sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pengunjuk rasa dan polisi di Beirut bentrok

Protes pecah menyusul ledakan besar yang menewaskan sedikitnya 158 orang awal pekan ini di pelabuhan di Beirut.

Valerie Dante
Valerie Dante Senin, 10 Agst 2020 13:45 WIB
Pengunjuk rasa dan polisi di Beirut bentrok

Para pengunjuk rasa bentrok dengan dengan polisi anti huru-hara di Beirut, Lebanon. Demonstran mencoba masuk ke area tertutup di alun-alun parlemen pada Minggu (9/8).

Protes pecah menyusul ledakan besar yang menewaskan sedikitnya 158 orang awal pekan ini di pelabuhan di Beirut.

Kebakaran terjadi di pintu masuk alun-alun dekat gedung parlemen. Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.

Seorang pengunjuk rasa berusia 19 tahun mengatakan, ingin menghancurkan pemerintah Lebanon.

"Pemerintah tidak memberikan kami pekerjaan dan hak-hak kami," kata dia.

Ratusan pengunjuk rasa, banyak yang mengenakan masker wajah dengan warna bendera Lebanon, melemparkan batu ke pagar besi yang memblokir pintu masuk ke kompleks parlemen.

Para pengunjuk rasa dan kritikus pemerintah menyalahkan korupsi dan kepemimpinan yang buruk di jantung pemerintahan Lebanon atas ledakan pada Selasa (4/8). Ledakan itu menyebabkan 6.000 orang terluka dan sekitar 300.000 lainnya kehilangan tempat tinggal.

Pemerintah Lebanon telah menghadapi kesulitan selama beberapa waktu dan sudah menghadapi krisis ekonomi sebelum ledakan terjadi. Menteri Luar Negeri Nassif Hitti mengundurkan diri pada Senin (3/8), dia menyebut, pengundurannya merupakan protes atas upaya buruk pemerintah untuk menarik negara keluar dari kesengsaraan ekonomi.

Sponsored

Demonstran menduduki gedung-gedung pemerintah untuk menyuarakan ketidakpuasan dengan akuntabilitas pemerintah dan penanganan krisis, menyerukan pemilihan baru, penangkapan dan pengunduran diri, serta revolusi.

Sebagai buntut dari aksi protes ini, dua menteri kabinet lainnya mengundurkan diri dari jabatannya. Menteri Lingkungan Damianos Kattar dan Menteri Penerangan Manal Abdel Samad mundur pada Minggu (9/8).

Pengunduran diri Samad terjadi setelah ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan di Beirut pada Sabtu (8/8) malam.

Samad menyatakan, dia mundur akibat kegagalan pemerintah untuk melakukan reformasi dan mengatasi dampak ledakan yang melanda Beirut pada Selasa. 

Dia juga meminta maaf kepada masyarakat Lebanon karena telah mengecewakan mereka.

"Kami tidak berhasil memenuhi harapan kalian semua," katanya.

Di negara di mana kekuasaan terbagi antara Kristen Maronit, Syiah dan Sunni, ulama Maronit Lebanon menekankan bahwa seluruh jajaran pemerintah harus mundur.

"Pengunduran diri seorang anggota parlemen atau menteri saja tidak cukup. Seluruh pemerintah harus mundur karena tidak dapat membantu negara pulih," ujar ulama Maronit ternama di Lebanon, Bechara Boutros al-Rai pada Minggu. (Deutsche Welle)

Berita Lainnya
×
tekid