sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Paus Fransiskus akui pelecehan seksual terhadap biarawati oleh pastor

Ini merupakan kali pertama Paus Fransiskus berbicara secara terbuka mengenai pelecehan seksual yang menimpa para biarawati.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Rabu, 06 Feb 2019 13:11 WIB
Paus Fransiskus akui pelecehan seksual terhadap biarawati oleh pastor

Paus Fransiskus pada Selasa (5/2) mengatakan bahwa Gereja Katolik Roma tengah bergulat dengan isu pelecehan seksual yang menimpa para biarawati oleh para pastor, bahkan uskup. Itu merupakan pertama kalinya, dia secara terbuka mengakui persoalan ini.

Sejumlah biarawati Katolik menuding para pastor melakukan pelecehan seksual dalam beberapa tahun terakhir di India, Afrika, Amerika Latin, dan Italia. Dan sebuah majalah Vatikan pekan lalu melaporkan, ada korban yang melakukan aborsi atau ada pula yang memilih melahirkan.

Namun, selama itu pula, Paus Fransiskus tidak pernah mengangkat isu ini sampai akhirnya dia dimintai komentarnya selama konferensi pers di atas pesawat kepausan yang membawanya kembali ke Roma dari perjalanannya ke Uni Emirat Arab.

"Itu benar," ungkap Sri Paus. "Ada pastor dan uskup yang telah melakukan itu."

Pengakuan oleh Paus Fransiskus ini membuka front baru dalam skandal pelecehan seksual yang telah berlangsung lama oleh para pastor. Selama bertahun-tahun para biarawati telah mencoba meminta perhatian atas penderitaan mereka.

Menyusul dengan menguatnya gerakan #MeToo dan meningkatnya tekanan terhadap Paus Fransiskus yang dinilai mengabaikan para korban pelecehan anak, keinginan para biarawati pun mendapat sorotan.

Pada November lalu, organisasi yang mewakili ordo religius wanita Katolik dunia, the International Union of Superiors General, secara terbuka mengecam "budaya diam dan rahasia" yang berkontribusi pada pelecehan. Mereka mendesak para biarawati untuk melaporkan pelecehan kepada penegak hukum.

Seorang pejabat tinggi di Vatikan yang menangani tuduhan pelecehan seksual mengundurkan diri bulan lalu setelah seorang mantan biarawati menuduhnya melakukan tindakan serupa selama pengakuan dosa. Pejabat yang diidentifikasi sebagai Hermann Geissler, kepala staf di kantor doktrin Vatikan, membantah tudingan tersebut.

Sponsored

Ditanya terkait perkembangan isu ini, Paus Fransiskus menjelaskan bahwa itu adalah masalah yang berkelanjutan dan Vatikan tengah menanganinya. Beberapa pastor, menurutnya, telah dipecat.

"Apakah kami harus melakukan lebih? Ya," kata Paus Fransiskus. "Apakah kami memiliki keinginan untuk itu? Ya."

Meskipun pelecehan terhadap biarawati kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan pelecehan anak-anak dan remaja putra, itu bukan hal baru. Pada 1990-an, ketika krisis pelecehan seksual anak mulai muncul di Amerika Serikat, para pemimpin ordo keagamaan wanita menulis beberapa laporan yang meminta perhatian pada kasus-kasus pelecehan terhadap para biarawati.

Banyak contoh datang dari Afrika, di mana pastor disebutkan beralih ke biarawati untuk berhubungan seks selama penyebaran AIDS. Seorang biarawati pada saat itu, Maura O'Donohue menulis tentang sebuah kasus di Malawi, di mana para pastor menghamili nyaris 30 biarawati di sebuah kongregasi.

Ketika mereka melaporkan peristiwa itu kepada uskup agung, menurut O'Donohue, mereka diganti.

Tahun lalu, seorang biarawati di India menuduh seorang uskup berulang kali memperkosanya antara 2014 dan 2016. Uskup itu ditangkap setelah korban melaporkan kepada polisi, sebuah keputusan yang memecah komunitas Katolik setempat. Banyak pastor merayakan ketika tersangka dibebaskan dengan jaminan.

Dalam kasus profil tinggi di Chile, Vatikan tengah menyelidiki laporan bahwa para pastor menganiaya para biarawati.

Biarawati yang masih bertugas maupun yang sudah menjadi mantan mengatakan bahwa para korban telah dikeluarkan dari ordo ketika mereka melaporkan kekerasan.

Musim panas lalu, sebuah investigasi oleh The Associated Press menemukan kasus-kasus pelecehan biarawati di Eropa, Asia, Afrika, dan Amerika Selatan, dan melaporkan bahwa Vatikan tidak menghukum pelaku secara memadai atau mendukung korban.

Pada sebuah konferensi di Pakistan baru-baru ini, Sister Rose Pacatte, yang berbasis di Los Angeles, berbicara kepada para pemimpin ordo keagamaan wanita tentang cara mencegah pelecehan.

"Jangan melapor kepada uskup atau pastor sebagai langkah pertama untuk menghadapi situasi ini," demikian peringatannya dalam presentasinya. "Mereka mungkin pelaku kekerasan atau melindungi mereka pelaku."

Mayoritas kunjungan Paus Fransiskus ke Uni Emirat Arab difokuskan pada dialog antaragama dengan dunia Muslim, dan puncaknya adalah penandatanganan semacam manifesto untuk persaudaraan dengan Ahmed al-Tayeb, imam besar masjid Al Azhar yang berpengaruh di Mesir.

Ditanya di pesawat pulang tentang kritik konservatif yang menilai dirinya bersikap Pollyannaish dalam pendekatannya ke Timur Tengah dan itu telah dimanfaatkan oleh para syekh, Fransiskus meresponsnya dengan canda, "Tidak hanya kaum Muslim."

Dia menjelaskan, dokumen yang dia tanda tangani didasarkan pada pijakan teologis yang kuat.

"Saya ingin mengatakan ini dengan jelas, dari sudut pandang Katolik, dokumen itu belum bergerak satu milimeter pun dari pengajaran gereja yang dikodifikasikan dalam Konsili Vatikan II," ujar Sri Paus.

Lebih lanjut, Paus Fransiskus menerangkan bahwa dia telah mengambil langkah ekstra untuk memeriksa dokumen itu dengan bantuan seorang teolog yang menyetujuinya. 

"Ini bukan langkah mundur, melainkan langkah maju," kata pemimpin Katolik itu.

Paus Fransiskus pun menegaskan, dia terus menyuarakan keprihatinannya tentang penganiayaan terhadap orang-orang Kristen di wilayah tersebut.

Di Uni Emirat Arab, Paus Fransiskus menyelenggarakan Misa di Stadion Zayed Sports City di Abu Dhabi dengan dihadiri oleh 135.000 umat Katolik. Banyak dari mereka adalah pendatang dari India, Filipina, dan Amerika Selatan.

Misa itu adalah perayaan publik terbesar ritus Kristen dalam sejarah negara muslim, di mana penyembahan terhadap agama lain ditoleransi tetapi biasanya tidak dilakukan dengan cara yang sedemikian menyedot perhatian. (The New York Times)

Berita Lainnya
×
tekid