sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Studi: Kesenjangan orang kaya dan miskin semakin tidak terkendali

Menurut laporan Oxfam International, jumlah total kekayaan 26 orang terkaya di dunia mencapai US$1,4 triliun pada 2018.

Valerie Dante
Valerie Dante Rabu, 23 Jan 2019 10:03 WIB
Studi: Kesenjangan orang kaya dan miskin semakin tidak terkendali

Harta miliarder dunia naik US$2,5 miliar per harinya, sementara separuh populasi global termiskin mengalami penurunan harta.

Menurut laporan Oxfam International yang dirilis pada Senin (21/1), para miliarder kini memiliki kekayaan lebih dari sebelumnya. Sejak krisis keuangan global satu dekade lalu, jumlah miliarder bertambah hampir dua kali lipat.

Studi tahunan tersebut dirilis menjelang Forum Ekonomi Dunia (WEF) tahunan di Davos, Swiss, yang dihadiri oleh sejumlah orang terkaya dan paling berpengaruh di dunia.

Laporan ini dimaksudkan untuk menyoroti kesenjangan yang semakin besar antara 'si kaya' dan 'si miskin'.

Oxfam mencatat, jumlah total kekayaan 26 orang terkaya di dunia mencapai US$1,4 triliun pada 2018. Jumlah itu setara dengan kekayaan hampir separuh populasi orang miskin di dunia.

Menurut daftar miliarder Forbes yang dikutip oleh Oxfam, sebagian besar dari orang mega-kaya ini merupakan warga Amerika Serikat. 

Nama-nama itu mencakup Jeff Bezos dari Amazon, Bill Gates dari Microsoft, Warren Buffett dari Berkshire Hathaway, dan Mark Zuckerberg dari Facebook. Secara kolektif, kekayaan mereka mencapai US$357 miliar.

Untuk menekan kesenjangan, Oxfam merekomendasikan agar negara-negara memiliki sistem pajak yang lebih adil, menaikkan pajak atas pendapatan pribadi dan pajak korporasi, serta mencegah penghindaran pajak oleh perusahaan dan orang-orang kaya.

Sponsored

Selain itu, Oxfam juga mendorong pemerintah dari semua negara untuk menggratiskan biaya kesehatan, pendidikan dan layanan publik lainnya, serta memastikan bahwa kaum perempuan mendapat manfaat yang sama. 

Organisasi anti-kemiskinan itu menyarankan investasi dalam layanan publik, termasuk air, listrik, fasilitas pengasuh anak untuk memberi kebebasan waktu pada kaum Hawa dan membatasi jumlah jam kerja tidak dibayar mereka.

Sistem perpajakan dipertanyakan

Laporan tersebut sejalan dengan posisi kebijakan yang dianut oleh Partai Demokrat yang mengadvokasi reformasi serupa.

"Akan ada percakapan publik yang lebih luas dan semakin berenergi di AS dan global mengenai sistem perpajakan yang adil dan efektif, itu akan sangat berbeda dari hari ini," ujar Paul O'Brien, wakil presiden bagian kebijakan dan advokasi Oxfam.

Anggota parlemen Demokrat dari New York Alexandria Ocasio-Cortez telah mengusulkan untuk mengenakan pajak sebesar 70% kepada orang kaya untuk mendanai rencana perubahan iklim yang dia usung,'Green New Deal'.

Sekelompok anggota parlemen, termasuk Senator Bernie Sanders dari Vermont, mendorong Medicare for All guna memperbanyak jumlah warga AS yang memiliki asuransi kesehatan.

"Di banyak negara, pendidikan yang layak atau layanan kesehatan yang berkualitas telah menjadi kemewahan yang hanya mampu dimiliki oleh orang kaya," kata Oxfam. "Setiap hari, 10.000 orang meninggal karena mereka tidak memiliki akses ke perawatan kesehatan yang terjangkau."

Dampak buruk tersebut sangat dirasakan oleh perempuan.

"Ketika tidak ada uang untuk membiayai, para perempuanlah yang terlebih dahulu diberhentikan pendidikannya. Para wanita bekerja secara cuma-cuma untuk merawat kerabat yang sakit ketika sistem perawatan kesehatan gagal melakukannya," jelas laporan itu.

Menurut Oxfam, "Jika semua pekerjaan perawatan yang tidak dibayar yang dilakukan oleh wanita di seluruh dunia itu justru dilakukan oleh satu perusahaan, perusahaan tersebut akan memiliki omset tahunan US$10 triliun."

Masalah seperti ini sangat terasa di India, negara dengan perkembangan ekonomi tercepat di dunia. Negara ini memiliki salah satu tingkat partisipasi tenaga kerja wanita terendah di dunia.

Data terbaru dari Bank Dunia menunjukkan hanya 27% perempuan berusia 15 tahun atau lebih yang diklasifikasikan bekerja atau secara aktif mencari pekerjaan.

Sebuah laporan pada 2018 oleh McKinsey Global Institute menyatakan jika India meningkatkan kesetaraan gender, mereka dapat menambahkan US$770 miliar untuk ekonominya.

Sementara itu, Asia secara keseluruhan dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar US$4,5 triliun jika saja mempekerjakan lebih banyak perempuan.

Sumber : CNN

Berita Lainnya
×
tekid