sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Perang dagang dan perlambatan ekonomi global picu potensi resesi Jepang

Setelah diprediksi tumbuh 0,8% pada tahun fiskal 2019, ekonomi Jepang diperkirakan tumbuh melambat 0,6% pada tahun fiskal berikutnya.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Senin, 21 Jan 2019 20:09 WIB
Perang dagang dan perlambatan ekonomi global picu potensi resesi Jepang

Jajak pendapat Reuters menemukan bahwa peluang Jepang akan meluncur ke dalam resesi pada tahun fiskal mendatang atau periode April 2019-April 2020 tumbuh selama tiga bulan terakhir. Pemicunya, tekanan oleh perlambatan ekonomi global dan gesekan perdagangan Amerika Serikat-China. 

Para ekonom memprediksi, Jepang kemungkinan akan berhasil menghindari resesi dan tumbuh 0,8%. Meski demikian, ke depannya diperkirakan akan melambat.

Itu menjadi pertanda buruk bagi rencana Perdana Menteri Shinzo Abe untuk menaikkan pajak penjualan menjadi 10% dari 8% pada Oktober. Rencana tersebut bertujuan untuk mengatasi pembengkakan biaya kesejahteraan seiring dengan bertambahnya populasi yang menua di negara itu.

Jepang telah merasakan dampak tidak langsung dari perang dagang AS-Tiongkok karena Jepang memproduksi peralatan dan pasokan yang digunakan oleh produsen semikonduktor, ponsel, dan produk lainnya di China.

Data terbaru menunjukkan pertumbuhan ekspor Jepang melambat pada November, menyusul pengiriman ke AS dan China yang melemah dengan tajam.

"Konflik perdagangan AS-China menghambat belanja modal Tiongkok, yang memengaruhi ekonomi Jepang melalui perlambatan ekspor barang modal," ungkap Kepala Ekonomi Jepang di Oxford Economics Shigeto Nagai.

Donald Trump pada Sabtu (19/1) menerangkan bahwa ada kemajuan dalam proses menuju kesepakatan perdagangan dengan China. Namun, Trump membantah dia tengah mempertimbangkan untuk menaikkan tarif impor Tiongkok.

Para analis mengungkap, ketidakpastian atas keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit menambah suram situasi.

Sponsored

"Ketidakpastian atas ekonomi global terus berlanjut seperti prospek Brexit dan dampak dari gesekan perdagangan AS-China terhadap ekonomi Jepang terwujud, sehingga risikonya telah meningkat sejak tiga bulan lalu," papar Harumi Taguchi, kepala ekonom di IHS Markit.

Jajak pendapat Reuters pada 9-18 Januari menunjukkan, 28 dari 38 ekonom meyakini bahwa peluang Jepang jatuh ke resesi pada fiskal 2019 telah meningkat dibanding tiga bulan lalu.

Menunggu keputusan Abe

Abe telah dua kali menunda kenaikan pajak karena isu ekonomi dan 27 dari 39 ekonom mengatakan setidaknya ada peluang 80% dia akan melanjutkan rencananya.

Sang PM sendiri telah menegaskan, dia akan menaikkan pajak penjualan, kecuali terjadi krisis keuangan global seperti pada 2008. Abe belum mengumumkan keputusannya.

Untuk meminimalisir dampak ekonomi dari kenaikan tersebut, pemerintah berencana untuk menawarkan keringanan pajak mobil dan rumah serta membebaskan sejumlah produk dari kenaikan pajak.

Perkiraan para ekonom, ekonomi Jepang diperkirakan akan mengalami kontraksi tajam 3% selama kuartal Oktober-Desember, ketika pajak penjualan dinaikkan. 

Sementara itu, setelah tumbuh 0,8%, jajak pendapat Reuters menunjukkan bahwa pada tahun fiskal berikutnya melambat jadi 0,6%.

"Setidaknya dari sudut pandang ekonomi, serangkaian langkah kebijakan yang diusulkan akan mengompensasi dampak jangka pendek dari kenaikan pajak penjualan," tutur Kepala Peneliti di Nomura Research Institute Tetsuya Inoue.

Sumber : Reuters

Berita Lainnya
×
tekid