sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Rakyat Swiss dukung RUU antidiskriminasi LGBT

Hasil pemungutan suara pada Minggu (9/2), menunjukkan 63,1% mendukung RUU antidiskriminasi LGBT.

Valerie Dante
Valerie Dante Senin, 10 Feb 2020 14:46 WIB
Rakyat Swiss dukung RUU antidiskriminasi LGBT

Para pemilih di Swiss telah memberikan dukungan bagi RUU untuk memperluas UU antirasisme agar mencakup antidiskriminasi terhadap orientasi dan identitas seksual. Hasil dari pemungutan suara pada Minggu (9/2), dengan 63,1% mendukung dan 36,9% menentang, dinilai sebagai dorongan positif bagi komunitas LGBT di negara itu.

Pemungutan suara tersebut diadakan karena mayoritas masyarakat berpendapat Swiss jauh tertinggal dalam isu antidiskriminasi terhadap LGBT. Tidak seperti banyak tetangganya di Eropa Barat, Swiss belum memiliki hukum yang secara khusus melindungi komunitas LGBT.

Swiss memiliki tradisi mengadakan plebisit atau pemungutan suara umum mengenai isu-isu yang berkisar dari keputusan kebijakan luar negeri hingga pembangunan sekolah.

Di bawah RUU antidiskriminasi baru, pihak yang secara terbuka merendahkan orang lain karena alasan orientasi seksual dapat menghadapi hukuman hingga tiga tahun penjara. Beberapa negara Eropa seperti Belgia, Jerman, Prancis, Irlandia, dan Inggris sudah memiliki UU serupa.

Hasil dari pemungutan suara dinilai menggambarkan opini publik yang sebagian besar menganggap perlu adanya RUU antidiskriminasi terhadap komunitas LGBT.

"Hasilnya membuktikan tanda kuat adanya penerimaan bagi komunitas LGBT. Kami akan menggunakan momentum ini untuk mencapai implementasi yang konsisten dan juga untuk mendorong pernikahan sesama jenis," jelas komunitas pro-LGBT, Pink Cross Switzerland.

Swiss dan Italia adalah dua negara terakhir di Eropa Barat di mana pernikahan sesama jenis belum legal. RUU untuk melegalkan pernikahan sesama jenis saat ini sedang dalam proses pembahasan di Parlemen Swiss.

Menurut aktivis dari Swiss Lesbian Organization (LSO), Anna Rosenwasser, banyak warga Swiss yang cenderung melebih-lebihkan betapa modernnya negara itu. Dia menyatakan bahwa berdasarkan data Rainbow Map, Swiss berada di urutan ke-23 dari 49 negara yang menghormati hak-hak LGBT.

Sponsored

"Negara ini memang kaya, tapi belum modern. Swiss tidak memiliki UU yang menentang diskriminasi publik berdasarkan orientasi seksual," ujar dia.

Untuk mendukung argumennya terkait kurangnya perlindungan hukum terhadap komunitas LGBT, Rosenwasser merujuk pada meningkatnya angka bunuh diri.

"Angka bunuh diri komunitas LGBT di Swiss lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang heteroseksual. Ini menunjukkan bahwa kami belum merasa aman," jelas dia.

Beberapa pihak menentang RUU antidiskriminasi tersebut, menyebut bahwa RUU itu dapat membatasi kebebasan berbicara.

"Kami bahkan tidak tahu apakah lelucon berbau homoseksual akan diizinkan atau tidak," tutur politikus Partai Rakyat Swiss Benjamin Fischer.

Politikus dari partai sayap kanan itu menekankan bahwa Swiss merupakan negara yang menganut kebebasan berekspresi, oleh sebab itu masyarakat harus diizinkan untuk mengatakan apa yang mereka inginkan.

Ada juga pertentangan dari sejumlah kelompok agama. Meskipun beberapa gereja telah mendukung RUU tersebut, Swiss Evangelical Alliance masih skeptis.

"Gereja kita memandang pernikahan antara seorang pria dan wanita sebagai satu-satunya jenis pernikahan yang layak," jelas Sekretaris Jenderal Swiss Evangelical Alliance Marc Jost. (BBC dan The Guardian)

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid