PBB: Dunia harus bersama-sama atasi perubahan iklim
Indonesia saat ini masih menjadi salah satu dari 10 negara dengan emisi gas rumah kaca terbesar.
Kepala Perwakilan PBB di Indonesia Anita Nirody menegaskan bahwa perubahan iklim merupakan persoalan yang akan berdampak kepada seluruh dunia dan perlu diatasi bersama.
"Perubahan iklim terjadi sekarang dan terjadi pada kita semua. Tidak hanya kepada segelintir orang, dampak perubahan iklim akan dirasakan seluruh umat manusia," tutur Nirody dalam pertemuan dengan awak media di Seribu Rasa, Menteng, Jakarta, Kamis (20/6).
Terkait dengan isu perubahan iklim, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berpose di genangan air untuk sampul majalah Time edisi Juni.
Menurut Nirody, melalui sampul majalah itu, Guterres berupaya untuk meningkatkan kesadaran dunia atas perubahan iklim.
"Sekjen meminta agar dunia, khususnya negara-negara anggota PBB, bertindak lebih jauh untuk mengatasi persoalan perubahan iklim. Mereka harus dapat memenuhi target yang mereka tetapkan untuk mencari solusi atas permasalahan ini," jelasnya.
Nirody menyayangkan fakta bahwa Indonesia menjadi salah satu dari 10 negara dengan emisi gas rumah kaca terbesar. Dia menyerukan agar Indonesia berjuang bersama PBB untuk mengatasi masalah ini.
"Indonesia adalah pemain yang sangat penting. Jika serius mengatasi perubahan iklim, dampaknya tidak hanya akan terasa di dalam negeri, tetapi juga di seluruh dunia," sambungnya.
Dia mengumumkan, PBB akan menggelar Climate Summit pada 23 September 2019. Pertemuan tersebut akan dihadiri oleh Sekjen Guterres dan seluruh negara anggota PBB, termasuk Indonesia.
Dalam pertemuan itu, Nirody menyatakan bahwa Guterres akan meminta semua pemimpin dunia untuk menyusun rencana konkret untuk menanggulangi perubahan iklim.
"Jadi, nanti bukan hanya konferensi yang dipenuhi pidato dan diskusi, harus ada cara-cara konkret yang dilahirkan sehingga masalah serius ini dapat dituntaskan," kata Nirody.
Guterres, lanjutnya, menyerukan lebih banyak aksi konkret, ambisi, dan kemauan politik untuk mengatasi persoalan perubahan iklim.
"Sekjen selalu berkata bahwa kita perlu memiliki rencana A karena tidak ada planet B. Bumi adalah satu-satunya planet yang kita miliki," ujarnya.
Aksi untuk mengatasi perubahan iklim juga tercantum dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030. Nirody menyampaikan, perlu lebih banyak investasi untuk mencapai kemajuan realisasi SDGs di Indonesia.
"Kemajuan tidak dapat terjadi hanya dengan usaha satu institusi atau bahkan pemerintah. PBB membutuhkan kemitraan dengan sektor swasta, media, pemuda, serta organisasi masyarakat sipil," tuturnya. "Ini adalah agenda besar dan butuh tindakan terpadu untuk melaksanakannya."