sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Sekutu Duterte menangi pemilu paruh waktu Filipina

Kemenangan di senat memberi Duterte dukungan legislatif untuk mendorong agenda-agendanya.

Valerie Dante
Valerie Dante Rabu, 22 Mei 2019 14:46 WIB
Sekutu Duterte menangi pemilu paruh waktu Filipina

Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah memenangkan dukungan besar dalam pemilu paruh waktu yang digelar pekan lalu. Hasil resmi yang diumumkan pada Rabu (22/5) menujukkan bahwa sekutu Duterte kini mengendalikan senat. 

Sejauh ini, senat berfungsi sebagai benteng dalam melawan sejumlah kebijakan kontroversial presiden.

Kemenangan di senat memberi Duterte dukungan legislatif untuk mendorong agendanya, termasuk rencana untuk mengubah konstitusi dan kembali memberlakukan eksekusi mati.

Terlepas kritik dari kelompok HAM atas perang anti-narkoba yang brutal, Duterte tetap menjadi tokoh politik yang sangat populer di Filipina.

Meski terdapat 18.000 pos yang diperebutkan dalam pemilu paruh waktu pada 13 Mei, tetapi perlombaan untuk meraih 12 kursi di senat menjadi hal yang paling disorot.

Sembilan dari senator yang terpilih adalah pro-Duterte, tiga sisanya merupakan independen. Oposisi liberal tidak memenangkan satu pun dari 12 kursi yang ada.

Secara historis, senator yang melayani enam tahun masa jabatan memiliki reputasi lebih mandiri dibanding pejabat di majelis rendah atau DPR.

Salah satu sekutu Duterte yang terpilih di senat adalah mantan Kepala Polisi Roland dela Rosa, pria yang mengepalai eksekusi ekstra yudisial yang menewaskan sejumlah pengguna dan pengedar narkoba.

Sponsored

Aktivis HAM khawatir hal itu akan menjadikan Roland kebal dari tuntutan hukum apa pun.

Apa artinya?

UU yang diajukan pemerintah harus terlebih dahulu disahkan oleh senat. Sampai kini, kebijakan Duterte yang kontroversial telah diblokir oleh majelis tinggi.

Para senator baru resmi menjabat pada Juli, dan pemerintah akan jauh lebih mudah meloloskan UU.

Meski demikian, profesor ilmu politik di University of the Philippines Aries Arugay berpendapat bahwa hal itu tidak otomatis menjamin lampu hijau bagi Duterte.

"Beberapa senator bersekutu dengan Duterte hanya karena popularitasnya yang luar biasa saat ini," kata dia. "Jika popularitasnya menurun, beberapa senator bisa segera berhenti memberi dukungan."

Namun, untuk saat ini, Duterte kemungkinan akan memiliki kebebasan untuk mengimplementasikan agendanya. Duterte ingin memperkenalkan kembali eksekusi mati sebagai bagian dari tindakan keras terhadap kejahatan dan narkoba.

Filipina menghapus hukuman mati pada 1987, sempat kembali memberlakukannya pada 1993, dan kemudian dihapus lagi pada 2006.

Kelompok oposisi dan kelompok HAM menentang perubahan tersebut, dengan alasan bahwa mereka khawatir hal itu akan meningkatkan tingkat kebrutalan perang anti-narkoba pemerintah.

Duterte juga berupaya mengubah konstitusi untuk menjadikan Filipina beralih ke sistem federal, memberikan lebih banyak wewenang bagi masing-masing daerah.

Dinasti Duterte

Dinasti keluarga telah lama menjadi fenomena politik di Filipina. Perlombaan senat ini pun diwarnai oleh beberapa nama keluarga terkenal.

Salah satunya adalah Imee Marcos, putri Ferdinand Marcos, yang merupakan pendukung Duterte.

Keluarga Duterte tidak terkecuali. Sebelum dia terpilih sebagai presiden pada 2016, dia meraih popularitas sebagai Wali Kota Davao.

Sekarang, putrinya, Sara, telah terpilih kembali sebagai Wali Kota Davao dan banyak yang percaya dia akan mencalonkan diri sebagai presiden pada pilpres 2022.

Bukan hanya Sara, dua putra Duterte juga ikut mencalonkan diri. Satu mencalonkan diri menjadi Wakil Wali Kota Davao, sementara satunya lagi memenangkan kursi di DPR.

Sumber : BBC

Berita Lainnya
×
tekid