sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Netizen Korea Selatan protes kumis Dubes AS

Dubes Harry Harris disebut memiliki model kumis serupa dengan delapan gubernur jenderal Jepang semasa pendudukan Semenanjung Korea.

Valerie Dante
Valerie Dante Jumat, 17 Jan 2020 19:39 WIB
Netizen Korea Selatan protes kumis Dubes AS

Duta Besar Amerika Serikat untuk Korea Selatan Harry Harris dituduh menghina Negeri Ginseng dengan model kumisnya yang disebut mengingatkan rakyat negara itu pada masa pemerintahan kolonial Jepang.

Pendudukan Jepang atas Semenanjung Korea pada 1910-1945 menjadi sumber kebencian yang berkelanjutan di Korea Selatan.

Netizen Korea Selatan meluncurkan kritik terhadap kumis Harris segera setelah dia diangkat sebagai dubes pada Juli 2018 hingga saat ini. Sejumlah pengguna media sosial mencatat bahwa selama masa kolonial, delapan gubernur jenderal Jepang memiliki model kumis serupa.

Pekan lalu, dubes berusia 63 tahun itu mengatakan kepada wartawan di Seoul bahwa kritikan muncul karena latar belakangnya.

"Entah mengapa, kumis saya telah menarik banyak perhatian di sini. Saya juga banyak dikritik, terutama di media sosial, karena saya berdarah Jepang-AS," tutur dia.

Harris menjelaskan, selama 40 tahun kariernya di Angkatan Laut, dia tidak memiliki kumis. Namun, dia memutuskan menumbuhkan kumis untuk menandai awal kariernya sebagai diplomat.

"Saya ingin menandai pergantian antara hidup saya sebagai perwira militer dan hidup baru saya sebagai diplomat," ujar Harris saat diwawancari Korea Times.

Sponsored

Surat kabar itu menyebut bahwa kumisnya telah dikaitkan dengan citra terbaru AS yang tidak sopan dan koersif terhadap Korea Selatan.

Korea Times melaporkan bahwa Harris kerap diejek dan dipandang netizen Korea Selatan bukan sebagai dubes, melainkan gubernur jenderal.

Baru-baru ini, Harris membuat marah masyarakat Korea Selatan atas dukungannya terhadap kebijakan Presiden Donald Trump yang meminta Seoul membayar US$5 miliar sebagai biaya untuk menampung 28.500 tentara AS di negara itu.

Pada Oktober 2019, 19 siswa ditangkap saat mencoba merusak tembok di sekitar kediaman resmi Harris sebagai bentuk protes terhadap tuntutan Trump.

Harris juga menambahkan tekanan kepada Korea Selatan agar lebih berupaya memperbaiki hubungan dengan Jepang.

Dubes Harris menyatakan bahwa walaupun dia memahami latar belakang sejarah yang memicu ketegangan antara Tokyo-Seoul, dia tidak akan merendahkan Jepang dalam menanggapi komentar bernada rasial di media sosial.

"Yang dapat saya katakan adalah setiap keputusan yang saya buat didasarkan pada kenyataan bahwa saya adalah Dubes AS untuk Korea Selatan, bukan Dubes Jepang-AS untuk Korea Selatan," tegas dia.

Ketika ditanya apakah dia akan mencukur kumisnya, Harris menuturkan bahwa dia tidak melihat kumisnya sebagai hal yang dapat merusak hubungan kedua negara.

Diprotes kantor presiden

Gedung Biru secara terbuka mengkritik Dubes Harris atas komentarnya terhadap rencana Presiden Korea Selatan Moon Jae-in melanjutkan kerja sama antar-Korea.

"Sangat tidak pantas bagi dubes untuk menyinggung pernyataan presiden negara tuan rumah," kata seorang pejabat Gedung Biru kepada wartawan.

Pejabat itu menekankan bahwa kerja sama antar-Korea adalah persoalan yang harus diputuskan oleh Korea Selatan, meskipun Seoul selalu berkonsultasi erat dengan Washington.

Dubes Harris dilaporkan mendesak Seoul untuk mengadakan konsultasi dengan Washington terkait resor wisata Gunung Kumgag di pantai timur Korea Utara.

"Lebih baik isu-isu seperti itu terlebih dahulu dibahas dalam kelompok kerja demi menghindari kesalahpahaman yang mungkin memicu sanksi," tutur Harris kepada sekelompok wartawan asing di Seoul pada Kamis (16/1).

Banyak pihak memandang pernyataannya sebagai peringatan terselubung dan upaya untuk menekan pemerintahan Moon Jae-in yang sedang berusaha memulai kembali proyek antar-Korea yang tidak terpengaruh oleh sanksi PBB.

Kementerian Unifikasi yang bertanggung jawab atas urusan antar-Korea memberikan tanggapan singkat terhadap pernyataan Harris.

"Kebijakan kami terkait dengan Korea Utara berada di bawah kedaulatan kami," tutur juru bicara Kementerian Unifikasi Lee Sang-min dalam jumpa pers reguler. "AS berulang kali memperjelas bahwa mereka menghormati kedaulatan Korea Selatan terkait dengan kebijakan kami terhadap Korea Utara." (The Guardian dan Yonhap)

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid