sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pentingnya Uni Eropa dalam meningkatkan ekspor Indonesia

Uni Eropa terdiri dari 27 negara anggota dengan total populasi 517 juta jiwa.

Asyifa Putri
Asyifa Putri Minggu, 03 Okt 2021 18:18 WIB
Pentingnya Uni Eropa dalam meningkatkan ekspor Indonesia

Uni Eropa, yang terdiri dari 27 negara dengan total populasi 517 juta jiwa, memiliki posisi strategis dalam memasarkan produk asal Indonesia. Jika dapat masuk ke salah satu negara, maka berpotensi beredar di negara-negara anggota lainnya.

Alasan lainnya, memiliki regulasi single market/customs union sehingga produk menjadi berdaya saing. Uni Eropa dinilai menetapkan standar internasional serta menerapkan best practice supply chain. Namun, alasan-alasan tersebut bisa berubah mengikuti persepsi dan selera konsumen pada umumnya.

"Atase Perdagangan RI tidak hanya melakukan promosi untuk produk Indonesia, tetapi secara subtansial juga melakukan monitoring regulasi ke ibu kotanya Uni Eropa," ujar Atase Perdagangan RI di Brussels, Merry Astrid Indriasari, dalam webinar "Peluang & Tantangan Ekspor Produk Indonesia ke Eropa", Minggu (3/10).

Dirinya melanjutkan, Eropa menganggap dirinya menjadi salah satu pasar terbesar mengingat GDP-nya nomor dua di dunia, share PNB lebih dari 20%, serta importir barang dan jasa ke-2 di dunia. Karenanya, "Benua Biru" cenderung ingin mengukuhkan sebagai kekuatan regulasi global.

Sejauh ini, Uni Eropa menjadi tujuan ekspor ketiga Indonesia setelah China dan Amerika Serikat (AS). Total perdagangannya pada 2020 sekitar US$26,36 miliar, sebesar US$14,37 miliar di antaranya ekspor ke Uni Eropa, yang 1,64% lebih rendah daripada tahun sebelumnya.

Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Indonesia berada di posisi ke-5 sebagai eksportir ke Uni Eropa. Komoditas yang menjadi pesaing utama, di antaranya produk perikanan, alas kaki, pakaian, dan olahan kayu.

"Komoditi ekspor utama kita masih didominasi oleh kelapa sawit karena secara disadari industri Uni Eropa, khususnya industri makanan, kemudian non-food seperti kosmetik, masih membutuhkan sawit dalam ingredient produk mereka," tuturnya.

Ekspor sawit terbesar ke Belanda dan menjadi pintu masuk sejak 2018 hingga 2020. Berikutnya disusul Jerman, Spanyol, Italia, Belgia, Perancis, Polandia, Bulgaria, Yunani, dan Denmark.

Sponsored

"Menariknya, di tahun 2020, pada saat masa pandemi Covid-19, untuk importing produk Indonesia ke beberapa negara ini menurun. Namun, untuk negara Belgia justru mengalami peningkatan," ungkapnya.

"Salah satu yang mendukung kenaikan impor negara Belgia untuk produk dari Indonesia, yaitu produk furnitur. Alasannya, yaitu karena adanya kebijakan work from home (WFH) yang mengharuskan mereka berada di rumah. Maka dari itu, mereka harus membuat kondisi rumah mereka menjadi senyaman mungkin. Hal itulah yang membuat impor produk furnitur mengalami kenaikan," imbuh Merry.

Perincian total nilai ekspor Indonesia ke Uni Eropa tertinggi, yaitu ke Belanda dengan total US$3,11 miliar dengan komoditas utamanya sawit, produk kimia, dan residu minyak. Kemudian Jerman dengan US$2,46 miliar, Italia US$1,75 miliar, Spanyol US$1,61 miliar, Belgia US$1,24 miliar, dan Prancis US$945,12 juta.

Berita Lainnya
×
tekid