sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Proposal Brexit PM May ditolak untuk kali kedua

Parlemen sekarang harus menyimpulkan apakah memilih opsi bercerai dari Uni Eropa tanpa kesepakatan atau menunda Brexit.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Rabu, 13 Mar 2019 10:09 WIB
Proposal Brexit PM May ditolak untuk kali kedua

Kesepakatan Brexit yang diajukan Perdana Menteri Theresa May kembali ditolak oleh anggota parlemen untuk kedua kalinya. Sementara tenggat Inggris meninggalkan Uni Eropa tinggal 17 hari lagi. 

Kesepakatan PM May ditolak oleh 391 banding 242 atau dengan kata lain selisih 149. Itu merupakan margin yang lebih kecil dibanding yang menolaknya pada Januari lalu.

PM May mengatakan, anggota parlemen sekarang harus menyimpulkan apakah Inggris akan meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan atau jika itu gagal disetujui, apakah Brexit harus ditunda.

Pada menit-menit terakhir, PM May telah memohon kepada anggota parlemen agar mendukung kesepakatannya setelah dia mendapat jaminan hukum soal dukungan bagi backstop Irlandia. Dan meskipun dia berhasil meyakinkan sekitar 40 anggota parlemen Tory untuk berubah pikiran, namun jumlah itu tidak cukup untuk membalikkan kekalahan bersejarah yang dideritanya pada Januari ketika 230 anggota parlemen menolak proposal yang diajukannya.

Dalam sebuah pernyataan pasca-kekalahannya, PM May mengatakan, "Saya terus percaya bahwa sejauh ini hasil terbaik adalah Inggris meninggalkan Uni Eropa secara teratur dengan sebuah kesepakatan."

"Dan kesepakatan yang telah kita negosiasikan merupakan yang terbaik dan satu-satunya yang tersedia," kata PM berusia 62 tahun itu.

Lebih lanjut PM May mengatakan, anggota parlemen akan menggelar pemungutan suara pada Rabu (13/3) soal apakah Inggris akan meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan atau tidak.

Jika mereka memilih menentang Brexit tanpa kesepakatan, mereka akan menggelar pemungutan suara pada hari berikutnya soal apakah Pasal 50, yang merupakan mekanisme hukum Brexit dengan tenggat 29 Maret, harus diperpanjang.

Sponsored

PM May menegaskan bahwa parlemen harus segera memutuskan apakah mereka ingin menunda Brexit, mengadakan referendum lain, atau bercerai dengan kesepakatan baru. Menurutnya pilihan yang kini dihadapi Inggris tidak mengenakkan, tetapi itulah yang harus dihadapi.

Selain itu, PM May mengumumkan kepada anggota parlemen bahwa pemerintah akan mengumumkan perincian tentang bagaimana Inggris akan mengelola perbatasannya dengan Irlandia jika tidak tercapai kesepakatan pada Rabu waktu setempat.

"PM tidak membahas soal pengunduran diri pasca-kekalahan terakhirnya karena pemerintah yang dipimpinnya belum lama ini memenangkan mosi kepercayaan di parlemen," ungkap juru bicara PM.

Dari 317 anggota fraksi Partai Konservatif di parlemen Inggris, 200 memberikan suara percaya dan 117 tidak percaya terhadap May pada Desember 2018.

"PM May juga tidak memiliki rencana kembali berkunjung ke Brussels untuk meminta lebih banyak konsesi karena seperti yang dia katakan kepada anggota parlemen, dia masih berpikir bahwa kesepakatannya adalah yang terbaik dan satu-satunya yang ada," imbuh juru bicara itu. 

Apa yang akan dilakukan PM May untuk mengeluarkan dirinya dari lubang politik yang mengerikan ini belum jelas. Beberapa koleganya menilai bahwa dia harus melakukan kesepakatan lebih dekat dengan Uni Eropa.

Beberapa dari mereka percaya bahwa persiapan sebanyak dan secepat mungkin harus dilakukan untuk menghadapi Brexit tanpa kesepakatan. 

Sementara itu, pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn mengatakan PM May harus mengadakan pemilu.

"Pemerintah telah dikalahkan lagi oleh mayoritas dalam jumlah besar dan harus terima bahwa kesepakatannya telah mati dan tidak memiliki dukungan dari parlemen," katanya kepada anggota parlemen.

Corbyn menyatakan bahwa opsi Brexit tanpa kesepakatan harus ditarik dan partainya akan terus mendorong proposal alternatif. Dia tidak menyinggung komitmen partai untuk mendukung referendum lain. 

Jacob Rees-Mogg, ketua European Research Group, berpendapat bahwa persoalan yang dimiliki kesepakatan May adalah itu tidak memenuhi komitmen untuk meninggalkan Uni Eropa secara bersih dan backstop akan membuat Inggris tetap berada di serikat pabean dan secara de facto di pasar tunggal.

Pemimpin Konservatif Terkemuka Dominic Grieve, yang mendukung referendum lain, mengatakan kesepakatan May sekarang "selesai". Dia yakin mayoritas anggota parlemen sekarang akan memilih melawan Brexit tanpa kesepakatan dan dia berharap mereka kemudian akan memilih untuk meminta perpanjangan Pasal 50.

Kepala negosiator Brexit Uni Eropa Michel Barnier mengatakan lewat Twitter menuliskan, "Uni Eropa telah melakukan segala yang dapat dilakukan untuk membantu mendapatkan Perjanjian Penarikan. Kebuntuan hanya dapat diselesaikan di Inggris. Persiapan 'tanpa kesepakatan' kami sekarang lebih penting daripada sebelumnya."

Juru bicara presiden Dewan Eropa Donald Tusk menggemakan pesan itu, mengatakan "sulit untuk melihat apa lagi yang bisa kita lakukan".

"Dengan hanya 17 hari tersisa hingga 29 Maret, pemungutan suara hari ini telah secara signifikan meningkatkan kemungkinan Brexit tanpa kesepakatan," tambah juru bicara itu.

UE akan mempertimbangkan perpanjangan untuk Brexit jika Inggris memintanya, tambahnya, tetapi 27 negara anggota UE lainnya akan mengharapkan "pembenaran yang kredibel" untuk itu.

Sumber : BBC

Berita Lainnya
×
tekid