sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Sah, Mikhail Mishustin jadi PM baru Rusia

Putin menandatangani dekret yang mengangkat Mishustin sebagai PM pada Kamis (15/1).

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Jumat, 17 Jan 2020 11:59 WIB
Sah, Mikhail Mishustin jadi PM baru Rusia

Duma Negara, majelis rendah parlemen, pada Kamis (16/1) memberi dukungan kepada Mikhail Mishustin (53) dengan 383 dari 424 suara untuk menjadi Perdana Menteri Rusia. Tidak seorang pun anggota menentang pencalonannya oleh Presiden Vladimir Putin (67), dengan 41 suara yang tersisa memilih golput.

Segera setelah mendapat persetujuan parlemen, Putin menandatangani dekret yang mengangkat Mishustin sebagai PM.

Penunjukan Mishustin sebagai PM menggantikan Dmitry Medvedev, yang bersama pemerintahannya mengumumkan mundur, adalah bagian dari perubahan besar sistem politik yang diumumkan Putin pada Rabu (15/1). Sebagian meyakini, "Revolusi Januari" dilakukan Putin untuk memperpanjang cengkeramannya pada kekuasaan begitu dia meninggalkan kursi kepresidenan pada 2024.

Putin telah mendominasi politik Rusia, baik sebagai PM atau presiden selama dua dekade.

Mishustin, yang sebelumnya memimpin layanan pajak negara dan sesekali bermain hoki es dengan Putin, nyaris tidak memiliki profil politik. Terlepas dari itu, kini rakyat Rusia menaruh harapan padanya.

"Otoritas kami tidak sepenuhnya bodoh, mereka paham bahwa beberapa perubahan diperlukan," ujar seorang aktor teater Artyom Dadyvov (22).

Pemerintahan Medvedev yang berkuasa sejak 2012 melalui periode bergejolak, di mana upah riil mulai mengalami penurunan setelah selama lima tahun terakhir, standar hidup terkikis sementara harga-harga naik, sanksi Barat, serta harga minyak yang berayun.

"Jika ini terus berlanjut, itu akan berarti stagnasi serius dan mungkin ada semacam revolusi. Tsar dapat digulingkan," tutur Dadyvov, yang menggunakan gelar bagi kaisar Rusia untuk menggambarkan Putin.

Sponsored

Kerinduan rakyat akan perubahan dipandang sebagai salah satu alasan mengapa Putin menggantikan Medvedev, sekutu dekat yang juga anak didik. Peringkat persetujuan publik terhadap Medvedev merosot sejak 2014.

"Mereka perlu menunjukkan perubahan yang mencolok, janji-janji sosial, kepedulian terhadap rakyat, serta akhir dari stagnasi," kata Leonid Volkov, seorang politikus oposisi.

Sejumlah analis berpendapat bahwa Medvedev yang pernah menjabat sebagai presiden, telah menjadi "political liability" dan kepergiannya membantu menciptakan kesan perubahan nyata.

Medvedev juga dirundung tuduhan korupsi, yang telah dibantahnya, serta ternoda pula oleh pemberitaan media Rusia karena diduga tertidur selama pidato Putin.

"Banyak orang muak dengannya dan merasa dia tidak kompeten," ungkap Vladimir Petrov (42), seorang editor di sebuah stasiun televisi.

Kepergian Medvedev dinilai penting bagi Kremlin jelang pemilihan parlemen tahun depan.

"Ada kecurigaan besar bahwa jika stagnasi ini berlanjut dan semuanya tetap seperti sebelumnya, maka parlemen baru bisa jauh lebih tidak ramah terhadap Kremlin," sebut Vladimir Tikhomirov, kepala ekonomi di BCS Financial Group.

Reformasi yang diusulkan Putin akan memperkuat kekuasaan PM dan parlemen. Putin pun mengusulkan memindahkan kekuasaan untuk memilih perdana menteri dan kabinet dari presiden ke parlemen.

Seorang warga Rusia sebenarnya berharap pengganti Medvedev sedikit lebih muda. 

"Generasi baru harus terjun ke politik, orang-orang di pemerintahan dan presiden harusnya diisi dengan mereka yang berusia 40-45, layaknya Putin saat dia baru berkuasa," kata Natalia Zhukova (50), yang berprofesi sebagai dokter. 

Bagaimanapun pesimistis tetap ada, menyebut apa yang tengah terjadi adalah "cosmetic change".

"Mereka (pemerintah) tidak mencintai rakyat, itu masalah utamanya. Lihatlah betapa rakyat sangat miskin," ungkap Vladimir Yatsenko (69).

Para kritikus telah lama menuduh Putin, mantan agen KGB, merencanakan untuk tetap dalam kapasitas tertentu setelah masa jabatan kepresidenannya berakhir agar terus dapat berkuasa. Dia disebut-sebut dapat kembali menjadi perdana menteri atau memainkan peran baru sebagai kepala Dewan Negara, sebuah badan yang ingin didirikannya.

Pada Kamis, Putin mengadakan pertemuan dengan kelompok kerja yang dibentuknya untuk mempertimbangkan usulan-usulannya. Menurut media lokal, dia memberikan mereka waktu sekitar satu bulan untuk bekerja.

Memerintah seumur hidup

Volkov menilai bahwa apa yang terjadi jelas. 

"Semua orang menyaksikan dengan jelas bahwa semua ini mengarah pada pengaturan agar Putin memerintah seumur hidup," kata dia.

Seorang pejabat AS yang menolak disebut namanya mengatakan bahwa Putin akan kehilangan terlalu banyak ketika dia meletakkan kekuasaannya seluruhnya.

"Saya tidak bisa membayangkan dia kehilangan kekuasaan, apakah itu di pemerintahan atau tidak. Dia akan melindungi dirinya, kekayaannya ... serta menjamin keamanannya," sebut pejabat itu.

Pejabat yang sama menambahkan bahwa bukan hal baru bagi pemimpin otoriter untuk merotasi orang-orang di sekitar mereka.

Di bawah konstitusi saat ini, yang menetapkan maksimum dua periode berturut-turut, Putin dilarang untuk mencalonkan diri kembali sebagai presiden. Namun, sebagian disebut kesulitan membayangkan kehidupan politik Rusia tanpa sosoknya.

Putin tetap populer di kalangan yang melihatnya sebagai sumber stabilitas, di tengah banyak yang mengeluhkan dia sudah terlalu lama di tampuk kekuasaan.

Sumber : Reuters

Berita Lainnya
×
tekid