sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Polusi udara Delhi terburuk di dunia

Menurut ahli bedah paru-paru, seorang anak yang menghirup udara kotor Delhi sebanding dengan menghisap 20 hingga 25 batang setiap harinya.

Valerie Dante
Valerie Dante Senin, 05 Nov 2018 13:42 WIB
Polusi udara Delhi terburuk di dunia

Menurut survei World Health Organization (WHO) terhadap 1.600 kota di dunia, kualitas udara di Delhi, India, adalah yang terburuk di antara kota besar mana pun di dunia. Polusi ini diperkirakan membunuh lebih dari 1 juta warga setiap tahunnya.

Merujuk pada Air Quality Index (AQI), kategori AQI di angka 0-50 dinilai 'bagus', 51-100 'memuaskan', 101-200 'sedang', 201-300 'rendah', 301-400 'sangat rendah', dan 401-500 'parah.' 

Pada Minggu (4/10), kualitas udara Delhi tercatat 231 dan jatuh dalam kategori 'rendah.' Kondisi kualitas udara ini bertambah baik dibanding dengan kategori udara yang bergerak di 'sangat rendah' dan 'parah' selama tiga pekan terakhir.

Bangsal rumah sakit dipenuhi dengan pasien-pasien yang terengah-engah akibat kumpulan asap yang membungkus kota dengan populasi sebanyak 20 juta warga ini. Salah satunya adalah pria berumur 29 tahun Yogesh Kumar yang baru saja menjalani operasi pengangkatan paru-paru rusak.

"Udara Delhi seperti hukuman mati baginya," sebut ahli bedah toraks Rumah Sakit Sir Ganga Srivinas K. Gopinath.

Tak hanya Yogesh, anak kecil, manula, dan orang-orang yang memiliki penyakit pernapasan merupakan mereka yang paling menderita akibat polusi udara Delhi. Karena anak kecil bernapas lebih cepat dibanding dengan orang dewasa, maka jumlah polusi udara yang masuk ke dalam tubuh mereka pun dua kali lipat lebih banyak.

Berdasarkan laporan WHO, setiap harinya 98% anak-anak di bawah usia 15 tahun, menghirup udara kotor dan itu menempatkan mereka dalam kondisi kesehatan yang buruk. Menurut ahli bedah paru-paru Delhi Arvind Kumar, seorang anak yang menghirup udara kotor Delhi sebanding dengan menghisap 20 hingga 25 batang rokok setiap harinya.

Ada pula seorang pasien berumur 26 tahun bernama Ankush Singh yang merasa sakit di seluruh badannya dan terus-menerus kehabisan napas. Kondisi Ankush, menurut ahli dan dokter, merupakan efek dari polusi Delhi.

Sponsored

"Polusi udara memengaruhi bukan hanya paru-paru tapi seluruh badan. Paru-paru hanya menjadi pintu masuk infeksi ke dalam sistem. Jumlah orang yang mengeluhkan sakit pernapasan bertambah tiap tahunnya," jelas pulmonologi dan direktur All India Institute of Medical Sciences (AIIMS) Randeep Guleria.

AIIMS kini tengah melakukan penelitian untuk mengetahui efek samping dari polusi udara terhadap kesehatan. Penelitian yang bernama 'Delhi Air Pollution and Health Effects' atau DAPHNE tersebut merupakan usaha kolaborasi dengan peneliti dari Inggris.

Pengkajian DAPHNE akan terbagi menjadi dua. Pertama-tama mereka akan memantau anak-anak berpenyakit asma dengan memberi mereka sensor yang dapat dipakai. Sensor tersebut akan secara terus-menerus mengukur paparan dan efek polusi. Selanjutnya, mereka akan memberikan sensor yang sama pada ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk memahami tingkat paparan seseorang akan polusi. 

Sementara itu, usaha pemerintah Delhi untuk melawan kabut asap dinilai tidak efektif. Tindakan darurat yang dilakukan pemerintah seperti menunda pekerjaan konstruksi penggalian, mengatur lalu lintas, dan melarang penggunaan pembangkit listrik tenaga diesel tidak mempan untuk menangani masalah ini.

Beberapa tindakan ini merupakan usaha dari Kementerian Lingkungan, Kehutanan, dan Perubahan Iklim India melalui Komite Kontrol Polusi Delhi (DPCC) yang meluncurkan kampanye 'Clean Air' selama 1 hingga 10 November. 

Namun, masyarakat menilai pemerintah menolak untuk berkooperasi dalam mengatasi akar-akar permasalahan seperti melarang petani menggunakan api untuk mengosongkan tanah mereka di pinggiran Delhi. (Chanel News Asia, Business Today, dan Indian Express)

Berita Lainnya
×
tekid