sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Rencana bagi-bagi masker PM Abe menuai cemoohan

Jepang memiliki 3.096 kasus termasuk 712 dari kapal pesiar Diamond Princess.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Kamis, 02 Apr 2020 20:28 WIB
Rencana bagi-bagi masker PM Abe menuai cemoohan

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menjadi bahan cemoohan di media sosial pada Kamis (2/4) setelah mengumumkan rencana membagikan dua masker pelindung berbahan kain per rumah tangga alih-alih mendeklarasikan keadaan darurat Covid-19. 

Rencana itu menjadi bumerang, dengan "Abenomask" atau yang berarti "Masker Abe" menjadi trending topic nomor satu di Jepang. Meme bertebaran, salah satunya menampilkan keluarga Sazae-san, animasi yang sangat digemari di negara itu di mana terdapat tujuh anggota keluarga berbagai dua masker.

Konsep untuk membagikan masker datang sehari setelah para ahli memperingatkan bahwa Jepang berada di ambang krisis medis ketika kasus meningkat, terutama di Tokyo.

Pada Kamis, pejabat Metropolitan Tokyo mengumumkan 97 kasus baru infeksi Covid-19. Itu merupakan rekor tertinggi untuk kasus harian di ibu kota.

Sehari sebelumnya, Tokyo mencatat 78 kasus. Saat ini, jumlah total kasus di ibu kota telah mencapai 684. Ada pun secara nasional, Jepang memiliki 3.096 kasus termasuk 712 dari kapal pesiar Diamond Princess.

Dari jumlah tersebut, 68 orang meninggal, termasuk 11 dari kapal pesiar Diamond Princess. Dan 1.091 orang dinyatakan sembuh, termasuk 619 dari kapal pesiar Diamond Princess.

Saat mengumumkan rencananya untuk mendistribusikan masker pelindung, PM Abe juga mengenakan masker pelindung berbahan kain. Masker akan dikirim ke lebih dari 50 juta rumah tangga mulai pekan depan, dengan daerah-daerah yang mengalami lonjakan kasus akan didahulukan.  

Sponsored

"Anda dapat menggunakan sabun untuk mencucinya dan menggunakannya kembali. Jadi, ini merupakan respons yang baik atas permintaan masker yang besar dan tiba-tiba," kata dia.

Pemilik akun Twitter Usube merespons rencana tersebut dengan mentwit, "Apakah pemerintah Jepang serius? Ini sepenuhnya buang-buang pajak."

Ini bukan kali pertama strategis PM Abe dalam menangani Covid-19 menuai kritik. Beberapa menilai respons awal pemerintahannya lamban. 

Para kritikus pun berpendapat bahwa pemerintah telah meremehkan ancaman coronavirus jenis baru dengan harapan Tokyo dapat melanjutkan tugasnya menjadi tuan rumah Olimpiade 2020 yang saat ini telah ditunda. PM Abe telah membantah tuduhan ini.

Bagaimanapun, kritikus mengatakan bahwa PM Abe harus segera mengumumkan keadaan darurat di tengah kekhawatiran lonjakan infeksi setelah terjadi kerumunan di beberapa tempat menyusul pesta sakura bulan lalu. Padahal masyarakat telah diimbau untuk tetap berada di rumah.

Istri PM Abe, Akie, menjadi sorotan setelah muncul sejumlah foto yang menunjukkan dia menghadiri acara serupa. Namun, PM Abe membelanya, dengan mengatakan bahwa yang dihadiri istrinya adalah pertemuan pribadi di sebuah restoran.

'Economy First'

Pemimpin oposisi Partai Demokrat untuk Rakyat Yuichiro Tamaki pekan ini telah meminta PM Abe untuk menyatakan keadaan darurat. Sementara, Japan Medical Association bersuara mengingatkan soal krisis di rumah sakit-rumah sakit, di mana tempat tidur penuh dengan pasien Covid-19 dan sejumlah dokter serta perawat telah terinfeksi.

Namun, PM Abe bersikeras bahwa sekarang bukan saatnya untuk mengumumkan keadaan darurat, yang akan memberi wewenang hukum pada otoritas untuk mendesak warga agar tetap di rumah, menutup sekolah, dan serangkaian langkah lainnya.

"Abe selalu menerapkan 'economy first'," kata Jesper Koll, CEO WisdomTree Japan.

Abe yang berkuasa sejak 2012 telah berjanji untuk menghidupkan kembali pertumbuhan dengan kebijakan yang dijuluki "Abenomics". Dan Abe pun telah menjanjikan paket stimulus fiskal untuk melawan dampak Covid-19 terhadap perekonomian.

"Jika Anda menyatakan keadaan darurat, ini jelas merupakan akhir dari 'Abenomics', akhir dari 'economy first'," jelas Koll. (NHK, Reuters, dan Bloomberg)

Berita Lainnya
×
tekid