sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Musim hujan, pengungsi Rohingya makin terjepit

Pengungsi Rohingya di kamp Cox's Bazar Bangladesh terancam dihantam siklon yang mengakibatkn hujan deras, berbuntut kematian warga.

Dika Hendra
Dika Hendra Minggu, 27 Mei 2018 16:19 WIB
Musim hujan, pengungsi Rohingya makin terjepit

Berbulan-bulan sejak gelombang pengungsi Rohingya ke negara-negara tetangga, kini warga perbatasan Bangladesh itu masih merana.

Khususnya di musim hujan seperti ini, bukan hanya persoalan makanan dan minuman higienis saja yang menghantui. Namun, ancaman bencana alam seperti banjir dan tanah longsor turut menjadi kekhawatiran tersendiri. Mereka yang melarikan diri dari bencana di tanah kelahiran mereka, Myanmar, tapi mereka sendiri menghadapi ancaman bencana alam di negari orang.

“Anggota keluarga kita akan terbunuh. Banyak anak-anak di sini. Kita takut jika hujan akan memicu tanah longsor,” kata Osiur Rahman, pengungsi Rohingya, di Cox’s Bazar, perbatasan Bangladesh.

Rahman tinggal di kamp pengungsian sementara yang beratapkan plastik dan bertiang bambu. Pria berusia 53 tahun itu tinggal bersama sembilan anggota keluarganya.

Lebih dari 700.000 warga Muslim Rohingya melarikan diri dari Rakhine, Myanmar, menuju Bangladesh sejak sembilan bulan lalu. Mereka menghindari ancaman kekerasan yang dilakukan tentara Myanmar. Di Bangladesh, nasib mereka justru tidak lebih baik. Hampir satu juta warga Rohingya tinggal di Cox’s Bazar. Jumlah itu merupakan akumulasi dari pengungsi Rohingya terdahulu yang masih bertahan.

Sekitar 200.000 pengungsi Rohingya berisiko menghadapi bencana banjir dan tanah longsor. Maklum, mereka tinggal di bukit dan tepian sungai. 21.000 pengungsi lainnya sudah mengungsi ke tempat yang lebih aman.

“Jika tinggal di bukit, para pengungsi menghadapi ancaman banjir. Kalau tinggal di lembah, mereka terancam banjir,” kata Kevin J Allen, Ketua Operasional Badan urusan Pengungsi PBB, UNHCR, dilansir Channel News Asia. “Mereka kembali menghadapi kondisi darurat yang kini dikendalikan oleh alam,” paparnya.

Wilayah Cox's Bazar dihantam siklon yang mengakibatkan hujan deras. Siklon itu membunuh puluhan ribu warga Bangladesh di dekat perairan selama beberapa dekade.

Sponsored

Parahnya lagi, Bangladesh juga membatasi penjualan bahan material untuk pemukiman pengungsi. Itu dikarenakan Dhaka tidak ingin para pengungsi Rohingya menjadi beban mereka. Bangladesh menginginkan pengungsi Bangladesh kembali ke Myanmar. Namun, para pengungsi enggan kembali ke Bangladesh karena ancaman keamanan.

“Tidak ada penutup yang menghentikan hembasan angin,” ujar Noor Mohammad, pengungsi Rohingya.

Untuk lebih aman, banyak pengungsi memilih mengevakuasi diri di masjid dan pusat penampungan pengungsi di Cox’s Bazar. “Jika ada siklon besar, semua pengungsi harus direlokasi. Tapi, tak mungkin pusat penampungan dan masjid menampung satu juta orang,” kata Kazi Abdur Rahman, pejabat pemerintahan lokal di Cox’s Bazar.

Berita Lainnya
×
tekid