sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pembatasan perempuan bekerja hambat pengiriman bantuan

Hanya tiga dari 34 provinsi di negara itu yang mengizinkan tenaga kemanusiaan perempuan dapat bekerja tanpa syarat.

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Senin, 08 Nov 2021 08:05 WIB
Pembatasan perempuan bekerja hambat pengiriman bantuan

Lembaga nirlaba untuk kemanusiaan, Human Rights Watch (HRW) menyatakan, pembatasan yang diberlakukan Taliban untuk perempuan yang bekerja sebagai tenaga kemanusiaan menghambat pengiriman bantuan di sebagian besar wilayah Afghanistan.

Di sebagian besar provinsi di negara itu, tenaga kemanusiaan perempuan hanya dapat bekerja jika didampingi oleh anggota keluarga laki-laki. Hanya tiga dari 34 provinsi di negara itu yang mengizinkan tenaga kemanusiaan perempuan dapat bekerja tanpa syarat.

Sebaliknya, kewajiban pendampingan itu justru membuat perempuan tidak dapat bekerja.

“Pembatasan ketat yang dilakukan Taliban terhadap tenaga kemanusiaan perempuan itu mencegah bantuan yang sangat dibutuhkan menjangkau masyarakat Afghanistan, terutama untuk perempuan, anak, dan rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan,” ujar Direktur Asosiasi Hak Perempuan Human Rights Watch. Heather Barr, seperti dilansir dari VOA, Senin (8/11).  

Padahal, imbuh Barr, mengizinkan tenaga kemanusiaan perempuan bekerja tanpa terkekang bukan dilakukan untuk kepentingan lembaga donor. Pekerja kemanusiaan ini justru dibutuhkan untuk mempermudah bantuan sampai dan bermanfaat bagi warga Afghanistan sendiri.

Perempuan yang bekerja biasanya hanya dibatasi pada program kesehatan dan pendidikan. Pengaturan tempat antara laki-laki dan perempuan di kantor pun dipisah sehingga perempuan tidak dapat memberikan masukan secara efektif dalam sebuah pengambilan kebijakan.

Masalah lainnya adalah aturan tertulis bagi seluruh tenaga kemanusiaan perempuan yang jarang dibuat. Sejauh ini baru lima provinsi yang telah memberikan aturan tertulis yang mengatur sistem pekerja perempuan di bidang kemanusiaan. Sisanya peraturan hanya bersifat lisan.

Sebelumnya, seperti yang diberitakan Aljazeera, Kementerian Dalam Negeri Afghanistan menyebutkan pembukaan sekolah untuk perempuan ini akan dilaksanakan sesegera mungkin. Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri, Saeed Khosty, menyebutkan dalam waktu dekat semua universitas dan sekolah akan dibuka kembali untuk perempuan. Tak hanya para siswa, guru perempuan pun akan kembali mengajar.

Sponsored

Seperti diketahui, sejak pemerintahan Taliban menguasai Afghanistan anak-anak perempuan harus tinggal di rumah sampai lingkungan belajar yang dianggap aman bisa terbangun. Pengecualian pendidikan terhadap anak perempuan ini memantik kekhawatiran Taliban bakal kembali seperti saat mereka berkuasa pada 1990-an. Saat itu perempuan dilarang mendapatkan pendidikan dan pekerjaan di ruang publik.

Sebelumnya, pada September 2021, Taliban sudah melakukan pembukaan sekolah untuk murid dan guru laki-laki. Pembukaan sekolah tiga bulan lalu ini sama sekali tidak melibatkan perempuan.

 

Sumber: VOA

Berita Lainnya
×
tekid