sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Protes anti-RUU kewarganegaraan kontroversial pecah di India

RUU tersebut telah lolos di majelis rendah, namun masih harus disetujui oleh majelis tinggi untuk secara resmi diadopsi menjadi hukum.

Valerie Dante
Valerie Dante Selasa, 10 Des 2019 10:25 WIB
Protes anti-RUU kewarganegaraan kontroversial pecah di India

Pada Senin (9/12), ratusan pemrotes turun ke jalan-jalan di India. Mereka menentang RUU kontroversial yang akan memberikan kewarganegaraan kepada warga nonmuslim dari tiga negara tetangga.

Menteri Dalam Negeri India Amit Shah membawa RUU Amendemen Kewarganegaraan (CAB) tersebut ke majelis rendah (Lok Sabha) setelah sebelumnya lolos dalam pembahasan di kabinet. Dan Lok Sabha pun meloloskannya pada Senin. 

Sejumlah partai oposisi menentang RUU tersebut, yang akan pertama kalinya menciptakan jalur hukum untuk memberikan kewarganegaraan atas dasar agama.

CAB pertama kali diperkenalkan pada 2016 oleh partai nasionalis Hindu Bharatiya Janata (BJP), tetapi akhirnya urung dilanjutkan setelah menuai protes keras dari masyarakat dan mitra koalisi menarik dukungan mereka.

RUU tersebut mengusulkan untuk memberikan kewarganegaraan kepada nonmuslim yang datang ke India akibat melarikan diri dari penganiayaan di Bangladesh, Pakistan, dan Afghanistan.

Oposisi di parlemen dan pengunjuk rasa di sejumlah kota di India mengatakan RUU itu diskriminatif terhadap muslim dan melanggar konstitusi nasional yang sekuler.

BJP yang berkuasa memasukkan CAB sebagai bagian dari manifestonya dalam pemilu terakhir. Mereka bersikeras menyatakan bahwa RUU itu perlu disahkan menjadi hukum.

"Di tiga negara itu, umat Hindu, Buddha, Sikh, Jainisme, Parsis, dan Kristen telah disiksa," kata Shah sebelum pemungutan suara di Lok Sabha pada Senin.

Sponsored

Penentangan keras

Pedemo turun ke jalan-jalan di Assam, salah satu negara bagian di timur laut yang mayoritas menentang RUU tersebut. Mereka memblokir jalan raya, membakar ban, dan mengecat dinding dengan slogan-slogan anti-CAB.

Kelompok-kelompok pelajar menyerukan penutupan di empat distrik di negara bagian tersebut. Akibat unjuk rasa, toko-toko hingga lembaga pendidikan dan keuangan tutup serta transportasi umum tidak beroperasi.

"Kami akan melawan dan menentang RUU itu hingga tetes darah terakhir," kata anggota All Assam Student Union, Samujjal Bhattacharya.

Dia menyatakan bahwa jika RUU itu disahkan, warga khawatir puluhan ribu migran dari negara tetangga Bangladesh akan membanjiri kawasan mereka demi mendapatkan kewarganegaraan.

Selain di Assam, di negara bagian Gujarat dan Kota Kolkata ratusan orang juga melakukan unjuk rasa menentang RUU tersebut.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Senin, kelompok yang terdiri dari lebih dari 1.000 ilmuwan dan cendekiawan India menyerukan agar RUU itu segera ditarik.

"Kami khawatir pengucilan muslim dari ambisi RUU ini akan sangat mengganggu struktur pluralistis negara," jelas pernyataan itu.

Setelah lolos di Lok Sabha, di mana BJP memegang mayoritas, RUU tersebut harus disetujui oleh majelis tinggi di mana partai yang berkuasa tidak memiliki cukup suara untuk lolos. Setiap RUU perlu diratifikasi oleh kedua majelis parlemen untuk secara resmi diadopsi menjadi hukum.

Sumber : Reuters

Berita Lainnya
×
tekid