sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pemilu Parlemen Eropa 2019: Liberal, Partai Hijau dan nasionalis unggul

Lebih dari 400 juta pemilih di 28 negara anggota Uni Eropa memberikan suara dalam Pemilu Parlemen Eropa 2019. 

Valerie Dante
Valerie Dante Senin, 27 Mei 2019 16:33 WIB
Pemilu Parlemen Eropa 2019: Liberal, Partai Hijau dan nasionalis unggul

Kubu berhaluan kanan tengah dan kiri tengah di Parlemen Eropa kehilangan kekuatan mayoritas dengan adanya peningkatan dukungan bagi kelompok liberal,  dan nasionalis.

Lebih dari 400 juta pemilih di 28 negara anggota Uni Eropa memberikan suara dalam Pemilu Parlemen Eropa 2019. 

Tujuh negara anggota memulai pemungutan suara pada Kamis (23/5) dan Sabtu (25/5), sedangkan sisanya mengadakan pemilu pada Minggu (26/5). Jumlah pemilih yang memberikan suara dalam pemilu kali ini adalah yang tertinggi dalam 20 tahun terakhir.

Analis menghubungkan tingginya jumlah pemilih dengan sejumlah faktor, termasuk munculnya partai-partai populis dan meningkatnya kesadaran akan perubahan iklim.

Aliansi Liberal dan Demokrat untuk kelompok Eropa (ALDE) dan Aliansi Hijau-Bebas Eropa (EFA) mendapatkan hasil yang cukup baik, sementara sejumlah partai nasionalis diperkirakan akan meraih kemenangan di Italia dan Prancis.

Sejumlah partai populis memperoleh suara yang cukup banyak di beberapa negara tapi gagal mendapatkan keunggulan signifikan yang diperkirakan sejumlah pihak.

Kelompok Partai Rakyat Eropa (EPP) tetap memegang kekuasaan terbesar dan diperkirakan akan membentuk koalisi pro-Uni Eropa.

Para analis mengatakan EPP kemungkinan akan membentuk koalisi besar dengan Aliansi Progresif Sosialis dan Demokrat (S&D), serta mengharapkan dukungan dari ALDE dan EFA.

Sponsored

Hasil pemilu bagi Uni Eropa

Berdasarkan perkiraan saat ini, EPP dan S&D tidak akan dapat membentuk koalisi besar di Parlemen Eropa tanpa dukungan.

EPP diproyeksi memenangkan 179 kursi, turun dari 216 kursi yang mereka peroleh pada Pemilu 2014. Sedangkan S&D diperkirakan hanya akan meraih 150 kursi, turun dari 191 kursi pada 2014.

Partai-partai pro-Uni Eropa diperkirakan masih akan memegang mayoritas, sebagaian besar karena perolehan yang diraih ALDE dan terutama karena keputusan yang diambil oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk bergabung dengan grup tersebut.

"Untuk pertama kailnya dalam 40 tahun, dua partai klasik yakni sosialis dan konservatif, tidak akan lagi memegang mayoritas di parlemen," kata Ketua ALDE Guy Verhofstadt.

Verhofstadt menuturkan bahwa pemilu ini merupakan momen bersejarah karena menghasilkan keseimbangan kekuatan di Parlemen Eropa.

EFA meraih kemenangan besar, jajak pendapat memproyeksikan grup itu berpotensi untuk meraih sekitar 70 kursi parlemen.

Namun, perolehan besar bagi partai-partai nasionalis di Italia dan Prancis berarti akan ada suara yang lebih besar dari kaum Eurosceptic, sebutan bagi pihak pengecam Uni Eropa, yang ingin mengekang kekuatan blok tersebut.

Salah satunya adalah Partai Liga Utara di Italia. Pemimpin partai, Matteo Salvini, tengah berupaya membangun aliansi dengan setidaknya 12 partai lainnya.

Pemenang dan pecundang

Di Jerman, kedua partai besar menderita kekalahan. Partai Persatuan Demokrat Kristen (CDU) turun dari perolehan 35% suara pada 2014 menjadi 28% pada pemilu kali ini. 

Sedangkan Partai Demokrat Sosial (SPD) berhaluan kiri-tengah hanya memperoleh 15,5% suara, merosot dari 27% pada Pemilu 2014. Partai populis sayap kanan, Alternatif für Deutschland (AfD), gagal lebih buruk dari yang diperkirakan dengan hanya memenangkan 10,5% suara.

Sementara itu, di Inggris, Partai Brexit yang dipimpin oleh Nigel Farage, unggul dengan 31,7% suara. Dua partai besar di Inggris, Partai Konservatif dan Partai Buruh tertinggal dengan masing-masing perolehan 8,7% dan 14,1%.

Di tengah hasil yang beragam untuk partai sayap kanan di seluruh Eropa, Partai Barisan Nasional pimpinan Marine Le Pen merayakan kemenangan di Prancis atas partai Macron, La Republique en Marche.

Le Pen mengamankan 24% suara sedangkan partai pimpinan Macron hanya meraih sekitar 22,5%.

Di Hungaria, Partai Fidesz meraih kemenangan besar dengan mengamankan 52% suara. Partai pimpinan Viktor Orban dengan kebijakan anti-imigrasi itu berhasil meraih 13 dari 21 kursi Parlemen Eropa yang diperebutkan di negara itu.

"Kami kecil tapi kami ingin mengubah Eropa," kata Orban. 

Dia menggambarkan kemenangan partainya di Pemilu Parlemen Eropa sebagai awal dari era baru melawan migrasi.

Hasil pemilu di Spanyol menyatakan bahwa Partai Buruh Sosialis (PSOE) memimpin dengan 32,8% suara dan meraih 20 kursi. Sementara partai sayap kanan, Vox, hanya memenangkan 6,2% dan tiga kursi.

Di Yunani, Perdana Menteri Alexis Tsipras menyerukan pemilu ulang setelah partai oposisi konservatif, Demokrasi Baru (ND), memenangkan 33,5% suara. Partai pimpinannya, Syriza, hanya mendapatkan 20% suara.

Parlemen Eropa

Parlemen Eropa adalah badan pembuat hukum Uni Eropa. Badan itu terdiri dari 751 anggota parlemen, yang disebut MEP. Mereka dipilih langsung oleh pemilih Uni Eropa setiap lima tahun sekali.

Parlemen Eropa, yang bermarkas di Brussels dan Strasbourg, mewakili kepentingan warga negara dari 28 negara anggota UE.

Salah satu peran legislatif utama parlemen adalah meneliti dan mengesahkan UU yang diajukan oleh Komisi Eropa. Parlemen juga bertanggung jawab untuk memilih presiden Komisi Eropa dan menyetujui anggaran Uni Eropa.

Parlemen terdiri dari delapan grup utama yang dikelompokkan berdasarkan afiliasi politik dan ideologi masing-masing.

Berita Lainnya
×
tekid