebelumnya bagian dari Ukraina dan berbatasan langsung dengan Rusia yang kemudian bergerak lebih jauh ke Kiev untuk demiliterisasi dan menggulingkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang dituding condong ke Barat. 

Berita Lainnya
×
tekid