sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Presiden China memulai kunjungan perdana ke Korea Utara

Xi Jinping menjadi yang presiden China pertama yang berkunjung ke Korea Utara dalam 14 tahun terakhir.

Valerie Dante
Valerie Dante Kamis, 20 Jun 2019 15:45 WIB
Presiden China memulai kunjungan perdana ke Korea Utara

Presiden China Xi Jinping tiba di Pyongyang, Korea Utara, pada Kamis (20/6), pukul 11.40 waktu setempat. Rombongan Xi termasuk istrinya, Peng Liyuan, Menteri Luar Negeri Wang Yi, dua diplomat top China, dan Kepala Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional He Lifeng.

Presiden Xi, yang akan berada di Korea Utara selama dua hari, merupakan pemimpin Tiongkok pertama yang mengunjungi negara itu dalam 14 tahun terakhir.

Hubungan China dan Korea Utara, yang merupakan sekutu era Perang Dingin, sempat memburuk akibat provokasi nuklir Pyongyang dan dukungan Beijing atas sanksi yang PBB jatuhkan kepada negara itu.

Xi dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah berupaya untuk memperbaiki hubungan kedua negara. Itu tercermin dari langkah Kim Jong-un yang telah empat kali melakukan kunjungan kenegaraan ke China sepanjang 2018. Selain itu, Beijing pun menyerukan agar PBB melonggarkan sanksi atas Pyongyang.

Menyambut kedatangan Xi, bendera China dan Korea Utara dikibarkan di sejumlah lokasi dan di ruas jalan-jalan utama di Pyongyang.

China merupakan sekutu utama Korea Utara. Kunjungan Presiden Xi terjadi di tengah ketegangan yang meningkat antara Korea Utara dan AS terkait isu denuklirisasi.

Sejumlah diplomat menilai bahwa lewat kunjungan ini, Xi seolah ingin memperlihatkan hubungan erat antara Beijing dan Pyongyang kepada AS.

"Xi Jinping melakukan kunjungan saat kondisi internasional sedang kompleks, jelas hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah China sangat mementingkan persahabatan dengan Korea Utara," tulis surat kabar pemerintah Korea Utara, Rodong Sinmun.

Sponsored

Surat kabar itu menyatakan bahwa kunjungan Presiden Xi menyoroti hubungan kedua negara yang bersifat dua arah dan selama ini berdiri dengan kokoh.

Pada Kamis, Xi dijadwalkan akan bertatap muka dengan Kim Jong-un, menghadiri jamuan penyambutan, dan menyaksikan pertunjukan senam massal. Dia juga diharapkan akan mengunjungi Friendship Tower di Pyongyang, yang menjadi tugu peringatan bagi pasukan China yang membantu Korea Utara dalam Perang Korea 1950-1953.

Kedua pemimpin bertemu hanya seminggu sebelum KTT G20 di Osaka, Jepang, di mana Xi dan Trump akan membahas upaya untuk memulihkan kembali hubungan yang panas akibat perselisihan perdagangan.

Ahli Korea Utara di Yanbian University, Li Zhonglin, menilai waktu kunjungan Xi ke Pyongyang bukan kebetulan.

Menurut Li, China mungkin berharap dapat berperan dalam membujuk agar Korea Utara setuju melanjutkan perundingan denuklirisasi dengan AS setelah kegagalan KTT Korea Utara-AS di Hanoi, Vietnam, pada awal 2019.

"Kunjungan Presiden Xi ke Korea Utara dapat memainkan peran positif terkait perundingan denukliriasi AS-Korea Utara," kata Li. "China ingin ada terobosan."

Negosiasi antara Trump dan Kim Jong-un memburuk setelah KTT kedua mereka pada Februari gagal mencapai kesepakatan. Di sisi lain, perundingan perdagangan Washington dengan Beijing pun menemui kebuntuan pada Mei.

Dalam sebuah tulisan opini yang diterbitkan di surat kabar resmi Korea Utara pada Rabu (19/6), Xi memuji persahabatan negara-negara tetangga dan menawarkan rencana besar untuk membawa stabilitas permanen ke Asia Timur.

Dia juga bersumpah Beijing akan memainkan peran aktif dalam memperkuat komunikasi dan koordinasi dengan Korea Utara dan pihak-pihak terkait lainnya untuk mendorong kemajuan di Semenanjung Korea.

Banyak yang menilai Beijing resah setelah Kim Jong-un bertemu dengan Trump pada 2018 dan kedua pemimpin terlihat akrab.

Tulisan opini itu seolah berperan sebagai pengingat bahwa China tetap menjadi sekutu terdekat Korea Utara.

Pakar hubungan internasional di National University of Singapore, Yongwook Ryu, mengatakan Xi bisa membuat kesalahan serius jika dia mencoba menggunakan Korea Utara sebagai alat tawar-menawar dengan Trump. Dia menilai bahwa Trump merupakan pemimpin yang memisahkan masalah keamanan dengan masalah ekonomi.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang telah menepis kekhawatiran bahwa hubungan dekat Beijing dengan Pyongyang dapat digunakan untuk menekan AS.

"Orang-orang dengan gagasan seperti itu hanya berpikir berlebihan," tutur Lu.

Pakar Korea Utara di think tank Carnegie-Tsinghua Center di Beijing, Zhao Tong, menuturkan dia tidak mengharapkan diskusi substantif mengenai denuklirisasi dalam kunjungan Xi.

"China dan Korea Utara tidak memiliki rasa saling percaya yang cukup untuk mendiskusikan isu itu," jelasnya.

Sedangkan ahli keamanan Asia Timur di Ewha Womans University, Leif-Eric Easley, menilai Beijing dapat meningkatkan hubungan antarmasyarakat China-Korea Utara untuk memberikan bantuan ekonomi tanpa melanggar sanksi.

"Para ahli China dapat mendukung pembangunan kapasitas teknis Korea Utara dan kedatangan turis Tiongkok dapat membantu Pyongyang menangani kekurangan valuta asing akibat tekanan sanksi," ujar Easley. (The Straits Times)

Berita Lainnya
×
tekid