sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Prancis siaga maksimal setelah serangan gereja di Nice

Serangan di gereja menewaskan tiga orang.

Valerie Dante
Valerie Dante Jumat, 30 Okt 2020 19:38 WIB
Prancis siaga maksimal setelah serangan gereja di Nice

Prancis berada dalam kondisi siaga keamanan maksimal menyusul serangan mematikan di Kota Nice, Kamis (29/10) waktu setempat.

Tersangka, yang ditembak dan kini dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis, telah diidentifikasi sebagai seorang pria Tunisia berusia 21 tahun yang tiba di Eropa beberapa hari sebelum serangan terjadi.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menyebut, serangan yang menewaskan tiga orang itu sebagai "serangan teroris Islam" dan mengumumkan peningkatan pengawasan gereja oleh patroli militer Sentinelle Prancis, yang akan ditingkatkan menjadi 7.000 tentara dari 3.000. Keamanan di sekolah-sekolah juga akan ditingkatkan.

"Sangat jelas terlihat bahwa Prancis yang diserang," ujarnya. "Kami tidak akan berhenti memperjuangkan nilai-nilai kami."

Prancis menjadi sasaran kemarahan yang meluas di dunia Islam setelah Macron bersumpah akan memerangi kaum radikal usai seorang ekstremis memenggal kepala guru sejarah, Samuel Paty, di pinggiran Paris pada 16 Oktober. Pembunuhan itu terjadi usai Paty menunjukkan karikatur Muhammad saw kepada murid-muridnya dalam pelajaran mengenai kebebasan berekspresi.

Tersangka dalam serangan di Basilika Notre-Dame di Nice telah diidentifikasi sebagai migran Tunisia berusia 21 tahun.

Jaksa antiterorisme Prancis, Jean-François Ricard, mengatakan, tersangka mencapai Pulau Lampedusa di Italia, titik pendaratan utama bagi para migran yang menyeberang dengan perahu dari Afrika Utara, pada 20 September dan melakukan perjalanan ke Paris pada 9 Oktober. Namun, tidak memerinci kapan pelaku tiba di Nice.

Jaksa penuntut mengatakan, penyerang tidak berada dalam radar badan intelijen sebagai ancaman potensial.

Sponsored

Kamera video merekam pria itu memasuki stasiun kereta api Nice pukul 06.47, di mana dia mengganti sepatunya dan membalikkan mantelnya sebelum menuju ke gereja, sekitar 400 meter, sebelum pukul 08:30.

Ricard mengatakan, penyerang membawa salinan Al-Qur'an dan dua telepon genggam. Sebuah pisau dengan bilah 17 sentimeter (cm) yang digunakan dalam serangan itu ditemukan dekat lokasi bersama tas berisi dua pisau lain yang tidak dipakai.

Para saksi mendengar pria itu berteriak "Allahu akbar" atau Tuhan Yangmaha Besar saat dia maju ke depan polisi. Polisi awalnya menggunakan senjata listrik kemudian melepaskan tembakan api ke arahnya.

Ricard mengatakan, 14 selongsong peluru ditemukan di tanah. Dirinya lalu memerinci adegan mengerikan di dalam gereja, di mana dua korban meninggal. Seorang wanita berusia 60 tahun tewas dengan luka gorok yang sangat dalam dan seorang pria berusia 55 tahun juga tewas akibat luka yang fatal di tenggorokan.

Korban ketiga, seorang wanita berusia 44 tahun, berhasil melarikan diri dari gereja hidup-hidup, tetapi meninggal di restoran terdekat. "Ketiganya tewas hanya karena mereka berada di gereja pada saat itu," ujar Ricard.

Serangan di Nice terjadi di tengah perdebatan sengit di Prancis dan sekitarnya atas publikasi ulang karikatur Muhammad saw oleh surat kabar satir, Charlie Hebdo.

Tidak ada WNI
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menyatakan, tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang terluka dalam serangan tersebut. Tercatat terdapat 4.023 WNI menetap di Prancis, di mana 25 orang di antaranya tinggal di Nice dan sekitarnya.

"Indonesia mengecam aksi teror di Nice, Prancis, yang mengakibatkan tiga orang tewas dan beberapa luka-luka," tutur pernyataan Kemlu RI, Kamis. "Indonesia menyampaikan simpati dan duka cita mendalam kepada korban dan keluarga korban." (France 24)

Berita Lainnya
×
tekid