sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Sah! Oposisi kuasai tiga kota besar di Turki

Saat ini oposisi menguasai Istanbul, Ankara, dan Izmir. Ketiganya merupakan kota terbesar di Turki.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Senin, 24 Jun 2019 12:04 WIB
Sah! Oposisi kuasai tiga kota besar di Turki

Oposisi Turki sekali lagi "membungkam" Presiden Recep Tayyip Erdogan lewat kemenangannya dalam pemilihan ulang wali kota di Istanbul. Keberhasilan mereka dinilai mematahkan aura tidak terkalahkan Erdogan sekaligus pesan dari para pemilih yang tidak senang dengan kebijakannya.

Ekrem Imamoglu dari Partai Rakyat Republik (CHP) dilaporkan memperoleh lebih dari 54% suara, margin kemenangan yang cukup jauh dibanding pemilu tiga bulan lalu.

Hasil dari pemilu sebelumnya dibatalkan setelah Partai AKP yang dipimpin Erdogan melancarkan protes, menuduh terjadi penyimpangan yang meluas.

Keputusan untuk menggelar pemilu ulang memicu kritik dari Barat dan menyebabkan keributan di dalam negeri dengan banyak yang mengatakan bahwa demokrasi Turki berada di bawah ancaman.

Pada Minggu (23/6), puluhan ribu pendukung Imamoglu merayakan kemenangan di jalan-jalan di Istanbul setelah mantan pengusaha itu meraih hampir 800.000 suara.

"Di kota ini hari ini, Anda telah memperbaiki demokrasi. Terima kasih Istanbul," kata Imamoglu kepada para pendukungnya. "Kami datang untuk merangkul semua orang. Kami akan membangun demokrasi di kota ini, kami akan membangun keadilan. Di kota yang indah ini, saya berjanji, kita akan membangun masa depan."

Dewan Pemilihan Tinggi belum mengumumkan hasil resmi, tetapi Erdogan telah memberi selamat kepada Imamoglu atas kemenangannya. Demikian pula dengan rival Imamoglu, Binali Yildirim.

Bayang-bayang Erdogan

Sponsored

Erdogan telah memerintah Turki sejak 2003, semulai sebagai perdana menteri sebelum akhirnya menjadi presiden. Dan sejak saat itu pula dia digambarkan sebagai politikus paling dominan setelah pendiri negara itu, Mustafa Kemal Ataturk.

Partai AK-nya mendapat dukungan kuat dari kelompok konservatif dan kalangan religi, namun resesi ekonomi dan krisis keuangan disebut-sebut telah mengikis sokongan itu. Kendali Erdogan yang semakin ketat terhadap pemerintah telah membuat sejumlah orang khawatir. 

Imamoglu berhasil memenangi dukungan bahkan di distrik yang dulunya dikenal sebagai lumbung suara Partai AKP, mengakhiri kekuasaan kelompok Islamis selama 25 tahun di kota terbesar di negara itu.

"Pemilu ulang ini salah satunya adalah untuk mengakhiri kediktatoran," ungkap Gulcan Demirkaya (48), seorang ibu rumah tangga yang tinggal di distrik Kagithane. "Insyaallah, saya ingin melihatnya (Imamoglu) sebagai presiden dalam waktu lima tahun. Kekuasaan pada satu orang harus berakhir."

Hasil pemilu kemungkinan akan memicu babak baru dalam politik Turki, yang mana tiga kota besar di negara itu, Istanbul, Ankara dan Izmir, saat ini dikuasai oleh oposisi.

"Ini jelas akan berdampak pada masa depan politik Turki mengingat margin kemenangan. Ini pertanda yang mengkhawatirkan bagi AKP," ungkap Sinan Ulgen, mantan diplomat Turki.

Ketidakpastian nasib Istanbul dan potensi keterlambatan dalam reformasi ekonomi yang lebih luas telah membuat pasar keuangan di ujung tombak. Ancaman sanksi oleh Amerika Serikat jika Erdogan melanjutkan rencana untuk memasang pertahanan rudal pabrikan Rusia juga membebani pasar.

Lira Turki jatuh setelah keputusan untuk membatalkan pemilu Istanbul pada Maret dan turun hampir 10% tahun ini, sebagian pemicunya disebut karena kegelisahan terkait pemilu. Namun, naik lebih tinggi pada Minggu malam.

Sumber : Reuters

Berita Lainnya
×
tekid