sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Mobilisasi Putin dan potensi kejatuhan politik

Upaya untuk meningkatkan kekuatan di Ukraina tampak kacau dan telah mengeluarkan kritik terhadap Putin yang jarang terjadi.

Raihan Putra Tjahjafajar
Raihan Putra Tjahjafajar Rabu, 05 Okt 2022 20:49 WIB
Mobilisasi Putin dan potensi kejatuhan politik

Pada 21 September 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi militer dalam skala besar pertama sejak Perang Dunia II. Dalam Pidato yang disiarkan televisi, Putin mengatakan bahwa rancangan itu diperlukan untuk melindungi negara dan integritas teritorialnya. 

Perkataan Putin dalam pidatonya itu, memicu demonstrasi dan serangan terhadap pemerintahan pusat di seluruh negeri. Dan pemantau protes terkemuka OVD berkomentar, hal itu menyebabkan penangkapan sekitar 2.400 orang. 

Peluncuran mobilisasi tampak kacau
Terdapat laporan bahwa orang-orang yang tidak memenuhi syarat untuk mobilisasi. Seperti ayah dari empat anak atau lebih, pria yang tidak normal fisiknya, usia tua renta wajib mengikuti wajib militer dan menerima pemberitahuan dari tentara. 

Menurut pejabat pemerintah, pidatonya itu akan mengakibatkan peningkatan kemarahan publik dan dapat memicu penyebaran yang jarang terjadi. 

Bahkan, ratusan ribu orang Rusia telah mencari jalan keluar untuk meninggalkan negaranya. Mereka melakukan pelarian diri ke perbatasan penyeberangan negara-negara tetangga. Hal itu dilakukan untuk menghindari keputusan Putin yang dianggap masyarakat tidak melindungi warganya. 

Setelah empat hari pidato Putin itu tersiarkan. Sekitar 260.000 pria dilaporkan berpergian ke luar negeri. Dalam survei yang dilakukan oleh Lembaga Jajak Pendapat Independen Levada Center, hampir setengah dari responden mengatakan mereka merasa takut setelah pengumuman mobilisasi, dan 13% lainnya marah. 

Tetapi, ribuan orang yang dimobilisasi telah dilaporkan dianggap tidak layak untuk bertugas. Sehingga, mereka dipulangkan. Sementara protes masa di reda dengan cara yang tidak baik, atau bisa dikatakan dengan tindakan kekerasan oleh pihak berwenang. 

Kata para analisis pengamat negara, dampak politik dari mobilisasi dan kemunduran yang terus berlanjut dalam perang Ukraina bisa menjadi signifikan.

Sponsored

Serta kedudukan popularitas Putin dapat terpukul dan dapat diperkirakan kekuasaannya akan melemah. Karena terdapat ketegangan antara berbagai kubu di dalam elite politik negara itu.

Mobilisasi sedikit terlambat
Pada akhir Februari, tentara Rusia meluncurkan invasi skala besar ke Ukraina. Hal itu dilakukan akibat Putin menghadapi penurunan peringkat persetujuan dari “efek Krimea” itu mereda. Istilah tersebut mengacu pada lonjakan secara signifikan dalam popularitas putin setelah Rusia menduduki dan merebut Semenanjung Krimea Ukraina pada 2014. 

Pengambilalihan wilayang asing yang relatif cepat dan tidak menimbulkan korban delapan tahun lalu mengalami peningkatan peringkat persetujuannya dari sekitar 60%, berubah menjadi hampir 90%. 

Untuk invasi pada Febuari memiliki efek yang serupa. Hal itu merubah peringkat dari sekitar 65% dan berubah menjadi 80%. 

Tetapi kegagalan dari segi hal mengamankan kemenangan mengalami kemunduran baru-baru ini. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan masyarakat dengan pemerintah Rusia dan Putin.

Pada September, jajak pendapat memperlihatkan terdapat penurunan popularitas Putin menjadi 77%. Terlebih lagi, mobilisasi yang diluncurkan sebagai tanggapan atas serangan balasan Ukraina yang sukses, kemungkinan tidak bisa membawa perubahan untuk Putin. 

“Saya tidak berpikir (mobilisasi Rusia) akan merubah arah perang ini kerena sedikit terlambat, juga mungkin terlalu sedikit,” kata Konrad Muzyka yang merupakan seorang analis pertahanan dan Direktur Rochan Consulting kepada Aljazeera.

Konrad Muzyka mengatakan bahwa tentara Rusia akan menghadapi berbagai tantangan dalam mengerahkan tentara baru. Bukan hanya karena pengaalman mereka yang terbatas, tetapi juga karena terdapat permasalahan logistik. Termasuk penyediaan peralatan, senjata, dan bahkan makanan yang layak. 

Terdapat laporan tentang moral yang rendah di antara pasukan Rusia, bahkan sebelum wajib militer. Dalam perekrutan tentara yang baru dan tanpa adanya latihan militer sesuai standar militernya akan berdampak kurang baik, karena tentara yang direkrut langsung diterjunkan ke medan perang. Hal itu dapat memperburuk ketidakpuasan di jajaran tentara. 

Mobilisasi juga tidak akan mampu mengimbangi masalah signifikan lainnya. Seperti menipisnya alutista dan munisi. Menurutnya impor dari Iran dan Korea Utara juga tidak mungkin membantu

Ingkar janji

Analis Politik dan Direktur Editorial Riddle Rusia Anton Barbashin mengatakan, perlibatan penduduk Rusia pada peperangan seperti itu menceriminkan pemimpin yang ingkar janji. 

“Melibatkan penduduk Rusia pada skala seperti itu mencerminkan ingkar janji dari kebijakan luar negeri Putin. Walaupun peperanganya tidak akan memasuki rumah-rumah Rusia,” kata Anton. 

Ketegangan di kalangan elite politik
Sementara terdapat penekanan elite politik yang mungkin meningkat dalam waktu dekat. Sebab, hilangnya legitimasi yang dapat melemahkannya kepemimpinannya Putin dan melemahnya kesimbangan yang ada di antara elite politik, karena kepentingan pribadi dan kelompok-kelompk yang berkonflik di dalam kubu elite politik. 

Dalam beberapa hari terakhir, kefrustasian dalam elite politik Rusia telah mengemuka. Karena kritik publik terhadap masalah rancangan dan kegagalan perang telah meningkat. 

Tokoh masyarakat yang dekat dengan Putin, termasuk pemimpin Checnya Ramzan Kadyrov dan pengusaha Yevgeny Prigozhin, secara terbuka mengomentari Kementerian Pertahanan Rusia. 

“Pimpinan tentara berbohong dan menyampaikan laporang palsu mengenai situasi di garis depan. Padahal di garis depan kondisinya baik-baik saja,” kata pensiunan tentara, Letnan Jenderal Andrei Gurulyev.

Pada akhir September, seorang Wakil Menteri Pertahanan yang bertanggung jawab atas logistik yang tidak memadai itu dipecat, dan beberapa orang lainnya pun dipecat. Dianggap gagal mengerjakan tugasnya. 

Ketidakhadiran Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dari acara-acara publik. Sehingga baru-baru ini memicu spekulasi tentang perbedaannya dengan Putin. Selain itu, terdapat laporan dari media barat mengenai meningkatnya ketidakpuasan dikalangan petinggi tentara Rusia dengan keputusan presiden. 

Sumber : Al Jazeera

Berita Lainnya
×
tekid