sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Respons cepat Vietnam hadapi Covid-19 dipuji

Takada korban jiwa akibat SARS-CoV-2. Sejak mengonfirmasi kasus pertama, 23 Januari, hingga sekarang.

Valerie Dante
Valerie Dante Rabu, 25 Mar 2020 18:53 WIB
Respons cepat Vietnam hadapi Covid-19 dipuji

Sebuah artikel Financial Times pada Selasa (24/3), memuji upaya Vietnam dalam menahan penyebaran pandemi coronavirus baru (Covid-19). Bahkan, disebut sebagai panutan.

Ketika SARS-CoV-2 mulai berkecamuk di China, Perdana Menteri Vietnam, Nguyen Xuan Phuc, memperingatkan, virus tersebut segera mencapai negaranya. Dus, menuntut respons cepat pemerintah.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya pun menekankan, respons cepat pemerintah terhadap keadaan darurat sangat penting. Dalam mengatasi krisis pada tahap awal.

Menurut Financial Times, sebagian besar keberhasilan Vietnam membendung penyebaran Covid-19 dipengaruhi mobilisasi personel medis dan militer. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga secara reguler mengirim pesan teks tentang kondisi terkini disertai tips-tips menjaga kesehatan.

Sebuah survei yang baru-baru ini digelar Nielsen, menggambarkan mayoritas responden di Vietnam sadar akan gejala dan dampak Covid-19. Itu menunjukkan, keberhasilan pemerintah mengedukasi publik mengenai krisis kesehatan global tersebut.

Pada 13 Februari, Vietnam menjadi negara pertama setelah China yang menutup daerah pemukiman besar. Selama 21 hari, pemerintah mengarantina wilayah di Provinsi Vinh Phuc, utara Hanoi. Setelah otoritas mendeteksi kasus positif Covid-19 di sana.

Vietnam secara resmi mencatat kasus pertama Covid-19 pada 23 Januari. Pasien merupakan dua warga negara China yang berada di Ho Chi Minh City.

Polisi pun menindak tegas penyebar hoaks coronavirus. Sekitar 800 orang didenda akibat pelanggaran tersebut.

Sponsored

Tanggal 29 Februari, Vietnam menjadi negara pertama yang melaporkan berhasil menyembuhkan semua pasien yang terinfeksi. Kala itu, tercatat baru 16 kasus positif.

"Jika pertempuran melawan Covid-19 adalah perang, maka kami berhasil memenangkan ronde pertama," kata Perdana Menteri Vietnam saat itu, Vi Duc Dam.

Hingga kini, Vietnam mencatat 134 kasus positif Covid-19. Sebanyak 17 di antaranya, dinyatakan pulih dan pulang dari rumah sakit.

Kidong Park, perwakilan WHO di Vietnam, menyatakan, keberhasilan ini merupakan buah respons proaktif dan konsisten pemerintah.

"Negara ini telah mengaktifkan sistem responsnya sejak tahap awal penyebaran. Dengan mengintensifkan pengawasan, meningkatkan pengujian kesehatan, mengintensifkan upaya pengendalian dan pencegahan infeksi, memperbaiki manajemen kasus di fasilitas kesehatan, serta mengedepankan kolaborasi multisektoral," tuturnya.

Sementara, Wakil Menteri Kesehatan Vietnam, Nguyen Thanh Long, pada awal Februari, menerangkan, petugas kesehatan telah diinstruksikan mengikuti sejumlah protokol. Untuk menilai tingkat keparahan infeksi.

Pertama, dokter wajib mengobati gejala yang timbul akibat infeksi. Sedangkan pasien positif, diharuskan menjalani diet ketat. Lalu, memonitor tingkat saturasi oksigen dalam darah pasien.

Tak sekadar itu. Sebagian kota-kota besar di Vietnam juga telah menangguhkan kegiatan belajar mengajar hingga setidaknya 5 April.

Hotspot untuk perdagangan dan konsumsi satwa liar, pun diperintahkan larangan diimpor. Sejak akhir Januari.

Pasalnya, hewan liar diidentifikasi sebagai sumber SARS-CoV-2 yang memicu Covid-19. Penyakit seperti SARS dan MERS juga berasal dari satwa liar.

Untuk mencegah kemungkinan terjadinya lonjakan kasus infeksi impor atau yang berasal dari pendatang luar negeri, Vietnam melarang wisatawan asal China. Selain menangguhkan pengeluaran visa untuk warga Korea Selatan.

Berikutnya, mewajibkan pelancong dari dua negara yang terpukul parah Covid-19 lainnya, Iran dan Italia, melakukan karantina mandiri. Selama 14 hari setelah tiba di Vietnam. (Vietnam Plus, Financial Times, dan Al Jazeera)

Berita Lainnya
×
tekid