sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Presiden Filipina: Terima kasih Israel untuk bantu akhiri konflik Marawi

Rodrigo Duterte tercatat sebagai presiden Filipina pertama yang melawat ke Israel sejak kedua negara menjalin hubungan bilateral pada 1957.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Selasa, 04 Sep 2018 12:16 WIB
Presiden Filipina: Terima kasih Israel untuk bantu akhiri konflik Marawi

Rodrigo Duterte mencatat sejarah sebagai presiden Filipina pertama yang menginjakkan kaki di Israel sejak kedua negara memulai hubungan diplomatik tahun 1957. Dia memulai kunjungannya ke Israel pada Minggu (2/9) dan akan mengakhirinya pada Rabu (5/9), sebelum melanjutkan lawatannya ke Yordania.

Saat bertemu dengan PM Benjamin Netanyahu di Yerusalem pada Senin (3/9), Duterte mengucapkan terima kasih atas bantuan Israel dalam mengakhiri pengepungan selama lima bulan oleh kelompok militan yang berafiliasi dengan ISIS di Marawi. 

Duterte mengatakan, konflik di Marawi tidak akan selesai jika bukan karena peralatan yang sangat substansial dan penting dari Israel. Namun, presiden berusia 73 tahun tersebut tidak merinci lebih lanjut.

Ini merupakan untuk pertama kalinya Duterte mengakui bantuan Israel dalam mengakhiri pengepungan Marawi di muka publik.

"Pak PM, saya hanya bisa berterima kasih banyak kepada Anda terutama atas bantuan kritis yang Anda perluas bagi negara saya saat kami sangat membutuhkannya," kata Duterte.

"Dalam masalah baru-baru ini di Filipina, tingkat bantuan yang Anda berikan sangat penting dalam memenangkan perang."

Pengepungan Marawi terjadi antara Mei dan Oktober 2017, ketika kelompok militan yang berafiliasi dengan ISIS mengambil alih kota tersebut. Pertempuran Marawi menewaskan lebih dari 1.000 pemberontak, militer dan warga sipil serta membuat ratusan ribu orang mengungsi.

Menurut Duterte, Filipina dan Israel berbagi semangat yang sama dalam sejumlah hal. 

Sponsored

"Kami berbagi semangat yang sama atas perdamaian, semangat yang sama atas kemanusiaan. Kami juga berbagi semangat yang sama untuk tidak membiarkan negara kami dihancurkan oleh mereka yang ... tidak tahu apa-apa selain membunuh dan menghancurkan," tutur Duterte.

Duterte sangat ingin meningkatkan kerja sama keamanan dengan Israel, yang telah menjual tiga sistem radar dan 100 kendaraan lapis baja. Manila dikabarkan mengincar kesepakatan penjualan pesawat.

Selama di Israel, Duterte telah mengunjungi memorial Holocaust Yad Vashem di Yerusalem dan Open Doors Monument, sebuah monumen untuk memperingati penyelamatan yang dilakukan Filipina terhadap orang-orang Yahudi.

Pada tahun 1939, Presiden Filipina Manuel L Quezon merilis 10.000 visa bagi orang Yahudi Eropa. Namun, hanya sekitar 1.300 dari mereka yang benar-benar masuk ke negara-negara Asia Tenggara.

Netanyahu menyinggung bagaimana Filipina menampung pengungsi Yahudi yang melarikan diri dari Nazi dan PM Israel itu pula menyebutkan bahwa Filipna merupakan satu-satunya suara dari Asia yang menyetujui pembentukan negara Israel. Dan belum lama ini, Filipina memilih abstain dalam pemungutan suara PBB yang mengecam Amerika Serikat terkait keputusan Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

"Kami ingat dengan teman-teman kami dan persahabatan ini telah berkembang selama bertahun-tahun, terutama beberapa tahun terakhir," ungkap Netanyahu dalam pertemuannya dengan Duterte.

 

 

Sumber: Al Jazeera

Berita Lainnya
×
tekid