sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Serbuan udara gagal, AS pilih lancarkan serangan siber ke Iran

Rencana AS melancarkan serangan udara ke Iran pada Kamis (20/6) gagal karena dikhawatirkan akan memicu korban jiwa.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Minggu, 23 Jun 2019 22:35 WIB
Serbuan udara gagal, AS pilih lancarkan serangan siber ke Iran

Amerika Serikat meluncurkan serangan siber terhadap sistem senjata Iran. Peristiwa itu terjadi pada Kamis (20/6), setelah Donald Trump memutuskan mundur dari rencananya untuk melancarkan serangan udara ke Iran.

"Serangan siber melumpuhkan sistem komputer yang mengendalikan peluncur roket dan rudal," sebut The Washington Post dalam laporannya.

The New York Times dalam laporannya menyatakan bahwa tindakan tersebut merupakan balasan atas penembakan pesawat pengintai AS serta serangan terhadap tanker minyak yang dituduh AS didalangi Iran.

Serangan menargetkan sistem senjata yang digunakan oleh Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran, yang menembak jatuh drone AS. IRGC juga dicap AS sebagai dalang di balik penyerangan tanker minyak.

IRGC menyebutkan bahwa penembakan terhadap pesawat pengintai AS adalah pesan yang jelas bahwa perbatasan Iran adalah "garis merah". Sementara itu, di lain sisi, para pejabat militer AS bersikeras bahwa drone tersebut berada di wilayah udara internasional di atas Selat Hormuz.

The Post dan Associated Press mengatakan bahwa serangan siber telah melumpuhkan sistem. Sementara itu, The Times menyebutkan, serangan dimaksudkan untuk membuat sistem offline pada jangka waktu tertentu.

Belum ada konfirmasi atas kerusakan pada sistem Iran.

Trump pada Sabtu (22/6) menegaskan, AS juga akan menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Iran sebagai upaya untuk mencegah negara itu memperoleh senjata nuklir. Trump menyatakan bahwa tekanan ekonomi akan dipertahankan kecuali rezim Iran mengubah haluan.

Sponsored

Berbicara dari Yerusalem, Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton menuturkan, detail mengenai sanksi baru akan diumumkan pada Senin (24/6).

"Tidak ada yang memberi Iran izin untuk berburu di Timur Tengah," tutur Bolton.

Ketegangan antara AS dan Iran meningkat sejak AS menarik diri secara sepihak dari kesepakatan nuklir 2015 tahun lalu dan menerapkan kembali sanksi-sanksi, yang memicu krisis ekonomi di Negeri Para Mullah.

Penerapan kembali sanksi AS pada tahun lalu, terutama di sektor energi, pengiriman dan keuangan, menyebabkan investasi asing mengering dan menekan ekspor minyak.

Sanksi telah melarang perusahaan-perusahaan AS untuk berdagang dengan Iran. Perusahaan-perusahaan asing atau negara lain pun dilarang berurusan dengan Iran.

Kondisi ini memicu kekurangan barang impor dan produk yang dibuat dengan bahan mentah dari luar negeri, terutama popok bayi.

Jatuhnya rial juga telah memengaruhi biaya bahan pokok yang diproduksi secara lokal.

Pekan lalu, Iran telah mengatakan program nuklirnya akan melampaui batas yang disepakati secara internasional.

Trump telah menegaskan bahwa dia tidak menginginkan perang dengan Iran. Namun, dia memperingatkan bahwa Iran akan menghadapi pemusnahan jika konflik pecah.

Pada Sabtu, Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS mengeluarkan peringatan bahwa Iran tengah bersiap meningkatkan serangan sibernya terhadap AS.

Christopher Krebs, direktur Cybersecurity dan Infrastructure Security Agency, mengatakan aktivitas siber berbahaya sedang diarahkan pada industri AS dan lembaga pemerintah oleh aktor rezim Iran dan proksi mereka. Menurut Krebs, mereka berupaya untuk mengendalikan seluruh jaringan.

The Post melaporkan bahwa Iran juga telah mencoba meretas sistem kapal angkatan laut AS.

Trump menjelaskan pada Jumat (19/6), kebijakannya untuk mundur dari rencana serangan ke Iran adalah karena dirinya diberitahu bahwa 150 warga Iran akan terbunuh jika serbuan diluncurkan.

Dalam pernyataannya pada Sabtu, orang nomor satu di AS itu mengklaim bahwa dia terbuka untuk menjalin pembicaraan dengan Teheran.

"Jika Iran ingin jadi negara yang makmur ... saya tidak masalah," kata Trump. "Tapi mereka tidak akan pernah mewujudkannya jika mereka berpikir dalam lima atau enam tahun mereka akan memiliki senjata nuklir."

"Mari kita buat Iran kembali hebat," imbuhnya menggemakan slogan kampanyenya.

Sumber : BBC

Berita Lainnya
×
tekid