sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Polisi Hong Kong tangkap 6 orang terkait serangan di stasiun kereta

Kengerian serangan di stasiun kereta membuat warga mempertanyakan kemampuan polisi Hong Kong untuk melindungi penduduk kota itu.

Valerie Dante
Valerie Dante Selasa, 23 Jul 2019 19:30 WIB
Polisi Hong Kong tangkap 6 orang terkait serangan di stasiun kereta

Enam orang ditangkap di Hong Kong sehubungan dengan serangan massa yang melukai 45 orang di stasiun kereta pada Minggu (21/7) malam waktu setempat.

Pada Senin (22/7), polisi Hong Kong menyatakan para pria yang usianya berkisar antara 24 hingga 54 tahun itu akan didakwa melakukan kegiatan perkumpulan yang menentang hukum. Motif mereka masih dalam penyelidikan tetapi polisi mengatakan beberapa dari mereka yang ditangkap memiliki hubungan dengan organisasi kriminal etnis Tionghoa (Triad).

Rekaman video yang diunggah di media sosial pada Minggu malam menunjukkan sekelompok pria menggunakan masker dan berkaus putih memegang tongkat. Secara membabi buta mereka menyerang kerumunan orang di peron dan di dalam gerbong kereta di stasiun MTR Yuen Long.

Video itu menunjukkan gerombolan pria itu memukuli sejumlah orang hingga mereka terjatuh di lantai, berlumuran darah dan lemas.

Puluhan ribu warga Hong Kong berdemonstrasi pada Minggu di tengah krisis politik yang sedang berlangsung atas RUU ekstradisi yang sekarang telah ditangguhkan pemerintah.

Banyak pihak mengklaim bahwa geng itu telah dibayar untuk memicu kerusuhan dan menargetkan para pengunjuk rasa.

Departemen Layanan Informasi Hong Kong menyatakan sebanyak 45 orang dirawat di rumah sakit akibat penyerangan di Yuen Long, satu di antaranya dalam kondisi kritis.

Insiden itu membuat marah banyak orang di kota itu. Amarah mereka diperburuk fakta bahwa polisi membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk tiba di tempat kejadian dan tidak melakukan penangkapan apa pun pada malam saat kerusuhan itu terjadi.

Sponsored

Kengerian serangan di stasiun kereta membuat warga mempertanyakan kemampuan polisi Hong Kong untuk melindungi penduduk kota itu.

Para pemrotes telah bersumpah akan mengadakan aksi unjuk rasa di Yuen Long pada Minggu (28/7) untuk memprotes penyerangan.

Siapakah Triad?

Keenam orang itu ditahan setelah polisi mendatangi rumah mereka di Yuen Long dan distrik Tin Shui Wai di dekatnya pada Senin.

Para tersangka termasuk pengemudi, pedagang, pekerja renovasi dan beberapa yang tidak memiliki pekerjaan. Polisi mengatakan beberapa dari mereka memiliki afiliasi dengan Triad.

Triad adalah organisasi kriminal etnis Tionghoa yang menghasilkan uang melalui penjualan obat-obatan terlarang, perjudian dan prostitusi. 

Anggota parlemen pro-demokrasi Claudia Mo mengatakan di Facebook bahwa kekerasan di Yuen Long adalah bukti dari kolusi yang jelas antara polisi dan Triad di lingkungan itu.

Pada Senin, Komisaris Polisi Hong Kong Stephen Lo membantah tuduhan bahwa aparat penegak hukum bekerja dengan geng yang disewa untuk menyerang para pemrotes. Dia menegaskan bahwa keterlambatan penanganan polisi dikarenakan sebagian besar petugas dikerahkan ke lokasi protes utama yang berjarak sekitar satu jam dari Yuen Long.

"Kami tidak terkait dengan Triad. Saya meminta Anda untuk memercayai kepolisian," tegasnya.

Sementara itu, Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam menyebut tuduhan yang menyatakan polisi berkolusi dengan Triad adalah klaim yang menghina.

Preman sewaan

Klaim kolusi serupa terjadi pada 2014, ketika sejumlah pria yang memakai penutup wajah yang diduga berkaitan dengan organisasi kriminal menyerang para pengunjuk rasa Gerakan Payung yang telah menduduki distrik Mong Kok selama berminggu-minggu. 

Demonstran mengatakan polisi gagal melindungi mereka dan tidak menangkap orang yang jelas-jelas melakukan kekerasan, sebuah tuduhan yang ditolak kepolisian saat itu.

Dalam studi bertajuk "Resurgent Triads? Democratic mobilization and organized crime in Hong Kong," para peneliti menyimpulkan bahwa pelaku kekerasan Mong Kok pada 2014 adalah afiliasi Triad yang dibayar untuk menyerang para pengunjuk rasa.

Para peneliti, Federico Varese dari University of Oxford dan Rebecca Wong dari City University Hong Kong, mengatakan Triad mungkin telah menemukan peran baru sebagai penegak kebijakan yang tidak populer dan penindas protes demokratis di Hong Kong.

T. Wing Lo, peneliti Triad di City University of Hong Kong, meyakini bahwa insiden pada Minggu dilakukan oleh Triad.

"Tapi pelakunya tidak semua anggota Triad," kata dia. "Beberapa hanya penduduk desa biasa, beberapa dibayar untuk melakukan kekerasan itu," ujarnya.

Lo mengatakan kelompok yang melakukan serangan di Yuen Long kemungkinan telah dibayar oleh otoritas pro-China.

"Triad melakukan kejahatan demi uang," kata Lo. "Kami menyebutnya sebagai tata kelola di luar hukum. Terkadang ketika pemerintah tidak dapat menggunakan penegakan hukum formal untuk alasan apa pun, mereka membayarnya. Ini adalah cara normal untuk berbisnis."

Meski polisi belum mengonfirmasi bahwa insiden di Yuen Long terjadi di bawah arahan Triad, fenomena preman sewaan biasa terjadi di perbatasan dengan China daratan.

Menurut profesor ilmu politik di University of Toronto, Lynette Ong, otoritas setempat kerap memperkerjakan preman untuk menegakkan kebijakan.

"Kekerasan yang dilakukan pihak ketiga umumnya dikerahkan oleh China untuk mengusir pemilik rumah dan untuk berurusan dengan pembuat petisi dan pemrotes di Tiongkok," jelasnya.

Dugaan keterkaitan antara Traid dan otoritas China daratan telah berlangsung selama beberapa dekade.

Menyusul pembantaian Lapangan Tiananmen pada 1989 dan beberapa kelompok Triad yang menawarkan untuk membantu penyelundupan para pemimpin demokrasi yang melarikan diri, Beijing memulai sebuah strategi untuk membujuk Triad beranjak ke sisi mereka.

China menawarkan peluang bisnis kepada para pemimpin Triad dengan imbalan mendapat dukungan mereka di Hong Kong.

Sumber : CNN

Berita Lainnya
×
tekid