sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

PM Mahathir: Malaysia tidak lagi mendukung Aung San Suu Kyi

Sama seperti sejumlah negara lain, Malaysia kecewa dengan sikap diam Aung San Suu Kyi atas krisis Rohingya.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Senin, 01 Okt 2018 09:47 WIB
PM Mahathir: Malaysia tidak lagi mendukung Aung San Suu Kyi

Perdana Menteri Mahathir Mohamad (93) menegaskan, Malaysia tidak akan lagi memberikan dukungan terhadap pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi (73) terkait penanganan krisis Rohingya. 

Menurut Mahathir, Suu Kyi telah berubah dan dia telah kehilangan kepercayaan kepada putri mendiang Aung San, pahlawan kemerdekaan Myanmar, tersebut. 

"Dia tidak mengatakan apapun soal penentangannya atas tindakan militer Myanmar terhadap warga Rohingya. Jadi, kami memperjelas bahwa kami tidak akan mendukung dia lagi," ungkap PM ke-7 Malaysia itu pada Sabtu (29/9).

Pernyataan tersebut disampaikan Mahathir disela-sela Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat.

Ketika Suu Kyi masih berstatus tahanan rumah, Malaysia berkampanye untuk membebaskannya, urai Mahathir. Namun, ketika Mahathir menulis surat kepada Suu Kyi, dia tidak menerima balasan. Itu membuatnya sangat kecewa.

"Kami telah mengungkapkan keberatan kami kepada dunia tentang perlakuan terhadap Rohingya. Bahkan, kami telah menerima cukup banyak warga Rohingya di negara kami," tegas Mahathir.

Krisis Rohingya menjadi salah satu fokus Mahathir saat berpidato di Sidang Umum PBB pada Jumat (28/9). Dia mengkritik pihak berwenang di Myanmar, termasuk Suu Kyi, yang menyangkal bahwa warga Rohingya menjadi target pembunuhan, rumah mereka dibakar, dan lebih dari satu juta orang terpaksa menyeberang ke Bangladesh untuk menyelamatkan diri.

Dr. M, julukan bagi Mahathir, juga mempertanyakan sikap dunia yang dinilainya berdiam diri atas pembantaian terhadap warga Rohingya.

Sponsored

Kritik serupa terhadap Suu Kyi juga telah dilontarkan sejumlah negara.

Seruan juga muncul agar Nobel Perdamaian yang dianugerahkan kepada Suu Kyi pada tahun 1991 dicabut. Namun, Direktur Institut Nobel Norwegia Olav Njostad telah menyatakan, bagaimanapun tidak ada ketentuan dalam undang-undang Nobel untuk mencabut penghargaan.

Suu Kyi diberikan Nobel Perdamaian atas perjuangan tanpa kekerasan bagi demokrasi dan HAM Myanmar.

Sementara itu, anggota parlemen Kanada telah sepakat untuk mencabut kewarganegaraan kehormatan terhadap Suu Kyi. Keputusan tersebut merupakan respons atas kegagalan Suu Kyi menghentikan persekusi terhadap warga Rohingya.

Kanada memberikan kewarganegaraan kehormatan kepada Suu Kyi pada tahun 2007. Suu Kyi adalah satu dari enam orang yang mendapat kehormatan tersebut.

Suu Kyi, sejak lama dihadapkan pada tekanan internasional untuk mengutuk tindakan keji militer Myanmar terhadap warga Rohingya. Namun, hingga detik ini dia bergeming. (The Straits Times dan BBC)

Berita Lainnya
×
tekid