Singapura tawari Wapres AS bantuan pesawat tanker untuk evakuasi Afghanistan

Singapura menawarkan Amerika salah satu pesawat tankernya untuk mengangkut warga sipil yang ingin dibawa keluar dari Afghanistan.

Perdana Menteri Lee Hsien Loong memberikan penawaran itu ketika dia mengadakan pembicaraan dengan Wakil Presiden AS Kamala Harris, Senin ini (23/8). Dalam pertemuan ini kedua negara menandatangani sejumlah perjanjian penting untuk meningkatkan kerja sama, termasuk di bidang pertahanan dan keamanan siber.

Kunjungan Wakil Presiden Harris ke Singapura adalah bagian dari pendekatan diplomatik oleh pemerintahan Biden di Asia Tenggara, kawasan yang dianggap sangat penting bagi kemakmuran dan keamanan masa depan Amerika Serikat, di tengah tindakan agresif China di ASEAN.

Mendapat tawaran untuk membantu AS dalam evakuasinya dari Afghanistan, Harris mengucapkan terima kasih kepada Lee. “Kami berharap untuk menindaklanjuti diskusi itu,” katanya.

Pesawat A330 Multi Role Tanker Transport (MRTT) Angkatan Udara Singapura, yang mencapai kemampuan operasional penuh pada bulan April, mampu melakukan peran pengisian bahan bakar dan pengangkutan udara ke udara secara bersamaan.

Ini meningkatkan kemampuan Angkatan Bersenjata Singapura untuk berkontribusi pada bantuan kemanusiaan internasional dan misi bantuan bencana, dan operasi dukungan perdamaian.

Lee, pada konferensi pers yang diadakan bersama Harris, mengatakan bahwa keselamatan dan keamanan warga sipil ada di benak semua orang di seluruh dunia, dan dia berharap semua pihak di sana dapat bekerja untuk memastikan hal ini.

Pesawat MRTT Angkatan Udara Republik Singapura (RSAF) dapat mengangkut hingga 266 penumpang atau 37.000 kg kargo, dan dapat digunakan untuk mengevakuasi personel yang sakit atau terluka.

“Saya katakan kepada Wakil Presiden (Harris) bahwa kami tahu bahwa AS sedang melakukan operasi evakuasi pengungsi dari Afghanistan, dan Singapura ingin menawarkan kepada AS penggunaan pesawat (MRTT RSAF) untuk membantu pengangkutan udara,” kata Lee.

AS sedang mengevakuasi warga Amerika dari Kabul yang jatuh ke tangan Taliban pada 15 Agustus. Perkembangan evakuasi pun kerap terganggu oleh banyaknya warga Afghanistan yang berebut meninggalkan negara itu. Dalam beberapa insiden, korban jiwa di kalangan warga sipil jatuh di Bandara Kabul. (Sumber: Hindustantimes)