sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Singapura kenakan biaya perawatan bagi WNA positif Covid-19

Singapura sejauh ini mencatat 160 kasus infeksi coronavirus jenis baru.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Selasa, 10 Mar 2020 18:34 WIB
Singapura kenakan biaya perawatan bagi WNA positif Covid-19

Singapura mulai memungut biaya perawatan bagi warga negara asing yang dinyatakan positif coronavirus jenis baru. Hal tersebut diumumkan setelah negara itu melaporkan kasus infeksi baru yang melibatkan orang-orang yang melakukan perjalanan dari Indonesia.

Indonesia, negara terpadat keempat di dunia, melaporkan kasus infeksi coronavirus jenis baru pertama pada awal bulan ini. Hingga Selasa (10/3), Indonesia mencatat 27 kasus infeksi, sementara Singapura 160 kasus.

Kebijakan Singapura itu diumumkan pada Senin (9/3) malam dan mulai berlaku pada 7 Maret, ketika pihak berwenang setempat mengatakan dua pendatang dari Indonesia memiliki gejala coronavirus jenis baru.

Keduanya disebut pernah melaporkan gejala coronavirus jenis baru di Indonesia. Namun, hanya salah satu yang sempat dirawat di rumah sakit di Jakarta.

Kasus lain melibatkan seorang warga Singapura yang mengunjungi saudara perempuannya yang menderita pneumonia di Indonesia.

Kementerian Kesehatan Singapura tidak mengatakan apakah kebijakan baru tentang biaya ini terkait dengan kasus-kasus tertentu.

"Mengingat meningkatnya jumlah infeksi Covid-19 secara global, dan perkiraan bertambahnya jumlah kasus di Singapura, kita perlu memprioritaskan sumber daya kita di rumah sakit umum," sebut Kementerian Kesehatan Singapura.

Orang asing yang memegang izin tinggal jangka pendek, yang ingin dirawat di Singapura, juga harus membayar sendiri. Namun pengujian awal tetap gratis.

Sponsored

Menurut situs web Kementerian Kesehatan Singapura, perawatan infeksi pernapasan di rumah sakit umum Singapura biasanya berkisar antara US$4.300-US$5.800.

Dari 33 kasus impor yang dilaporkan oleh Singapura saat ini, 24 melibatkan perjalanan ke China, tiga ke Indonesia, dan yang lainnya ke Italia, Inggris, Prancis, dan Jerman.

Para peneliti di Harvard T.H. Chan School of Public Health di Amerika Serikat mengatakan dalam sebuah penelitian bulan lalu bahwa kurangnya kasus yang dikonfirmasi di Indonesia pada waktu itu mungkin menunjukkan potensi kasus yang tidak terdeteksi. Mereka mendesak pihak berwenang untuk memperkuat pengawasan dan pengendalian wabah.

"Apakah mereka (Indonesia) beruntung atau ada kasus yang hilang? Agak sulit untuk mengatakan ... tapi itu pasti membuat orang bertanya-tanya," kata Dale Fisher, seorang ahli penyakit yang berbasis di Singapura yang mengetuai Global Wabah Alert dan Response Network yang dikoordinasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Berita Lainnya
×
tekid