sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

PM Inggris Theresa May lolos dari mosi tidak percaya

May mengamankan posisinya dengan hasil pemungutan suara yang menunjukkan dukungan dari 200 rekan Partai Konservatif.

Valerie Dante
Valerie Dante Kamis, 13 Des 2018 14:28 WIB
PM Inggris Theresa May lolos dari mosi tidak percaya

Perdana Menteri Inggris Theresa May selamat dari mosi tidak percaya yang dipicu oleh anggota partainya sendiri lantaran tidak puas akan penanganannya atas Brexit. 

May mengamankan posisinya dengan hasil pemungutan suara yang menunjukkan dukungan dari 200 rekan Partai Konservatif, sementara 117 lainnya menentangnya.

Hasil pemungutan suara tersebut disambut dengan gembira oleh anggota perlemen, seperti yang diumumkan oleh Ketua Komite 1992, kelompok anggota parlemen Partai Konservatif di Dewan Rakyat, Graham Brady.

Di luar Downing Street, May mengatakan kepada wartawan bahwa hari itu adalah "hari yang panjang dan menantang."

Meski May "bersyukur" atas dukungan yang didapat, dia juga sadar bahwa "sejumlah besar" anggota parlemen dari partainya menentangnya.

"Saya telah mendengarkan apa yang mereka katakan," ujar May. Dia menambahkan, "Kini kita perlu melanjutkan tugas dengan mewujudkan Brexit."

PM May mengatakan sekarang dia memiliki "misi baru, yaitu merealisasikan Brexit seperti yang diinginkan rakyat, menyatukan kembali rakyat Inggris dan membangun negara yang melayani semua orang."

Pemungutan suara rahasia (secret ballot) dimulai pada pukul 18.00 waktu setempat pada Rabu (12/12), setelah May berjanji kepada anggota parlemen bahwa dia tidak akan ambil bagian dalam pemilu tahun 2022.

Sponsored

Seorang anggota parlemen pro-May mengatakan pada CNN bahwa "PM mengalami situasi yang sulit, tetapi secara keseluruhan mendapat dukungan" dari mereka.

Hasil ini membuat posisi May aman, setidaknya untuk satu tahun ke depan. Pasalnya, aturan Partai Konservatif menyatakan bahwa mosi serupa tidak dapat diajukan dalam jangka periode 12 bulan ke depan.

Tidak lama setelah pengumuman pemungutan suara, Menteri Luar Negeri Jeremy Hunt menyelamati May melalui Twitter.

Menteri Keuangan Philip Hammond juga menunjukkan dukungannya. Dia mengatakan pemungutan suara pada Rabu malam menunjukkan hasil "yang benar."

Jacob Rees-Mogg, salah satu anggota parlemen yang menentang May, mengatakan bahwa pemungutan suara ini membawa hasil "mengerikan". Rees-Mogg menyatakan, "May harus segera menemui Ratu Elizabeth dan mengundurkan diri."

Anggota parlemen Konservatif Stephen Crabb menuturkan, kini May harus mendapatkan dukungan dari pihak yang memilih untuk menentangnya, baginya hal ini akan menjadi "sangat menantang."

"Saat ini tampaknya tidak ada mayoritas di Dewan Rakyat yang memiliki solusi atas Brexit ... Tetapi Parlemen perlu menyetujui sesuatu dan May telah diberi mandat baru untuk mencari dan menemukan 'sesuatu' itu," ungkap Crabb seperti dilansir Britain Press Association.

Mengkritisi May, Ketua Partai Buruh Jeremy Corbyn mengatakan, "Pemerintahannya dalam kekacauan."

Dia menambahkan bahwa PM May "kini harus membawa kesepakatan suramnya pada Dewan Rakyat pada pekan depan agar Parlemen dapat mengambil kembali kendali."

"Partai Buruh siap memerintah Inggris dan memberikan kesepakatan yang melindungi standar hidup dan hak pekerja," tutur Corbyn.

Hasil mosi ini tidak membuat situasi May semakin nyaman. Pasalnya, kini dia terjebak di antara Parlemen Inggris yang tidak akan menyetujui kesepakatan Brexit miliknya dan Uni Eropa yang tidak bersedia melakukan renegosiasi.

Mosi tidak percaya ini bertepatan dengan tur kampanye May di Eropa. Dalam tur kampanye ini, May bertemu dengan para pemimpin negara Uni Eropa, meminta dukungan mereka untuk meloloskan kesepakatan Brexit-nya.

May terpaksa menunda pemungutan suara Brexit pada Senin (10/12) saat sadar bahwa kesepakatannya itu akan menghadapi kekalahan memalukan. (CNN)

Sumber : CNN

Berita Lainnya
×
tekid