sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pemerintah Indonesia salurkan Rp133 juta bagi WNI di Hubei

KBRI Beijing menyalurkan dana tersebut lewat sembilan koordinator Perhimpunan Pelajar Indonesia di Tiongkok (PPIT).

Valerie Dante
Valerie Dante Rabu, 29 Jan 2020 18:33 WIB
Pemerintah Indonesia salurkan Rp133 juta bagi WNI di Hubei

Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri RI mengatakan bahwa saat ini suplai logistik di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, masih tersedia tapi dengan harga yang mulai mahal. Untuk itu, KBRI Beijing memberikan dana bantuan sekitar Rp133 juta kepada para WNI di Provinsi Hubei.

"Dana tersebut akan digunakan untuk membeli barang-barang di toko setempat. Bantuan keuangan itu sudah diterima oleh teman-teman mahasiswa WNI dan sudah dibelanjakan untuk menambah stok logistik. Saat ini Insyallah suplainya sudah memadai," jelas Judha dalam konferensi pers di Kemlu RI, Jakarta, Rabu (29/1).

KBRI Beijing memberikan dana tersebut kepada sembilan koordinator Perhimpunan Pelajar Indonesia di Tiongkok (PPIT). Mereka kemudian membantu menyalurkan dana itu kepada para WNI di Hubei.

Judha menyebut bahwa dana itu telah didistribusikan bagi WNI yang di Wuhan, Jingzhou, Xiangyang, Xianning, Enshi, dan Huangshi.

"Jadi, bukan hanya di Wuhan, kami ulangi lagi, distribusi ini untuk seluruh WNI yang berada di daerah karantina," tutur Judha.

Wuhan merupakan kota yang menjadi pusat penyebaran coronavirus jenis baru. Sejak 23 Januari, pihak berwenang China telah mengisolasi 15 kota di Provinsi Hubei. Komisi Kesehatan Nasional China menyatakan bahwa angka kematian akibat coronavirus naik menjadi 132 dengan sebanyak 5.794 kasus yang terkonfirmasi.

Selain bantuan dana, Kemlu RI bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk memastikan dukungan logistik berupa masker N95. Masker tersebut akan diterbangkan ke Beijing dengan pesawat Garuda Indonesia dan kemudian diberikan kepada para WNI di wilayah karantina.

Dalam kesempatan yang sama, Plt. juru bicara Kemlu RI Teuku Faizasyah menuturkan bahwa masker akan dikirim ke Provinsi Hubei melalui pelaksana jasa pengiriman barang yang telah mendapat otorisasi dari pemerintah China.

Sponsored

"Pada intinya, terkait penyaluran masker ini kami sama-sama meyakini perwakilan Indonesia di Tiongkok sudah melakukan koordinasi yang erat dengan para pejabat di lapangan, baik itu otoritas di Provinsi Hubei maupun di Kota Wuhan secara khusus," jelas Faizasyah.

Upaya evakuasi terus digodok

Selain memastikan ketersediaan logistik, Faizasyah menekankan bahwa pemerintah Indonesia terus mematangkan opsi evakuasi WNI yang berada di Provinsi Hubei. Dia menyebut, sejauh ini kendala terbesar merupakan lokasi WNI yang tersebar di provinsi tersebut.

Dia mencatat, ada sebanyak 243 WNI di Provinsi Hubei, 100 di antaranya berada di Kota Wuhan.

Menurut Faizasyah, masih banyak hal yang perlu didiskusikan di tingkat internal pemerintah Indonesia. Salah satunya mengenai proses karantina bagi para WNI jika evakuasi benar-benar terjadi.

Ketika ditanya mengenai kepastian waktu evakuasi, dia menjawab, "Semua disiapkan, mudah-mudahan dalam waktu relatif dekat."

Lebih lanjut, Faizasyah menyebut bahwa dia tidak ingin membandingkan proses evakuasi Indonesia dengan negara-negara lainnya seperti Jepang atau Prancis.

"Sementara proses komunikasi dengan otoritas Tiongkok terus berjalan, pemerintah Indonesia secara internal melakukan kesiapan teknis," kata dia. "Kalau terjadi, evakuasi ini akan meliputi Provinsi Hubei yang penduduknya hampir 60 juta orang. Ini memerlukan koordinasi yang cermat."

Sementara itu, Reuters melaporkan bahwa pada Rabu, Jepang telah mengevakuasi sejumlah warganya keluar dari Wuhan.

"Saya sangat khawatir bahwa saya akan terjebak di sana, sementara situasinya berubah dengan cepat," tutur salah satu warga Jepang, Takeo Aoyama.

Aoyama tiba di Ibu Kota Tokyo dengan pesawat sewaan yang membawa 205 warga Jepang lainnya keluar dari Wuhan.

Sementara itu, seorang pejabat pemerintah Amerika Serikat yang menolak disebutkan namanya mengatakan bahwa pesawat sewaan milik AS telah meninggalkan Wuhan. Pesawat itu membawa 220 penumpang, 50 di antaranya merupakan diplomat dan kontraktor.

Australia menyebut bahwa mereka akan mengevakuasi warganya dan kemudian mengarantina mereka untuk sementara waktu di Pulau Christmas.

Sementara sejumlah ahli meyakini bahwa coronavirus jenis baru, yang dikenal sebagai 2019-nCoV, tidak mematikan seperti SARS, kekhawatiran mulai menjamur akibat penyebaran wabah itu yang cepat.

Sekitar 60 kasus, telah dilaporkan di sejumlah negara termasuk AS, Prancis, Thailand, Singapura, Vietnam, Jerman, dan Malaysia. Pada Rabu, Uni Emirat Arab mengonfirmasi empat kasus pertamanya.

Rusia-China kembangkan vaksin coronavirus

Konsulat Rusia di Guangzhou pada Rabu menyatakan bahwa pihaknya dan Tiongkok tengah berupaya mengembangkan vaksin coronavirus.

"China telah menyerahkan genom virus itu ke Rusia, yang memungkinkan para ilmuwan kami untuk dengan cepat mengembangkan tes untuk mengidentifikasi virus," kata konsulat dalam pernyataannya.

Tidak dijelaskan apakah para ilmuwan Rusia dan China bekerja secara bersama atau terpisah.

Rusia, yang belum mengonfirmasi kasus coronavirus di negaranya, sejak Selasa mulai melakukan screening terhadap seluruh wisatawan Rusia yang kembali dari China.

Lebih lanjut, konsulat menjelaskan bahwa Moskow telah melakukan pembicaraan dengan Beijing tentang evakuasi warganya dari Provinsi Hubei.

Berita Lainnya
×
tekid