sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Permintaan perpanjangan waktu negosiasi Brexit dengan UE ditolak

Parlemen menolak mosi pemerintahan May itu, dengan 303 suara yang menentang dan hanya 258 suara yang mendukungnya.

Valerie Dante
Valerie Dante Jumat, 15 Feb 2019 17:04 WIB
 Permintaan perpanjangan waktu negosiasi Brexit dengan UE ditolak

Perdana Menteri Inggris Theresa May menderita kekalahan baru di Parlemen, hanya 43 hari menjelang tenggat Inggris resmi bercerai dari Uni Eropa.

Pada awal pekan, May meminta Parlemen untuk memberinya waktu tambahan untuk menegosiasikan kembali bagian dari draf Brexit miliknya dengan Uni Eropa.

Parlemen menolak mosi pemerintahan May itu, dengan 303 suara yang menentang dan hanya 258 suara yang mendukungnya. Hasil ini membuat Brexit menemui jalan buntu lainnya.

Penolakan Parlemen hanya kekalahan simbolis bagi May dan tidak mengubah apa pun. Namun, keputusan Parlemen itu mempersulit usahanya untuk menegosiasikan persoalan backstop Irlandia dengan Uni Eropa.

Kekalahannya di Parlemen dipimpin oleh anggota Partai Konservatif. Hal itu memperjelas bahwa May masih berjuang untuk meyakinkan anggota partainya sendiri mendukung draf Brexit miliknya.

Ketidakpastian Brexit

Pemerintah May kehilangan suara ini pada Kamis (14/2) karena para Brexiteers di partainya memilih untuk abstain dari pemungutan suara Parlemen.

Brexiteers merupakan sebutan bagi pihak yang bersikeras ingin keluar dari Uni Eropa dan lepas dari segala peraturannya.

Sponsored

Mereka marah dengan May karena menurut mereka, mosinya berpotensi mengesampingkan Brexit tanpa kesepakatan atau no-deal Brexit dan melemahkan kekuatan negosiasi Inggris terkait backstop Irlandia.

Pada dasarnya, backstop merupakan posisi untuk tetap membuka perbatasan antara Irlandia Utara, yang merupakan bagian dari Inggris, dengan Republik Irlandia, bagian dari Uni Eropa, setelah proses Brexit berlangsung.

Perbatasan yang terbuka merupakan bagian penting bagi perjanjian damai 1998 yang mengakhiri konflik menahun di wilayah tersebut.

Jika diberlakukan pemeriksaan pabean dan hambatan lainnya di perbatasan usai Inggris cerai dari Uni Eropa, dikhawatirkan ketegangan antara Irlandia Utara dan Republik Irlandia dapat kembali menyala.

Backstop Irlandia menyatakan Inggris akan tetap selaras dengan peraturan bea cukai Uni Eropa.

Dengan begitu, baik Irlandia Utara dan Republik Irlandia akan beroperasi di bawah regulasi yang sama untuk perdagangan dan tidak dibutuhkan pemeriksaan pabean di perbatasan.

Namun, Brexiteers membenci itu. Mereka melihatnya sebagai langkah untuk menjebak Inggris dalam hubungan dengan Uni Eropa tanpa batas waktu yang pasti.

Seharusnya Brexiteers menilai bahwa negosiasi May dengan Uni Eropa hendak mengesampingkan no-deal Brexit.

No-deal Brexit berarti Inggris akan meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan tentang hubungan di masa depan, skenario yang akan memberikan berdampak buruk bagi ekonomi dan perdagangan.

May sebenarnya belum mengesampingkan no-deal Brexit, tetapi dia menyatakan keinginannya untuk menghindari skenario itu dan mencapai kesepakatan.

Sementara itu, Brexiteers percaya bahwa skenario no-deal Brexit harus tetap menjadi salah satu pilihan.

Protes Brexiteers pada Kamis tidak mengubah fakta bahwa Uni Eropa sebelumnya telah bersikeras menyatakan tidak akan kembali menegosiasikan perihal backstop.

May telah mencoba untuk merayu Uni Eropa dengan mengatakan bahwa jika mereka dapat menegosiasikan backstop Irlandia, maka dia akan dapat memenangkan dukungan Parlemen untuk meloloskan draf Brexit miliknya. (Vox)

Berita Lainnya
×
tekid