sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pemimpin Hong Kong: Eskalasi kekerasan kian serius

Pemerintah Hong Kong mengatakan bahwa kekerasan telah mendorong kota itu ke ambang bahaya besar.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Selasa, 27 Agst 2019 11:32 WIB
Pemimpin Hong Kong: Eskalasi kekerasan kian serius

Kepala eksekutif Hong Kong Carrie Lam pada Selasa (27/8) mengatakan bahwa eskalasi kekerasan dalam protes prodemokrasi yang telah mengguncang pusat keuangan Asia itu selama tiga bulan terakhir menjadi semakin serius.

Lam berbicara di muka publik untuk pertama kalinya sejak demonstrasi prodemokrasi meningkat pada Minggu (25/8), ketika polisi menembakkan meriam air dan gas air mata dalam bentrokan dengan pengunjuk rasa yang melemparkan batu batu dan bom molotov.

Hong Kong, wilayah administratif China, tengah bergulat dengan krisis politik terbesar sejak penyerahannya dari Inggris ke Tiongkok pada 1997. Partai Komunis telah mengirim peringatan yang jelas bahwa intervensi tegas dimungkinkan untuk memadamkan kekerasan.

Lam, yang didukung Beijing, mengatakan dia yakin pemerintah kota dapat menangani sendiri kerusuhan. Perempuan berusia 62 tahun itu menekankan pihaknya tidak akan menyerah dalam membangun landasan untuk dialog.

Meski demikian, Lam menyatakan bahwa waktunya tidak tepat untuk melakukan penyelidikan independen terhadap krisis. Padahal itu merupakan salah satu tuntutan utama para pemrotes.

Pada Senin (26/8), pemerintah menuturkan bahwa kekerasan telah mendorong Hong Kong ke ambang bahaya besar. Di hari yang sama, polisi mengumumkan mereka menangkap 86 orang, yang termuda berusia 12 tahun.

Protes prodemokrasi meningkat pada pertengahan Juni dipicu oleh RUU ekstradisi yang akan memungkinkan tersangka diadili di pengadilan China daratan yang dikendalikan Partai Komunis. RUU tersebut telah ditangguhkan, namun demonstrasi telah berkembang menyuarakan tuntutan demokrasi yang lebih luas.

China memerintah Hong Kong dengan formula "satu negara, dua sistem". Banyak warga Hong Kong yang menilai bahwa Tiongkok telah mengikis otonomi kota dan hak-hak mereka.

Sponsored

Lebih banyak demonstrasi direncanakan dalam beberapa hari dan minggu mendatang, menghadirkan tantangan langsung bagi China jelang peringatan 70 tahun berdirinya negara itu pada 1 Oktober.

Hong Kong buntung, Australia dan Selandia Baru untung?

Permintaan untuk membeli properti hunian mewah di Australia dan Selandia Baru meningkat menyusul protes prodemokrasi Hong Kong. Demikian diungkapkan para agen properti dan data real estat.

Jamie Mi, mitra Kay & Burton yang berbasis di Melbourne, mengatakan bahwa agen real estat menerima permintaan dari pembeli Hong Kong sepertiga lebih banyak dari biasanya. Sebagian besar pembeli menargetkan properti kelas atas dengan harga di atas US$3,4 juta.

Menurut Mi, protes di Hong Kong dalam sebulan terakhir telah memicu para pembeli kaya mencari properti hunian untuk memindahkan uang mereka.

Juwai.com, situs properti internasional terbesar di China, mencatat kenaikan 50% pada permintaan warga Hong Kong atas properti Australia pada kuartal terakhir.

"Dalam situasi saat ini, Australia muncul sebagai pelabuhan yang aman, tidak dekat tapi juga tidak jauh dari rumah mereka," kata executive chairman Juwai.com Georg Chmiel.

Membeli real estat di Australia dan Selandia Baru tidak otomatis memberikan status penduduk bagi investor Hong Kong.

Sejumlan agen real estat menuturkan bahwa permintaan pembelian kemungkinan datang dari orang kaya asing yang sudah mendapat izin tinggal di Australia atau Selandia Baru dan mereka yang mungkin merencanakan sebuah strategi keluar dari Hong Kong.

Ada peningkatan minat warga Hong Kong dalam program visa khusus miliuner yang dikeluarkan Australia di tengah gejolak politik di kota mereka. Di bawah program tersebut, orang dapat memperoleh visa sementara jika mereka berinvestasi setidaknya US$3,4 juta di Negeri Kanguru.

Selandia Baru pun memiliki program serupa yang membutuhkan pengeluaran minimal US$1,9 juta.

Faktor lain di balik lonjakan pembelian pertanyaan di Australia dan Selandia Baru adalah dampak ekonomi yang ditimbulkan protes terhadap pusat keuangan Asia. Hong Kong kini menuju resesi pertama dalam satu dekade.

James Chan, dari Bayleys Real Estate di Selandia Baru, mengatakan pertanyaan telah muncul sejak protes meningkat. "Mereka mulai berpikir tentang bagaimana melindungi uang mereka, mereka perlu mencari tempat yang aman," katanya.

Angka resmi menunjukkan tingkat keseluruhan pembelian rumah oleh orang asing di Selandia Baru relatif rendah, namun data tersebut tidak termasuk properti yang dibeli melalui perwalian.

Sektor properti Australia telah lama menjadi tujuan favorit bagi pembeli asing, terutama China, meskipun permintaan telah diperlambat dalam beberapa tahun terakhir oleh kenaikan pajak atas pembelian warga asing.

Australia dan Selandia Baru juga telah memperkenalkan peraturan yang lebih ketat tentang pembelian rumah-rumah oleh warga asing dalam beberapa tahun terakhir, mendorong investor Tiongkok mengincar apartemen-apartemen baru.

Data pemerintah tentang investasi properti asing untuk 2018-2019 belum dipublikasikan. Tahun sebelumnya, para investor China merupakan satu-satunya kelompok pembeli asing terbesar dari real estat Australia.

Mereka bertanggung jawab atas pembelian US$8,6 miliar. Sementara itu, investor Hong Kong membelanjakan US$1,9 miliar pada periode yang sama.

Sumber : Reuters

Berita Lainnya
×
tekid